Bab 19

1391 Words
  Washington, D.C (US) Alfred menatap layar ponselnya yang berisi foto Aurora. Putrinya itu baru saja mengirimkan beberapa foto yang dia ambil di Manhattan. Alfred tidak menyangka jika Aurora tumbuh begitu cepat, putrinya bahkan sudah berani bepergian sendirian. Rasanya sedikit menyesal ketika Alfred tidak bisa menjemput Aurora ke Manhattan padahal ia telah mempersiapkan segalanya. Ada sebuah pertemuan penting dengan profesor Hamilton, seorang ilmuan yang menetap di wilayah kutub utara selama hampir 10 tahun untuk mempelajari perubahan suhu dan memeriksa langsung terjadinya runtuhan gunung es. “Makan malammu sudah siap, Alfred” Charlotte yang sejak beberapa menit lalu sibuk di dapur kini muncul di balik pintu ruang kerja Alfred sambil membawa segelas jus di kedua tangannya. “Aku tidak terlalu suka minum jus, Charlotte..” Entah sudah berapa kali Alfred melarang Charlotte untuk membuat jus, tapi wanita itu tidak pernah mau mendengarkannya. Bagi Charlotte meminum jus wortel adalah hal yang biasa, tapi tidak dengan Alfred. Selama tinggal bersama Charlotte, Alfred harus membiasakan diri dengan menu makanan sehat yang selalu Charlotte buat setiap hari. Meskipun kadang Charlotte juga sering memakan makanan di luar menu sehat, Alfred tetap merasa jika gaya hidup Charlotte sangat teratur. Wanita itu bisa memakan semangkuk salad dengan jus sayuran yang terasa hambar. “Ini baik untuk kesehatanmu, Alfred..” Kata Charlotte sambil tertawa. Charlotte tahu jika Alfred selalu merasa tersiksa setiap kali harus minum jus aneh yang dibuat oleh wanita itu, tapi Cahrlotte justru akan merasa bahagia melihat penderitaan Alfred. Masakan Charlotte tidaklah buruk, wanita itu tahu bagaimana cara menggunakan bumbu dapur, dia juga sangat handal dalam membuat makanan penutup, tapi Charlotte tetaplah seorang model yang menyukai makanan hambar tanpa rasa. “Aku bukan seorang model yang harus memiliki tubuh proposional..” Berkali-kali Alfred mengatakan hal yang sama, tapi Charlotte akan tetap teguh pada pendiriannya. “Kau seorang pria tua yang membutuhkan banyak nutrisi” Alfred membelakkan matanya ketika mendengar kalimat sarkas yang diucapkan oleh Charlotte. Wanita itu benar-benar ingin memulai perdebatan dengannya.. “Aku baru berusia 42 tahun. Siapa yang lau sebut sebagai pria itu?” Alfred bangkit berdiri dan menatap Charlotte sambil menyipitkan matanya. Charlotte tertawa melihat gerakan kaki Alfred yang melangkah dengan dramatis. “Putrrimu sudah remaja, apa kau tidak sadar jika kau sudah tua?” Alfred menggelengkan kepalanya sambil menahan tawa. Dia benar-benar tidak menyangka jika Charlotte akan mengatakan fakta menggelikan mengenai dirinya. Benar juga, Aurora sudah remaja. Tanpa sadar waktu berlalu dengan sangat cepat. Alfred bahkan masih ingat setiap pembicaraan yang terjadi di mobil saat pertama kali membawa Aurora pulang ke rumah dari rumah sakit tempat Abigail bersalin. Hari itu menjadi salah satu hari paling indah dalam hidupnya. Alfred tidak pernah menemukan tujuan untuk kehidupan pribadinya, dia hanya mempunya ambisi sebagai seorang ahli meteorologi, tapi semenjak ada Aurora, segalanya berubah dengan drastis. Sejak hari itu, satu-satunya hal yang ingin Alfred lakukan adalah duduk di samping putrinya dan menikmati setiap tumbuh kembang Aurora. Alfred ingin menjadi orang pertama yang mendengar suara tawa Aurora, melihat langkah pertamanya, dan juga menyaksikan kelulusan sekolahnya. Sayang sekali Alfred tidak bisa memenuhi semua itu. Di setiap kelulusan sekolah Aurora, Alfred selalu berhalangan hadir. Alfred baru sadar jika selama ini dia tidak menjadi seorang ayah yang baik. “Aku tidak bisa membatalkan pertemuanku dengan profesor Hamilton, tapi aku juga tidak bisa membiarkan Aurora pergi sendirian. Semuanya jadi berantakan karena pemerintah menolak rencana yang aku ajukan” Alfred berbicara dengan pelan ketika dia tengah memotong daging panggang yang dibuat oleh Charlotte. “Aurora sudah besar, dia pasti mengerti bagaimaan keadanmu saat ini. Jangan khawatir, dia pasti akan datang ke sini dengan aman. Besok kita akan makan malam bersamanya..” Charlotte tersenyum. Bersama dengan Charlotte membuat Alfred merasa jauh lebih tenang. Charlotte seorang wanita dengan pikiran positif yang begitu menyenangkan. Wanita itu tahu bagaimana caranya menenangkan orang lain. “Kira-kira apa yang harus aku siapkan untuk menyambut kedatangannya?” Tanya Alfred. “Saat seusianya, aku sangat suka menghabiskan waktu dengan melakukan perawatan di salon. Tapi kita tahu jika Aurora bukan tipe anak muda yang suka melakukan hal-hal tidak berguna semacam itu, kurasa dia akan suka menghabiskan waktu dengan banyak buku menarik..” Alfred menganggukkan kepalanya dengan pelan. Selain memiliki aura positif, Charlotte juga seorang perempuan yang sangat pengertian. “Kita memiliki banyak koleksi buku yang bisa dibaca oleh Aurora, tapi dia pasti akan senang jika kau membelikan hadiah natal kepadanya” Kata Charlotte. Alfred ingat jika Aurora sempat menanyakan mengenai hadiah natal kepadanya. Aurora adalah seorang anak yang manis, dia berencana untuk membeli hadiah padahal Alfred baru saja menyampaikan berita mengecewakan pada putrinya itu. “Apa yang harus aku berikan kepadanya? Selama di Colombus dia pasti tidak pernah kekurangan apapun, ibunya mencukupi semua kebutuhannya. Lagipula aku juga tidak tahu apa saja yang Aurora sukai.. beberapa tahun ini kami jadi sangat jauh..” Alfred menggelengkan kepalanya. Setelah perceraian yang mengerikan itu terjadi, Alfred pergi ke Washington, D.C dan memulai hidupnya di tempat asing ini. Alfred mencoba untuk menghilang, dia pergi tanpa memberitahu teman ataupun saudaranya. Bahkan beberapa bulan pertama Alfred tidak menghubungi Aurora sama sekali. Wajar jika saat itu putrinya merasa kecewa dan memilih untuk menjauh darinya. “Semua anak remaja pasti menyukai make up. Bagaimana jika kamu membelikan make up untuk Aurora?” Apa putrinya suka menggunakan riasan seperti yang sering dilakukan oleh Charlotte? “Aurora sangat cantik, dia tidak memerlukan riasan untuk mempercantik dirinya..” Alfred berbicara dengan sedikit ragu. “Tapi dia tetaplah seorang remaja wanita, dia pasti ingin tahu bagaimana rasanya menggunakan riasan. Jika Abigail adalah tipe wanita yang tidak suka merias diri, maka kemungkinan besar dia juga tidak pernah membelikan Aurora alat make up..” Alfred mencoba untuk mengingat kebiasaan Abigail saat mereka masih menikah. Abigail adalah seorang wanita yang sibuk dengan pekerjaannya, dia jarang memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Jangankan merias diri, Abigail bahkan tidak terlalu mahir memasak. Wanita itu hanya bisa membuat beberapa menu sarapan yang tidak terlalu rumit seperti pancakes dan roti panggang. “Charlotte, bisakah kau membantuku untuk membeli make up? Aku tentu tidak tahu apa saja yang dibutuhkan oleh Aurora, tapi kau pasti tahu apa saja yang harus dibeli” Kata Alfred. “Tentu, aku akan membeli beberapa peralatan make up sederhana yang dapat digunakan oleh anak remaja seusia Aurora.” Charlotte terlihat sangat antusias. “Terima kasih, Charlotte” *** Pertemuan Alfred dengan profesof Hamilton berjalan dengan lancar. Sesuai dengan pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh profesor Hamilton, keadaan yang terjadi setelah bumi berada di puncak pemanasan globab adalah tertutupnya lapisan udara dengan gas karbon yang menghalangi sinar matahari. Bumi akan mengalami penurunan udara secara drastis dan hal tersebut dapat menimbulkan badai udara dingin di berbagai wilayah bumi. Setelah sama-sama menyampaikan pendapat masing-masing mengenai pergeseran iklim yang terjadi di bumi, baik Alfred maupun profesor Hamilton sepakat untuk menjalin kerja sama demi meyakinkan pemerintah mengenai rencana proyek Alfred. Alfred menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Satu jam lagi Aurora akan berangkat ke Manhattan. Kemungkinan besar saat ini Aurora masih memiliki waktu untuk mengangkat panggilannya. “Aurora?” Alfred merasa senang ketika Aurora langsung menerima panggilannya. “Ya, Daddy? Aku sedang berada di bandara” Kata Aurora dengan suara yang lebih keras dari biasanya. “Apakah tidak ada barang yang tertinggal? Kau sudah memeriksa semua barang bawaanmu, bukan?” Alfred sering melupakan barang-barang penting ketika dia sedang menginap di suatu tempat. Belakangan ini selalu ada Charlotte yang akan selalu memeriksa kamar hotel sebelum mereka keluar, tapi dulu Alfred sangat sering meninggalkan barang-barang pentingnya di kamar hotel. “Ya, aku sudah memeriksa semua barang bawaanku. Kurasa tidak ada yang tertinggal” Jawab Aurora sambil tertawa pelan. “Kau memiliki seorang ayah yang pikun dan sering melupakan barang-barang pentingnya saat sedang menginap di hotel, jadi kau harus memeriksa apakah kau memiliki kebiasaan yang sama dengan ayahmu, Aurora” Kata Alfred. “Well, itu satu-satunya hal yang tidak kusukai dari, Daddy. Aku bersyukur memiliki ingatan tajam seperti Mommy..” Aurora menjawab sambil tertawa lagi. “Kau seorang perempuan, jadi ingatanmu sangat tajam..” Alfred sedang berusaha bergurau dengan menyinggung kebiasaan kaum perempuan yang suka mengingat kesalahan pasangannya padahal sudah bertahun-tahun berlalu. “Oh tidak, aku akan membuatmu kesulitan saat tinggal di Washington, D.C karena aku akan terus mengingat kesalahan Daddy di masa lalu” Aurora berbicara dengan suara geli. “Daddy memiliki banyak kesalahan di masa lalu, kau hebat jika mengingat semuanya..” Kata Alfred. “Tidak, Daddy tidak pernah melakukan kesalahan”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD