PERAYAAN ANNIVERSARY

1061 Words
"Sayang nanti malam aku mau kamu kosongkan acara ya ?" Tanya Moondy saat aku mau kerja. "Mau apa sayang ?" Tanyaku. "Apa kamu lupa sesuatu ?" Tanya Moondy sambil meraih kedua pipiku. "Emmmmm. Tentu aku ingat dong sayang." Kataku sambil mengecup bibir Moondy. "Sampai ketemu nanti malam ya." Ucap Moondy sambil mengecup keningku. Sama seperti tahun kemarin, hari ini aku dan Moondy melakukan perayaan ulang tahun pernikahan kami yang kedua. Acara perayaan ini lebih besar dari taun kemarin. Kami mengundang teman dan rekan bisnis kami. Acara kami lakukan di salah satu cafe milik Moondy. Sengaja aku meminta Moondy untuk tidak memberitahu Pelangi. Biar bagaimanapun juga ini anniversary kami, kami berhak melakukannya tanpa Pelangi. "Selamat ulang tahun pernikahan sayangku. Terimakasih sudah mendampingiku selama ini. Tetaplah selalu bersamaku. I love you." Ucap Moondy pada acara inti perayaan kami. Dan diiringi sorak sorai teman dan tamu undangan kami. "Selamat ulang tahun pernikahan kita juga sayang. Semoga kita segera diberi momongan, makin langgeng sampai kakek nenek. I love you too." Balasku sambil disusul ciuman mesra Moondy yang mendarat di bibirku di depan banyak orang. Tepuk tangan dan sorak sorai tamu undangan kembali bergema memenuhi seisi cafe ini. Mereka seakan bahagia melihat pemandangan ini. Moondy juga tak kunjung melepaskan ciumannya, dan malah terus mendekapku. Aku sedikit mencubit pinggang Moondy agar dia melepasnya, pasalnya tidak mungkin kami melanjutkan adegan panas kami disini. "Sekarang potong kue ya pak Moondy, Ibu Bulan." Kata MC acara kami. "Wong lanang a*u ! ( Laki-laki anjing!)" Ditengah acara kami muncul seorang wanita hamil yang tiba-tiba menarik Moondy dari belakang. Dasar pelakor gak tau diri !" Arini menarik rambutku, membuatku jatuh dan melemparku dengan kue pernikahan kami. Ini sungguh diluar dugaanku. Ternyata ada Pelangi dan kedua teman-temannya disini. Wanita hamil itu terus mengumpat diriku dan Moondy. Tak perduli perutnya yang membesar dia terus menyumpah serapahi Moondy dan diriku, dia juga tak segan memukul d**a Moondy bahkan melempar Moondy dengan kue pernikahan kami. Kulirik Pelangi sekilas berusaha untuk menarik temannya dari amukannya pada Moondy. Dia menangis dan tanpa melirikku sedikitpun. Rin udah Rin, ayo kita pulang Rin. Lihat aku Rin, tolong." Kata Pelangi berdiri memohon pada Arini. "Urusanku karo koe durung rampung ya !" Arini kembali ingin menghajar Moondy tapi ditahan oleh Amir. "Heh Pelakor ! Kalau sampai kita ketemu lagi, tak jamin ayumu bakal ilang!" Tunjuk Arini padaku. Setelah beberapa menit akhirnya merekapun pergi. Tapi acaraku terlanjur hancur. Bahkan aku mendengar bisik-bisik mereka bahwa aku merebut suami orang. Iya mereka menyebutku pelakor! "Sayang kamu ga pa-pa ?" Tanya Moondy menolongku yang masih tersungkur dibawah. "Aku mau pulang sayang. Aku malu." Kataku sambil menangis. "Iya sayang. Kita pulang sekarang. Aku akan membuat perhitungan untuk Pelangi." Kata Moondy membantuki berdiri. Pertengkaran tak dapat dihindarkan lagi. Moondy sudah meluap penuh amarah. Pelangi terus membela dirinya. Aku masih terdiam dan menangis meratapi nasibku yang buruk di depan teman bisnisku. Karir yang kubangun bertahun-tahun hancur hanya karena aku di cap sebagai Pelakor. Moondy tak hanya mengeluarkan kata kasar, tapi dia juga menampar Pelangi berkali-berkali. Moondy yang penuh emosi dan Pelangi yang terus membantah, tidak ada penyelesaian diantara mereka. Aku hanya bisa diam karena jujur aku sendiri juga sakit hati dengan perlakuan Arini, seharusnya mereka tidak memperlakukan aku seperti ini. Aku sudah tidak perduli dengan apapun perlakuan Moondy pada Pelangi, biar saja dia juga merasakan sakit seperti apa yang aku rasakan. "Sayang jangan !" Aku berteriak begitu mendengar Moondy mentalak Pelangi. Namun Moondy sama sekali tak menggubris perkataanku. Aku tak menyangka kalau kata talak akan keluar dari mulut Moondy. Kupikir dia hanya akan memberikan pelajaran pada Pelangi, bukan menalaknya. Pelangi yang mendengarnya langsung mengiyakan talak dari Moondy. Pelangi meninggalkan kami dan masuk kamar. Aku ingin mengejar tapi Moondy melarang. "Biarkan saja!" Perintah Moondy. "Tapi Pelangi sayang..... " "Percayalah padaku. Besok semua akan baik-baik saja." "Seharunya kamu jaga ucapan kamu. Jangan semudah itu mengucap talak." Kataku. "Aku tidak akan menceraikannya. Aku hanya menggertaknya. Dia pikir akan semudah itu bercerai denganku." "Ya tapi kalau Pelangi benar-benar menerima bagaimana ?" "Sudahlah sayang jangan terlalu difikirkan. Aku capek. Ayo kita tidur." **** Aku bangun lebih dulu daripada Moondy. Aku ingin menemui Pelangi. Aku ingin berbicara empat mata dengannya. Segala kesalah pahaman ini harus segera selesai. "Ngi .... " Kucoba ketuk pintu kamarnya. Namun tak ada jawaban. "Ngi buka pintunya. Kita harus segera menyelesaikan masalah ini." Aku masih tetap mencoba mengetuk pintu kamarnya. Hasilnya sama. Ragu. Aku perlahan membuka pintu kamarnya. Ternyata tidak di kunci. Aku membukanya pelan. Dan ternyata tidak kudapati Pelangi di dalam kamarnya. Kucari di kamar mandi, dia juga tidak ada. Aku menemukan kartu ATM, kartu kredit dan buku pernikahan di meja rias kamar Pelangi, perasaanku sudah tidak enak, aku buka lemari pakaian, dan ternyata bersih. Tidak ada satupun yang tertinggal dari pakaian Pelangi. "Sayang ...... " Aku berteriak memanggil Moondy. Air mataku menetes. Aku menangis. Entah kenapa aku begitu sedih dengan kepergian Pelangi. "Kamu kenapa sayang ?" Moondy mendatangiku. "Pelangi sayang. Dia nggak ada. Dia pergi. Dia ..... " Moondy mengambil buku pernikahan, kartu kredit dan atm yang kupegang, setelahnya dia membuka lemari pakaian dan kamar mandi. Kemudian dia berlari keluar, aku tau kemana, tapi aku yakin dia mencari Pelangi. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Tapi Pelangi belum juga pulang. Aku masih menangis menyesali kepergian Pelangi. Aku tak berhenti menghubungi ponsel Pelangi. Tapi tak pernah ada jawaban. Sepertinya dia sengaja mematikan ponselnya agar tak mendapat telepon dari kami. "Sayang gimana ?" Tanyaku setelah Moondy pulang. Daritadi pagi Moondy memang pergi, dia mencari Pelangi. "Aku belum nemuin Pelangi." Jawabnya. "Aku udah berusaha menghubungi dia, tapi ga aktif sayang. Kita harus cari dia kemana ?" "Dia pasti kembali." "Kamu tau darimana ?" "Pelangi tidak punya siapa-siapa disini. Aku yakin dia pasti akan kembali." "Kamu tidak mencoba menghubungi orang tua Pelangi ?" Moondy enggeleng. "Kenapa ?" "Aku yakin Pelangi tidak akan pulang kerumahnya." "Lalu ?" "Pelangi tidak akan membawa masalah ini di keluarganya, apalagi bapaknya punya penyakit jantung." "Trus kita cari Pelangi dimana ?" "Kita tunggu sampai besok ya. Jika dia tidak kembali aku coba cari dia lagi. Sekarang aku mau istirahat dulu. Aku capek." Moondy meninggalkanku sendirian di ruang tv. Dibalik pembawaannya yang santai. Aku tau dia sebenarnya kuatir. Aku tau dia juga menyesal atas kepergian Pelangi. Hanya saja dia tidak mau menunjukkannya di depanku. Aku tau Moondy pasti menyesal telah menampar bahkan memukul Pelangi semalam. Dia bahkan tidak tidur menjelang subuh. Aku tau itu. Aku tau Moondy sudah mencintai Pelangi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD