Episode 28

2066 Words
Aku sendirian sekarang tak tahu kalau tugas yang aku kerjakan saat ini merupakan tugas yang sangat berat dan juga menguras banyak tenaga sekaligus pikiranku sekarang ini. Aku takut, jika nantinya aku akan pingsan dan terjatuh sendirian tanpa ada yang menolong dan juga menyadari kalau aku ada di sini. Aku takut, aku akan mati dan juga sendirian di sini nantinya. Hanya ratusan halaman sheet dan juga dokumen kubuka sejak tadi. Berisi angka-angka nominal yang tak akan pernah bisa kumiliki meskipun aku harus bekerja dengan sangat keras seumur hidupku. Kecuali keberuntungan dan juga kebetulan terjadi di dalam hidupku membuatku tak mempunyai pilihan lain selain menempuh itu semua sekarang. Mataku terasa akan juling sebentar lagi, halaman-halaman yang berukuran kecil berkali-kali ku besarkan takut jika perangkat ini akan rusak dan juga merajuk karena tak ingin aku melakukannya untuknya. Aku harus menjaga semua perangkat yang ada di sini. Karena memang tidak ada yang menjadi milikku di tempat ini. Semuanya, hanyalah titipan semata. Rasa kantuk dan juga mataku sangat berat sekarang, ingin rasanya aku untuk menenggelamkan mataku dan juga mencoba untuk bersandar di bawah meja, tertidur dan juga terbangun menyelesaikan semua pekerjaan itu secara tiba-tiba dan juga secara ajaib. Dinginnya AC makin menambah rasa kantukku sekarang. Anginnya menusuk dan menuju ke dalam tubuhku saat ini juga, tak terhalang oleh objek apa pun yang membuatku setidaknya bisa merasa hangat walau untuk sementara. Aku bisa saja mematikan AC nya, namun nantinya malah akan membuat seluruh gedung dan ruangan ini terasa panas membuatku berkeringat tak terbendung bingung untuk kering. Dari belakang, aku bisa mendengar suara langkah kaki, mencoba untuk datang kepadaku. Awalnya, aku mengira kalau suara itu adalah suara langkah hantu, ataupun makhluk halus yang ada di tempat ini. Karena aku yakin sekali sudah tidak ada siapa-siapa di sini. Bahkan Office Boy juga telah pulang rindu dengan anak istri mereka yang telah menunggu di rumah sekarang. “Sabrina, ayo minum ini. Aku tahu kalau kau benar-benar kelelahan sekarang ini.” ternyata, itu adalah Arya. Membawa sebuah botol minuman dan memberikan salah satu botolnya kepadaku. Aku bingung, dan khawatir, apa yang ingin diberikan oleh Arya kepadaku sekarang ini. Apakah itu sesuatu yang berbahaya. “Tunggu, apakah itu alkohol. Maaf, aku tidak bisa meminumnya sekarang Arya.” Arya tersenyum, kemudian memutar botol itu memperlihatkan nama dari brandnya. Dari belakang, botol itu benar-benar terlihat seperti botol alkohol, dan aku tidak tahu kalau itu adalah sebuah Cola. Aku tidak tahu, jika memang dia tidak ingin menawarkanku alkohol dalam situasi seperti ini sekarang. “Maaf Sabrina, mungkin kau sedikit trauma dengan kejadian Alkohol itu. Namun aku tidak akan mengulanginya lagi. Dan oleh karena itu, aku akan mencoba untuk meminta maaf kepadamu sekarang ini.” Ucapnya. Botol itu masih tertutup dan tersegel. Tanda kalau Arya tidak melakukan apa-apa dengan botol itu sebelumnya. Bukan berarti aku memiliki asumsi bahwa Arya memang berani untuk melakukan hal yang macam-macam kepadaku, hanya saja aku tidak ingin sesuatu yang aneh-aneh terjadi kepadaku sekarang ini. Situasi, sudah menjadi sangat kacau bahkan sebelum kekacauan itu datang kepadaku. “Terima kasih Arya. Kau tahu kan kalau aku sedang sangat sibuk sekarang ini. Dan parahnya lagi, aku tidak tahu kapan pekerjaanku ini akan berakhir.” Ucapku pada Arya, dengan sedikit curhat tipis-tipis. Arya pun meminum botol soda itu. Menaruhnya di meja dan mencoba untuk mendekatkannya lagi di area yang dingin tanpa harus membuat embun dari botol itu keluar sekarang. “Ya, tentu saja aku tahu itu. Apakah kau lupa kalau kita satu tim Sabrina? Pak Bos sudah mengatakan itu kepada kita, hanya saja, apa yang kita kerjakan sedikit berbeda dan juga berbeda divisi. Namun intinya, kita benar-benar berada dalam situasi dan juga kondisi yang sangat kacau sekarang ini.” Ucap Arya kepadaku. Aku bahkan hampir lupa kalau dia adalah satu orang dengan divisi yang sama denganku. “Tapi, mengapa kau kemari? Bukankah deadline dari tugasmu masih lama dan banyak waktu untuk kau kerjakan? Kenapa kau masih berada di gedung ini malam-malam?” tanyaku pada Arya sekarang ini. Aku jujur saja, belum sempat mengecek to-do list dari orang-orang di divisiku, karena jadwal dan juga pekerjaan menumpuk terlalu hectic. Siapa juga yang memiliki waktu untuk mengurusi pekerjaan lain sementara pekerjaannya sendiri masih belum beres? Apakah mungkin itu bisa membuatnya merasa hebat? “Entah kenapa, aku merasa sedikit sakit hati saat kau mengatakan itu Sabrina, haha.” Balas Arya kepadaku. “Kerjaanku juga sangat banyak, mungkin hampir sangat banyaknya sepertimu. Dan jujur saja, untuk membuat tugasku selesai dalam waktu dua minggu itu benar-benar mustahil untuk dilakukan dengan baik. Seperti mencoba untuk menyuruh sangkuriang membuat candi dalam satu malam”> Pekerjaan milik Arya adalah pekerjaan yang tak bisa pernah kupahami. Aku tak tahu, apa yang menyebabkan dirinya berkata kalau dia benar-benar membutuhkan banyak waktu untuk menulis baris kode yang sejujurnya bisa dilakukan hanya dengan mengopy kode-kode yang sudah ada di internet. Apakah itu hal yang sulit? Hanya saja, akut tidak ingin berlaga sok tahu dan menyakiti hati Arya. “Dengan timku yang sekarang, termasuk aku, bisa dibilang adalah junior developer akan sangat kewalahan untuk melakukan semua tugas itu dengan sangat cepat. Mungkin memang bisa, hanya saja masalah yang akan timbul setelah projekku beres akan lebih menimbulkan banyak masalah baru ketimbang solusi yang baru nantinya.” Ucap Arya, hal yang masih tak bisa kupahami darinya sekarang. “Apakah maksudmu junior developer itu adalah programmer yang setingkat dengan para jabatan fresh graduate? Kalau memang benar begitu, kenapa pak bos sangat ingin sekali untuk meluncurkan produk ini? Apakah seharusnya kalian menyewa dan juga membuat lowongan untuk programmer yang lebih berpengalaman?” Tanyaku padanya. Hal yang mungkin sepertinya Arya tak tahu jawabannya. “Ya.. memang seharusnya begitu. Namun kata-kata pak bos adalah sesuatu yang absolut,” balasnya. Aku pun meminum soda ini sekarang, sambil melirik dan mencuri pandang ke arah Arya. Penampilannya sekarang, yang cenderung terlihat seperti orang retro dengan rambut klimis dan juga kemeja merah entah kenapa membuatku begitu kesengsem. Walaupun dia lebih muda dariku, aku entah kenapa tahu bahwa dia benar-benar terasa lebih dewasa dariku, baik secara penampilan, fisik, maupun kepribadian. “Lalu, kenapa kau malah menongkrong di sini? Alih-alih menyelesaikan pekerjaanmu sekarang? Bukankah kau malah akan memperlambat alur kerjamu itu dengan melakukan ini sekarang?” Tanyaku padanya, sambil memberikan botol soda yang telah kosong tanpa isi itu sekarang. Di samping tangannya, Arya membawa sebuah ransel dengan barang-barang yang aku tak tahu apa isinya. “Tentu saja, aku tak berniat untuk bermalas-malasan sekarang,” dari dalam ranselnya, dia mengeluarkan barang-barang elektronik untuk komputer seperti mouse dan juga harddisk. Memasangnya di komputer tepat belakangku. “Aku akan bekerja tepat di belakangmu sekarang. Kau tahu kan, bekerja di tempat yang sepi, gelap, dan juga luas sangat menjemukkan. Aku tidak nyaman bila duduk di sana selama berjam-jam” Aku tahu apa isi dalam pikiran Arya sekarang, orang-orang sepertinya tidak mungkin tidak bisa bekerja dalam situasi yang tenang dan juga sepi. Aku yakin dia melakukan itu sekarang karena dia ingin menemaniku, menganggapku kalau aku lebih baik bekerja dengan tidak sendirian. Aku tidak tahu, bagaimana caraku mengatakan kalau usaha Arya benar-benar sia-sia sekarang. Akhirnya, kami pun diam-diaman, berusaha untuk melakukan pekerjaan kami dengan baik dan benar sekarang sebelum semuanya terlambat dan aku tak memiliki waktu lagi untuk menyelesaikan semuanya. Aku, pada akhirnya membiarkan Arya melakukan apa pun yang dia mauk di belakangku sekarang, asalkan hal tersebut tidak mengganggu pekerjaan dan juga ketenanganku sekarang ini. “Hmm.. Sabrina, kalau tidak salah, tadi ada Wulan di sini. Dan tidak salah dia berbeda divisi dari kita kan? Mengapa dia sampai bekerja dengan selarut itu? Dan kenapa dia sudah tidak ada di sini sekarang?” Tanya Arya padaku. Mungkin, kurang lebih ada kurun waktu 20 menit semenjak kami berdua diam-diaman dan juga tidak melakukan interaksi apa-apa. Memecahkan rekor itu walau hanya sementara. “Ya, dia memang tidak se divisi dengan kita. Namun, dia tadi berusaha dan berniat untuk membantu pekerjaanku agar lebih ringan. Dan pada akhirnya, dia tidak bisa melakukannya malam ini. Dia mendapatkan sebuah telepon darurat dari orang tuanya sekarang, mengatakan kalau neneknya telah meninggal. Aku rasa, aku tidak memiliki pilihan lain selain membiarkannya pergi kan?” “Hmm... aku berdoa semoga arwah neneknya tenang di sana. Namun, bukankah terlalu larut dan juga tiba-tiba saat mengumumkan kematian seseorang dalam jam yang selarut itu. Aku tahu, pasti Wulan telah ditunggu oleh keluarganya untuk datang, tapi kenapa tidak dari jauh-jauh waktu?” tanya Arya kepadaku tentang Wulan, yang juga sebenarnya membuatku curiga sekarang ini. Saat aku mendengar suara ringtone itu, aku bisa dengan sangat yakin kalau suara itu adalah sebuah suara alarm makan siang seringkali terdengar dari hp Wulan. Dan aku juga jarang sekali melihatnya menerima telpon. Apakah mungkin, kata-kata kecurigaan Arya itu benar dan Wulan mencoba untuk kabur dariku dengan menipu kalau dia mendapat panggilan dari keluarganya. Tapi terlepas dari Wulan benar-benar berkata jujur padaku atau berbohong aku tidak peduli. Dia memiliki itikad baik mencoba untuk membantu sebagian dari pekerjaanku. Dan menyuruhnya untuk bekerja lembur hingga malam bersamaku benar-benar akan sangat mengganggunya. Hanya saja, dia adalah orang yang mengatakan kalau kami tak boleh berbohong satu sama lain, dan mungkin Wulan mengingkari janjinya. Situasi hening mulai kembali terjadi. Kira-kira, sudah 20 menit berlalu, hanya suara ketikan keyboard dan juga klik dari mouse terdengar dari ruangan ini. Aku tak tahu, apakah Arya sedang memikirkan sebuah topik untuk kita bicarakan sekarang atau dia memang masih terlalu fokus untuk bekerja. Aku merasa sedikit bermasalah karena aku tidak bisa membalas bahasan topik dari Arya itu tadi. *** Tiga perempat dari pekerjaanku telah selesai sekarang, aku berteriak sambil meregangkan tanganku ke atas, melihat jam tangan yang menandakan kalau waktu sudah sedang sangat malam dan juga larut sekarang ini. Aku tak tahu, sudah berapa lama aku duduk di sini, tapi aku benar-benar merasa lega telah selesai melakukan ini semua dan hanya menunggu untuk melakukan sisanya lagi sekarang. “Apa kau sudah berhasil melakukan tugasmu Sabrina?” tanya Arya kepadaku, aku menengok ke arahnya dan melihat rambutnya yang sangat acak-acakan tanda kalau dia benar-benar sedang pusing tujuh keliling sekarang. Entah kenapa, aku melihat wajah Arya sekarang sebagai sesuatu yang lucu membuatku tersenyum hanya saja aku menutup mulutku sekarang tak ingin dia tahu kalau aku menertawakannya. “Ya, aku telah selesai. Bagaimana denganmu?” tanyaku balik padanya, walaupun aku memang belum benar-benar selesai. Aku berharap, ucapanku bisa menjadi cambuk penyemangat baginya nanti agar dia bisa mengerjakan pekerjaannya lebih cepat. “Aku belum selesai, entah sampai kapan lagi waktunya.” “Mungkin, aku akan selesai sebentar lagi sekarang ini. Tapi aku tak bisa berbohong kalau mataku benar-benar merasa mengantuk sekarang. Seperti seseorang berusaha untuk mengelem dan juga meniup keningku agar aku bisa tidur dan juga tidak bersikap produksi sekarang. Benar-benar sebuah bisikan setan yang mengganggu!” Lanjut ucap Arya lagi malah menyalahkan setan yang tak salah apa-apa. Tapi memang benar, di dalam kondisi waktu dan juga jam seperti ini, akan sangat mudah untuk menyalahkan sosok makhluk yang bahkan tidak akan pernah kita lihat atau kita sentuh sebelumnya. Hanya karena kita telah mendapatkan apa yang kita mau bukan berarti kita harus lupa dengan keberadaan mereka sekarang. Tiba-tiba, aku merasa kalau aku ingin meraup muka dan juga buang air kencing sekarang. Aku pun mencoba untuk pergi ke kamar mandi dengan izin ke Arya sekarang ini. “Arya, aku ingin ke kamar mandi sebentar ya. Mencoba untuk menyegarkan pikiran dan juga kepalaku sekarang. Jangan kemana-mana ya.” Aku takut, jika nanti Arya hilang entah kemana meninggalkanku sendirian di kantor ini nantinya. Aku pun telah selesai kencing di kamar mandi sekarang, dan berada di wastafel semata-mata hanya utnuk mencoba membersihkan mukaku. Tapi tiba-tiba, sebuah suara ketukan pintu datang dari luar pintu kamar mandi, aku tak tahu siapa itu di sana, namun aku yakin kalau itu adalah Arya yang sedang ingin untuk masuk ke dalam sini meskipun tahu aku masih ada di dalam sekarang ini. “Sebentar Arya, aku akan selesai sebentar la-“ Tiba-tiba, sebelum aku selesai berbicara, Arya masuk ke dalam kamar mandi. Dia memelukku dari belakang, mencium leher dan juga rambutku dari sana. Sementara tangan kirinya, berada masuk ke dalam daerah yang tak seharusnya dia masuki dengan mudahnya. Dan entah entah kenapa aku merasa keenakan sekarang ini. Dia memasuki daerah itu berulang-ulang kali, menggunakan dua jari miliknya. Sementara mulutnya dengan aktif menciumi leherku, seperti mengatakan kalau aku ini adalah miliknya sekarang. Hingga akhirnya, gigitan manis dari giginya mencengkeram leherku, membuatku melenguh dan juga mendesah dengan sangat keras di kamar mandi itu sekarang. “Maaf Sabrina, namun semenjak malam itu, aku tak bisa menahannya lagi. Kau, selalu berada di dalam fantasiku semenjak itu, dan aku menginginkanmu...”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD