KEMBALI PULANG

1120 Words
Dua hari setelah kejadian itu Moony sedikit lebih perhatian pada Pelangi. Dia nampak berbeda. Mungkin memang benar benih cinta itu sudah mulai muncul. Aku harus ikhlas jika memang hal itu terjadi. "Nanti malam aku mau makan malam dengan kalian berdua." Ucap Moondy saat kami sedang bersiap untuk berangkat kerja. "Ada acara apa sayang ?" Tanyaku. "Aku mau kasih surprise buat kalian." "Apa itu sayang ? Aku kepo nih." "Nanti malam kalian juga tau. Aku habis ini ngasih tau Pelangi dulu." "Iya sayang." Ini kali pertama Moondy membuat rencana tanpa sepengetahuanku. Biasanya dia selalu meminta pendapatku jika itu hubungannya denganku, Pelangi atau kita bertiga. Malam ini kami makan malam bersama. Moondy memberikan dua buah cincin yang sama persis untukku dan Pelangi. Bedanya adalah mata cincin Pelangi berwarna merah dan punyaku bermata biru. Aku sedikit tidak suka sebenarnya, karena aku paling tidak mau disamai. Berbeda dengan Pelangi, entah kenapa melihat Pelangi tersenyum, aku juga ikut bahagia. Mungkin ini yang dimaksud surprise oleh Moondy. Malam ini aku tidur sendiri. Setelah beberapa minggu tidur bersama Moondy, baru malam ini dia secara gamblang ingin tidur bersama Pelangi. Ada rasa cemburu di dalam hatiku. Entah kenapa perasaanku mengatakan kalau mereka akan melakukannya malam ini. Aku takut. Aku takut kalau pada akhirnya Pelangi hamil lebih dulu daripada aku. Karena jika Pelangi hamil pasti Moondy tidak akan lagi perduli padaku. **** Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di kantor. Rasanya fikiranku tidak tenang. Pagi tadi saat kami bertemu aku berusaha tersenyum meskipun banyak pertanyaan yang bergejolak di dalam fikiranku. "Sayang ...." Aku melingkarkan tanganku di leher Moondy. "Iya sayang..." "Semalam saja kita tidur terpisah membuatku merindukanmu." "Benarkah ? Aku juga merindukanmu." Aku memutar mengelilingi kursi. Aku duduk diatas paha Moondy dan mencium bibirnya. Moondy penyuka wanita agresif. Dia sangat suka jika aku sudah merayu dan menggodanya seperti ini. Moondy mengusap punggungku, kuciumi bibirnya, aku mulai menyusuri setiap giginya dan menuntut masuk ke rongga mulutnya. Aku menarik pelan rambutnya, tak lupa aku sisipkan desahan agar Moondy semakin b*******h. Aku sungguh berharap percintaan kami malam ini membuahkan hasil. Aku berharap bisa segera hamil agar Moondy segera menceraikan Pelangi dan hanya aku satu-satunya istri dari Moondy Alsegara. "Aku harus hamil. Aku harus bisa segera hamil sebelum Moondy meniduri Pelangi. Aku yakin Moondy mulai mencintai Pelangi. Aku bisa merasakannya. Bukan tidak mungkin jika mereka berdua akan melakukan hubungan itu. Apalagi mereka sudah semakin intens tidur bersama dalam satu kamar." Kuambil kunci mobilku. Aku sungguh tidak tenang. Kulajukan kemudiku menuju ke apotik. Kubeli tespek sebanyak mungkin. Dan setiap kali aku selesai bercinta dengan Moondy aku selalu melakukan tes kehamilan, dan sampai tespekku habis aku tak kunjung juga mendapat hasil positif. ***** Hingga dua tahun pernikahan kami, aku tak kunjung juga diberi momongan. Aku dan Moondy sudah berkonsultasi dengan dokter. Kamipun sudah melakukan pemeriksaan, dan hasilnya aku dan Moondy sama-sama normal, tetapi kenapa Tuhan tak kunjung juga memberikan aku momongan. "Sabar sayang. Mungkin memang belum waktunya." Hibur Moondy padaku. "Tapi sampai kapan ? Aku sungguh ingin hamil. Aku ingin membahagiakanmu." Aku menangis memeluk Moondy "Kamu tersenyum saja aku sudah bahagia sayang. Jangan menangis lagi, aku ikut sedih jika kamu begini." Aku menghamburkan diriku ke pelukan Moondy. Pelukan ternyamanku selama ini. Bersama dia aku merasa damai. Sungguh aku tak ingin kehilangan suamiku. **** "Padahal aku sudah sangat merindukanmu sayang." Kata Moondy dari ujung telepon sana. "Kamu pikir aku tidak ? Berada jauh darimu selama ini benar-benar membuatku tersiksa sayang." "Kalau sudah selesai cepat pulang ya sayang ?" Pintanya. "Pasti sayang. Kamu jaga diri baik-baik ya disana sayang. Baik-baik sama Pelangi." "Iya sayang. I love you." "I love you to." Aku tidak tau kenap malam ini aku merasa uring-uringan. Fikiranku tidak tenang, hanya ingin segera pulang dan bertemu dengan Moondy. Di acara keluarga ini fikiranku tak fokus hingga aku tak sengaja memecahkan gelas saat dimintai tolong ibuku mengambilkan gelas di gudang. "Kamu kenapa sih Lan ? Ngambil gitu aja gak bisa ? Sekarang gimana coba ? Jaadi pecah semua kan ?" Omel ibu Bulan. "Maaf ma, Bulan gak sengaja." Kata Bulan menyesal. Satu hari setelah acara selesai aku memutuskan untuk langsung pulang. Aku sudah tak sabar lagi untuk bertemu Moondy. Dua hari ini komunikasi kami sedikit terganggu. Biasanya sebelum tidur kami selalu melakukan sleep call jika jika sedang berjauhan. Tapi tidak untuk dua malam ini. Sampai rumah di Semarang hari sudah sore. Kulihat mobil Moondy terparkir di garasi. Sedangkan motor Pelangi tidak ada besar kemungkinan dia belum pulang kerja. Aku berlari ke rumah dan langsung mencium Moondy yang sedang bersantai di ruang tv. Tak kuperdulikan lagi apapun, aku hanya ingin dia. "Wow sayang... Pelan-pelan doong." Kata Moondy saat aku memberikan dia jeda untuk mengambil nafas dari ciumanku. "Aku kangen tau." Kataku lagi sambil kembali melumat bibirnya. Kali ini aku sungguh menuntut dan tak ingin melepaskannya. Kubuka perlahan kaos yang dia kenakan, kuciumi tengkuknya, lehernya, dadanya dan aku membuka celana kolor yang dia pakai, kejantanan milik Moondy sudah menegang, aku tahan lagi langsung kuraih dan kumasukkan ke dalam mulutku. "Ah .... " Moondy mengerang dan menyentakkan kepalanya. Aku tau dia sangat menyukainya. Percintaan kami pun berlanjut, setelah kurasa milikku juga basah aku segera melucuti semua pakaianku. Aku langsung duduk diatas paha Moondy dan kumasukkan kejantanan Moondy di kewanitaanku. Kami berdua sama-sama menikmati percintaan sore ini. Aku ingin memuaskan suamiku, aku ingin memimpin percintaan ini. Hingga tiba saatnya pelepasan kami, aku langsung menjatuhkan tubuhku dalam pelukannya. "Aku merindukanmu sayang." Kataku sambil mengecup bibir Moondy. "Aku juga." "Pelangi masuk siang ya ?" Tanyaku. "Iya sayang. Tadi pagi dia bilang begitu padaku." "Hubungan kalian baik-baik saja kan selama beberapa terakhir ini ?" Tanyaku. "Ummm...... " "Kenapa ?" "Boleh aku bercerita jujur ?" "Tentu dong. Kapan aku melarangmu ?" "Hubunganku dan Pelangi sudah baik. Bahkan sangat baik. Dan kami juga ..... " "Juga apa ?" Tanyaku sambil membenarkan posisi dudukku. "Kami sudah bercinta." Deg. Hatiku hancur mendengar cerita dari Moondy. Bagaimana bisa dia melakukan itu padaku. Ternyata kekhawatiranku selama ini benar kan. Ketakutanku pada akhirnya akan terjadi juga. Aku merasa sangat sakit hati dan tidak rela. Bahkan aku sengaja datang dan langsung mengajak Moondy berrcinta karena aku mengira dia pasti merindukan rasanya bercinta, tapi dugaanku salah, dia sudah memuaskan dirinya lebih dulu dengan Pelangi. "Sekarang aku sudah bisa adil padanya. Aku sudah bisa menerima dia. Dan aku sudah membuka sedikit hatiku padanya." Lanjut Moondy. Aku berusaha tersenyum saat mendengar Moondy bercerita lagi tentang perasaannya. Bagaimana bisa secepat itu. Aku sungguh cemburu. "Kamu ga pa-pa kan sayang ?" Tanya Moondy. "Oh iya sayang, tentu. Aku senang akhirnya kamu bisa adil pada Pelangi. Dia tentu sangat bahagia sekarang." Kataku sambil memeluk Moondy. Kutahan air mataku yang hampir saja menetes di kedua pipiku. Ternyata begini rasanya sakit hati dan cemburu. Seumur-umur aku belum pernah merasakan sakitnya patah hati karena kekasihku bercinta dengan orang lain. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD