Baru satu hari bekerja penuh waktu, sudah membuat Hans Prawira rindu bukan kepalang. Bahkan kepalanya terasa begitu sakit dan kesemutan, karena menahan berjuta rasa tersebut. Baginya ini merupakan hal langka. Mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup. Rasa cinta, telah membawanya ke dalam dunia yang dapat membedakan arti cinta sebenarnya. Hans, kini ia benar-benar tak dapat hidup tanpa Aurora. Pukul 17.00 WIB, Pria tinggi dan tegap itu bergegas melangkah kembali ke rumah. Dulu, tempat itu adalah lokasi penyiksaan jiwa baginya. Tetapi kini, lebih indah daripada surga dunia. Meskipun hanya memiliki satu bidadari, namun ia telah merasa puas. Pria pemilik hidung mancung itu memang tidak memiliki darah peselingkuh yang ulung. "Sayang!" Aurora menatap heran. "Kenapa? Apa kamu sakit?" tanyany