CEMBURU

1135 Words
Aku lebih memilih menenangkan diriku terlebih dahulu. Kurasa Pelangi juga harus tau cerita yang sebenarnya. Bahwa bukan aku yang merebut Moondy darinya, tapi dialah justru yang merebut Moondy dariku. "Ngi !" Aku mendatangi Pelangi yang sedang beristirahat sesuai menyapu halaman belakang. "Ada apa ? Butuh sesuatu ? Biar aku ambilkan." Jawabnya sambil berdiri tegap layaknya seorang pembantu. "Aku mau bicara sama kamu." "Kurasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Bersikaplah sama seperti Moondy bersikap padaku. Jangan terlalu sering mendekatiku. Memiliki jarak lebih baik untuk kita." "Aku tidak akan memperlakukanmu seperti itu. Dan aku juga akan meminta Moondy untuk tidak memperlakukanmu dengan buruk." "Untuk apa ? Tidak perlu ! Jangan meminta padanya. Jangan membelaku." Kata Pelangi sambil beranjak pergi. "Ngi dengerin aku !" Aku menarik tangan Pelangi lagi kali ini kuberi penekanan agar dia tak lepas lagi. "Apa lagi sih ?" "Aku pengen kita berdua akur. Akur sebagai istri Moondy. Bukan menjadi musuh seperti ini. Kamu bisa anggap aku kakakmu kalau mau." "Aku rasa aku tidak bisa menerima tawaranmu." Pelangi berusaha menghempas tanganku tapi kali ini dia tidak bisa melepasnya. "4 tahun bukan waktu yang singkat untukku menjalin hubungan dengan Moondy. Bahkan usaha butikku itu kubangun bersama dengan dia. Moondy yang mendampingiku dari 0. Aku juga mendampingi dia meneruskan usaha milik keluarganya dari 0, dulu usaha keluarga Moondy tidak sebesar sekarang. Susah senang sudah kita lalui bersama. Keputusan menikah sudah kita rencanakan berdua, tapi sayang kedua orang tua Moondy tidak menyetujuinya. Mereka bilang bahwa Moondy telah dijodohkan oleh mendiang kakeknya untuk menikah dengan kamu. Hancur Ngi. Hatiku hancur saat itu. Ingin mati rasanya aku. Tapi Moondy tetap meyakinkanku bila kita masih bisa bersama." Jelasku. "Pada dasarnya kamulah yang merebut Moondy dariku. Bukan aku yang merebut Moondy darimu !" Lanjutku. Pelangi menghempas tanganku. Ada air mata tertahan di matanya. Dia mencoba pergi untuk menjauh dariku. "Bodoh jika aku harus mengemis kebaikanmu padaku. Karena jika aku tega, bisa saja aku memperlakukanmu lebih buruk dari yang Moondy lakukan. Tapi aku tidak melakukan itu, karena aku tau bagaimana berada di posisimu." Lanjutku. "Lepas dari kalian pacaran atau tidak. Tapi mas Moondy sudah menikah denganku. Dan kamu, jika memang kamu wanita baik-baik harusnya kamu menjauhi mas Moondy. Ingatlah selama apapun kalian pacaran jika salah satu dari kalian sudah menikah maka mau tidak mau kalian harus saling melupakan. Karena tahta tertinggi dari sebuah hubungan adalah pernikahan! " Kata Pelangi. "Gak bisa segampang itu. Bayangkan jika itu ada diposisi kamu. Setidaknya Moondy tidak menyelingkuhimu. Dia meminta ijinmu untuk menikahiku. Itu yang perlu kamu garis bawahi. Moondy bisa saja menikahiku dibelakangmu. Berselingkuh di belakangmu. Tapi dia tidak lakukan itu." Kataku. "Lalu kalian pikir apa yang kalian itu bukan perselingkuhan ? Sama saja ! Hanya bedanya dibalut dengan pernikahan yang sah. Iya kan ?" "Tolong kasih Moondy waktu, waktu untuk bisa menerima kehadiranmu. Kita berdua pasti bisa. Kalian berdua seperti orang asing yang disatukan dalam pernikahan, perkenalanpun belum terlalu jauh, tapi pernikahan sudah di depan mata. Tolong Ngi... Kasih Moondy waktu." Pintaku. "Aku tidak yakin." "Bisa Ngi. Percayalah. Semua hanya karena waktu. Jika sudah tepat semua pasti berubah." **** Terkadang aku merasa diriku bodoh. Tidak seharusnya aku bersikap demikian pada Pelangi. Tidak seharusnya aku mengemis meminta maaf Pelangi, tapi sebagai sesama wanita, aku tidak bisa seegois itu. Seharusnya aku bahagia karena Moondy memilihku. Menjadikan aku pemenangnya. Seharusnya aku bisa membuat Pelangi bercerai dari Moondy. Tapi kenapa aku tidak bisa. Aku justru meminta dia untuk bertahan bersamaku untuk memcintai Moondy. "Sayang .... " "Udah pulang sayang ?" Tanyaku pada Moondy. "Iya, aku kangen sama kamu." Kata Moondy sambil melumat bibirku. "Masih sore sayang..... " Tolakku sambil sedikit mendorong dadanya. "Bersamamu, selalu membangkitkan gairahku. Tidak perduli itu siang, sore ataupun malam." Kata Moondy sambil membelai rambutku. "Nggak enak kedengeran Pelangi nanti." "Biarkan saja dia." "Dia juga istrimu. Bahkan kamu belum menyentuhnya sama sekali. Tidak inginkah kamu tidur dengannya ?" "Tidak sama sekali." "Sayang ..... Ayolah lakukan kewajibanmu sebagai seorang suami." "Tidak untuk saat ini." Kata Moondy yang kemudian kembali melumat bibirku dengan menuntut. Kali ini tangannyapun turut menggerayangi tubuhku. Dia mulai menyentuh payudaraku dan gairahkupun mulai bangkit mengikuti permainan Moondy. Tangannya bermain dibelakang melepas tali braku dan meremas payudaraku membuatku melenguh nikmat. Jujur aku bahagia setiap kali Moondy menyentuhku, mencumbuku, bahkan menolak untuk tidur bersama Pelangi dan memilih bersamaku. Meskipun di bibirku aku meminta Moondy untuk melakukan kewajibannya pada Pelangi, tapi dalam hati aku tak bisa membayangkan betapa hancurnya hatiku jika sampai Moondy benar-benar melakukanya. Aku tak bisa membayangkan tubuh kekar Moondy, kejantanan Moondy yang biasanya dia lakukan padaku harus dia bagikan juga pada Pelangi. Oh Pelangi, mungkinkah sekarang perasaanmu sekarang sedang terluka ? Aku minta maaf Pelangi. Tapi aku tetaplah seorang perempuan yang sama sekali tak iklas jika harus dimadu oleh suaminya. *** "Ngi Pelangi !" Kupanggil Pelangi yang masih ada di dalam kamarnya saat Moondy sudah pergi bekerja. "Iya Bulan ?" Jawab Pelangi yang masih dengan wajah mengantuk. "Kita belajar yuk untuk mengetahui apa saja yang disukai Moondy dan apa yang tidak di sukai Moondy." "Kamu gak kerja emang ?" "Nanti saja. Yang penting kita belajar dulu ya ? Mumpung Moondy sudah berangkat." Pelangi mengucek matanya. Nampak wajahnya begitu lelah. Setelah itu dia menganggukkan wajahnya menyetujui ajakanku. "Jadi kita mulai dari makanan kesukaan Moondy ya ?" Kataku pada Pelangi. "Iya." Jawabnya sambil berjalan mengikutiku menuju dapur. "Moondy itu suka banget sama makanan yang pedes, pokoknya apapun lauknya harus pedes. Harus ada sambelnya. Tapi Moondy tidak bisa jika ada makanan yang berminyak berlebih." "Gorengan gak suka ?" Tanya Pelangi bersemangat. "Suka, tempe itu makanan favorit dia, tapi dia nggak suka yang terlalu banyak minyaknya. Jadi misal kamu yang masak bisa nanti dikasih tisu dulu biar minyaknya berkurang sebelum disiapin di meja makan." "Oh ... " "Masakan padang Moondy gak suka. Opor ayam dia juga gak suka." "Oke." "Krupuk. Jangan lupa selalu sediain krupuk. Moondy ini kalau makan harus ada krupuk. Jadi kalau misal giliran kamu buat nyiapin makanan jangan lupa siapin krupuknya ya?" Aku menjelaskan semua tentang apa yang Moondy suka dan tidak sukAya. Aku tau bagaimana Moondy. 4 taun bukan waktu yang sebentar untuk saling memahami satu sama lain. Sejujurnya aku agak berat untuk mengajari Pelangi. Biar bagaimanapun juga aku masih sedikit takut kalau-kalau Moondy bisa saja juga menaruh hati pada Pelangi. "Teh macam apa ini ? Pahit ! Hitam ! Aku gak suka !" Moondy pernah juga semarah ini padaku saat dulu kami berkencan pertama kali di rumahku. Sama seperti Pelangi, aku juga pernah kena omel Moondy karena salah bikin teh, trus lupa ngajak dia makan seafood yang pada akhirnya malah bikin dia alergi karena terpaksa memakan seafoodnya karena ga enak sama aku. Cuma bedanya dulu Moondy tidak pernah sefrontal itu ketika dia marah padaku, beda dengan sikapnya dengan Pelangi. Mungkin karena mereka seperti orang asing yang baru dipertemukan dalam ikatan pernikahan, jadinya Moondy tidak bisa mengatur perasaannya sendiri saat berhadapan dengan Pelangi. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD