Seperti yang Aristy katakan, maka tiap hari dia menjemput Bima. Bima tentu tak enak. Tapi apa mau dikata? Kadang Aristy minta mereka janjian jalan pulang kerja. Tentu tidak dengan sopir. Dia minta Bima yang datang ke butiknya lalu nanti pergi dengan mobil Aristy.
“Aku suka Kakak,” tembak Aristy saat mereka sedang makan malam.
“Aku tak punya wacana apa pun untuk menjawab rasa sukamu. Aku apa adanya. Jujur aku suka dengan kamu sebagai perempuan, tapi belum berharap untuk lebih. Walau aku senang kamu mengakui perasaanmu. Ya sudah kita penjajakan lebih dalam. Kalau memang kita bisa serasi aku akan memperkenalkan kamu ke orang tuaku, karena aku nggak pernah main-main dengan perasaan. Kalau sudah aku kenalkan ke orang tua tentu kita harus serius. Tak bisa mundur,” kata Bima menjawab perasaan suka Aristy.
Hal itu terjadi tiga bulan sejak mereka bertemu kembali di Jakarta. Saat itu Aristy merasa harus mengatakan bahwa dia menyukai Bima, karena dia yakin kalau menunggu Bima yang nembak duluan itu akan butuh waktu berabad-abad lagi.
≈≈≈≈≈
“Besok ikut acara kantor ya? Kantor akan menyambut pemimpin baru yaitu Calon CEO perusahaan. Katanya perusahaan akan diserahkan ke dia setelah dia bekerja dua tahun dan melihat prestasinya nanti. Dia tamatan dari Singapura. Walau satu kampus dengan aku tapi dia jalur Singapura bukan jalur Paris,” kata Bima.
“Aku dengar dia dua tahun diatasku tapi baru saja selesai S1 di Singapore.”
Beda ya, Bima lebih muda dua tahun malah sudah selesai S2. Anak orang kaya kadang merasa tak perlu mengejar target, santai saja. Walau tak semua anak orang kaya demikan.
“Baik Kak,” jawab Aristy.
“Nanti berangkat Kakak dari butik aku saja ya. Biar aku carikan Kakak pakaian yang couple dengan aku,” kata Aristy.
“Aku ada jas kok,” tolak Bima secara halus.
“Enggak apa-apa, nanti aku kasih jas yang pas dengan warna gaun yang aku gunakan agar kita serasi,” kata Aristy.
“Terserah Nyonya saja lah,” canda Bima. Aristy menjawab dengan senyuman. Dia sangat senang bisa menjadi kekasih dari manajer personalia muda di perusahaan tersebut. Memang setelah tujuh bulan bekerja akhirnya Bima menjadi manajer personalia.
≈≈≈≈≈
“Ayo kita kenalan ke calon CEO, kayaknya dia akan menjabat wakil CEO dulu sebelum CEO mundur,” kata Bima. Saat mereka sedang di acara pesta penyambutan calon wakil CEO baru.
“Ardhy ini kenalkan namanya Bima. Dia kader terbaik Papa,” Kintoko Raharjo memperkenalkan anaknya pada Bima. Jelas dia memuji Bima.
“Saya Bima Pak. Mohon bimbingannya,” kata Bima merendah.
“Hallo, saya Ardhy Bawono Raharjo, panggil saja Ardhy bila tak sedang suasana formal. Jangan merendah seperti itulah. Kalau Papa bilang kamu adalah kader terbaik, aku yakin penilaian Papa nggak pernah salah,” kata Ardhy dengan ramah.
“Bapak perkenalkan ini teman dekat saya,” kata Bima pada Pak Kintoko, juga pada Ardhy.
“Saya Aristy,” kata Aristy mengulurkan tangannya pada Kintoko dan Ardhy.
Lalu Kintoko mengajak Ardhy berkenalan dengan staf-stafnya yang lain dan Bima juga beramah tamah dengan sesama pegawai di sana. Mereka diperkenalkan pada Aristy yang dia bilang teman dekatnya saat ini. Tentu saja teman-temannya kaget karena selama ini Bima itu tak pernah terlihat tertarik pada seorang perempuan, ternyata dia sudah punya bidadari.
≈≈≈≈≈
“Bukankah itu Aristy dan Pak Ardhy? Kok mereka akrab seperti itu? Tangan Pak Ardhy di pinggang Aristy, padahal itu tak pernah aku lakukan. Apa sedekat itu hubungan mereka?”
“Ya ampuuuuun,” Bima langsung tak percaya melihat Ardhy mengecup pelipis Aristy. Ini di tempat terbuka, di sebuah mall. Tak ada malu hal itu mereka lakukan.
Tak mau bikin ribut tapi tak mau juga menduga-duga Bima langsung mendatangi kedua orang yang berada di depannya tersebut.
“Selamat malam Pak Ardhy,” kata Bima dari belakang mereka berdua.
Ardhy dan Aristy langsung menoleh, keduanya pucat pasi.
“Bima, saya bisa jelaskan,” kata Ardhy.
“Tak perlu Pak. Tak perlu ada yang dijelaskan. Saya enggak apa-apa kok. Tapi seharusnya Bapak itu gentle. Katakan saja kalau memang mau sama perempuan ini, karena saya tak akan melarang Pak. Hati itu tidak bisa dilarang dan saya tak akan mungkin menahan hati yang tak mau saya pertahankan. Berarti kalau dia memang mau berpaling ya silakan saja. Tapi seharusnya sebagai seorang yang punya kebudayaan, punya otak dan punya agama, dia juga bilang pada saya. Tidak main selingkuh seperti itu. Dia yang mengejar cinta saya koq.”
“Sekarang saya jadi tahu nilai kalian di mana. Jangan persoalkan masalah ini. Tak akan jadi masalah buat saya. Setidaknya saya sudah tahu dan untuk selanjutnya saya tidak akan mungkin mendekati Aristy lagi, karena saya sudah tahu kapasitas diri ini.”
“Saya tidak ingin melanjutkan hubungan apa pun dan tidak berharap apa pun. jadi Bapak maupun kamu perempuan, silakan saja. Yang saya yakin, semua karyawan di kantor tahu kok Bapak dapat bekas saya, walau saya belum pernah menyentuh pipinya atau keningnya seperti yang Bapak lakukan di muka umum seperti tadi. Setidaknya semua karyawan tahu bahwa Aristy itu teman dekat saya. Sehingga ya mereka tahulah Bapak ambil bekasnya saya,” kata Bima santai.
‘Apa yang mereka lakukan bila hanya berdua saja?’ pikir Bima saat itu.
“Selamat malam Pak, selamat bersenang-senang,” tanpa menunggu jawaban Bima langsung terbalik dan kembali melanjutkan belanja.
‘Alhamdulillah aku tidak mendapatkan barang rongsokan. Entah apa yang akan terjadi bila aku tetap belum tahu hubungan mereka di belakangku ini. Sekarang aku tahu karakter Aristy seperti apa. Juga karakter Pak Ardhy. Padahal di depan bapaknya dia juga tahu kalau Aristy adalah kekasihku. Tapi dia tak malu menggaet berarti dia akan mendapati kesulitan dari Pak Kintoko, silakan saja.’
≈≈≈≈≈
Tak ada patah hati berkepanjangan dari Bima, karena dulu yang mengejar dirinya adalah Aristy duluan. Walau dia sakit karena diselingkuhi tapi dia bersyukur. Bima melanjutkan hidupnya dengan lurus-lurus saja. Tak ada mabuk karena patah hati apalagi sampai bunuh diri. Dia semakin berhati-hati terhadap perempuan karena ternyata banyak perempuan yang tergila-gila sama harta.
Walaupun dia sudah orang berlebih seperti Aristy, rupanya jabatan wakil CEO yang akan dimiliki oleh Ardhy lebih menjerat Aristy daripada jabatan Manager personalia yang disandang Bima. Tentu saja Bima tak peduli
‘Rupanya ini kasak khusuk beberapa teman yang sudah pernah memergoki mereka, tapi mereka tak berani ngomong sama aku,’ batin Bima saat itu. Karena memang beberapa teman bilang bahwa Pak Ardhy pacaran dengan kekasih seorang karyawannya.
≈≈≈≈≈
“Bapak memanggil saya?” tanya Bima karena tiba-tiba dia dipanggil oleh Kintoko ke ruangannya.
“Saya minta maaf, saya baru tahu kalau anak saya melakukan hal buruk padamu,” kata Kintoko.
“Maksud Bapak apa ya Pak?”
“Semalam saya pergi ke pesta dan ternyata di pesta itu saya lihat Ardhy datang bersama kekasihmu. Saya tentu saja kaget dan mamanya Ardhy juga ada di sana. Dia mendengar dari beberapa karyawan kalau Ardhy jadi penikung kekasih karyawan kami. Tentu saja istri saya malu karena kelakuan Ardhy. Sebab beberapa ibu membullynya mengatakan istri saya tak bisa mendidik anak.”
“Tidak apa-apa Pak. Saya nggak ngelarang kok. Saya juga baru tahu dua minggu lalu saat memergoki mereka. Mereka memang bermain di belakang saya dan menusuk saya. Tapi saya nggak jadi masalah. Sudah dua minggu ini saya tahu dan saya nggak ribet apalagi nonjok anak Bapak atau segalanya.” Bima masih tenang.
“Karena perasaan itu tidak bisa dibeli Pak. Berarti kan memang dia yang tidak setia. Saya yakin kok apa yang kita tanam akan kita tuai. Mereka akan menuai apa yang mereka tanam, itu yang saya yakini,” kata Bima.
“Tujuan saya memanggil kamu sebenarnya bukan hanya meminta maaf, karena kelakuan putra saya. Tapi saya juga ingin memberikan SK ini,” Kintoko memberi map berlogo perusahaan.
“Apa maksud Bapak, Pak?” tanya Bima.
“Saya ingin kamu memegang cabang Singapura. Dulu saat kuliah Ardhy memang magang di sana, tapi hanya sebagai staf administrasi. Hanya sekedar dia belajar saja. Dia bukan memegang jabatan apa pun di sana dulu. Karena itu di sini pun dia akan memegang dua tahun dulu sebagai wakil CEO, bila dia mampu baru akan saya angkat.”
“Saya memutuskan kamu pegang cabang Singapura, karena kamu mampu dan yang pasti agar kamu tidak berkinerja buruk setelah tahu atasanmu yang merebut kekasihmu. Jadi mulai minggu depan kamu akan bertugas di sana.”