"Pelangi kemana sih ?" Tanya Moondy ketika mendapati Pelangi tidak ada dirumah.
"Aku nggak tau sayang. Coba ditelfon." Kataku.
"Aku nggak suka ya dia keluar-keluar begini tanpa aku." Marahnya.
"Mungkin dia cari suasana baru sayang. Dia kan dirumah terus juga jenuh."
"Dia kan bisa bilang sama aku kalau mau keluar. Aku bisa mengantarnya kemanapun dia mau."
Aku tak pernah melihat Moondy semarah ini sebelumnya pada Pelangi. Dulu, pernah dia melarangku pergi sendiri tanpa dia, tapi seiring berjalannya waktu, dan pekerjaan yang memisahkan kami akhirnya membuat Moondy menerima keadaan bahwa tidak selamanya orang pacaran itu kemana-mana harus bareng. Moondy tipe orang yang ingin dihargai dan dihormati. Dia itu sebenarnya menyukai perempuan yang penurut dan berdiam diri dirumah yang suka menyambut ketika berangkat dan pulang kerja. Tapi tentu saja aku tak bisa melakukan itu.
"Aku mau nunggu dia sampai pulang. Kamu tidur duluan aja sayang." Kata Moondy.
"Jangan terlalu keras padanya sayang. Dia juga istrimu."
"Iya. Kamu tidur duluan saja ya. Aku nyusul kalau Pelangi sudah pulang nanti."
"Kamu mau menunggu Pelangi ?"
"Iya. Aku harus tau dia kemana dan sama siapa perginya. Kamu istirahat dulu saja. Nanti aku nyusul."
"Yasudah. Aku ke kamar duluan ya."
***
Sekitar pukul 11 malam Moondy memasuki kamar. Aku yang sudah terlelap dalam tidurku terbangun karena Moondy membanting pintu kamar kami dengan keras. Wajahnya merah padam. Sepertinya memang mereka habis bertengkar.
"Kamu kenapa ? Pelangi sudah pulang ?" Tanyaku.
"Sudah! Aku habis bertengkar dengan dia."
"Kenapa ?" Aku membenarkan posisi dudukku dan mendekati Moondy.
"Dia mencari pekerjaan dan aku tidak suka dia melakukannya."
"Mungkin dia jenuh di rumah. Biarkan saja dia bekerja."
"Apa kurang uang yang kuberikan padanya ? Aku memberikan uang banyak untuk kebutuhannya, tapi dia sendiri yang tidak memakainya untuk bersenang-senang."
"Ini bukan masalah uangnya. Tapi ini masalah dia yang bosen dirumah."
"Iya, itu juga yang dia katakan padaku. Tapi aku tidak suka ! Aku hanya mau dia dirumah, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menunggu aku suaminya pulang. Membuatkan teh untukku dan menyiapkan makanan untukku. Sudah cukup kamu saja yang bekerja. Jangan Pelangi !"
Aku terdiam mendengar perkataan Moondy. Moondy tidak pernah mengutarakan keinginannya itu padaku. Tapi dia sungguh marah karena Pelangi mencari kerja. Hatiku bergemuruh, mungkinkah Moondy sudah mulai mencintai Pelangi ? Dulu bahkan Moondy tidak memperdulikan apa yang Pelangi lakukan, tapi sekarang Pelangi keluar rumah dia marah, Pelangi cari kerja Moondy marah, dan bahkan Moondy hanya meminta Pelangi dirumah untuk menunggunya pulang kerja.
Ahh .... Aku mulai cemburu. Benih-benih kecemburuan itu mulai datang padaku. Moondy memperlakukan aku tidak sama dengan Pelangi. Meskipun perhatian Moondy padaku sudah lebih dari cukup, tapi soal keinginan Moondy tentang kehadiran Pelangi saat dia pulang kerja cukup membuatku cemburu di buatnya. Biar bagaimanapun aku juga istrinya, aku juga ingin Moondy memintaku untuk menunggunya pulang kerja dan menyiapkan teh hangat untuknya.
****
Moondy terus melumat bibirku sedari tadi kami selesai mandi. Dia ingin mengajakku bercinta tetapi kutolak karena aku harus membantu Pelangi menyiapkan makan malam untuk kami. Aku merasa tidak enak hati jika harus Pelangi yang menyiapkan semua sendiri, tentu ini akan membuatnya semakin merasa dijadikan pembantu dirumah ini.
"Sayang ...... Udah ah, aku mau membantu Pelangi masak dulu." Kataku.
"Tapi aku pengen sayang ....." Kata Moondy menggoda.
"Iya, nanti malam ya. Sekarang biarkan aku memasak dulu buat makan malam."
"Baiklah." Moondy melepaskanku.
"Kamu mau makan apa sayang ?"
"Apa saja asal kamu yang masak."
"Masakan Pelangi juga enak kok."
"Sayang ...... " Moondy menarik tanganku sebelum aku keluar kamar.
"Iya sayang ?"
"Bolehkah aku tidur dengan Pelangi ?"
Ada sesuatu yang berdesir di dalam sana ketika mendengar pertanyaan Moondy untuk tidur dengan Pelangi. Jujur, aku pernah meminta Moondy untuk bersikap adil pada Pelangi, tapi ternyata baru ijin saja, rasanya sudah menyakitiku. Sanggupkah aku membiarkan Moondy bersama Pelangi ?
"Kamu ingin tidur dengan Pelangi ?" Tanyaku.
"Seperti yang kamu bilang, Pelangi juga istriku, sama seperti kamu. Jadi aku juga ingin melakukan kewajibanku padanya sebagai seorang suami."
Aku tersenyum getir. Sejujurnya aku ingin menangis. Tapi aku tak bisa. Aku takut jika aku menangis justru malah membuat Moondy mengurungkan niatnya.
"Lakukan sayang. Sudah saatnya. Penantian Pelangi sudah cukup lama." Kataku sambil membalikkan badanku menghindari tatapan mata Moondy.
"Kenapa sayang ? Apakah tidak boleh ?"
"Boleh kok sayang. Sudah waktunya sayang kamu bersikap adil. Aku gak pa-pa kok sayang."
Getir. Aku mengucapkannya dengan getir. Rasanya aku tidak rela. Suamiku harus tidur dengan perempuan lain. Oh tidak. Aku tak bisa membayangkan apa yang mereka lakukan nanti ? Apakah mereka akan melakukan penyatuan itu.
Saat makan malam Moondy mengungkap keinginannya untuk membagi jadwal tidur bersama kami. 3 hari bersamaku, dan 3 hari bersama Pelangi. Tentu saja Pelangi kaget, tapi aku tau dia sungguh menginginkan hari itu tiba.
Malam ini langsung Moondy tidur bersama Pelangi. Saat Moondy mencium keningku untuk berpamitan tidur dengan Pelangi, sungguh hatiku berat melepaskannya. Aku tidak bisa membayangkan bahwa mereka akan melakukan itu. Bibir yang setiap hari melumat bibirku. Tangan yang setiap hari mencumbuku, kini harus kubagi dengan Pelangi. Entah kenapa disaat seperti ini timbul rasa benci dalam diriku untuk Pelangi.
****
Aku hampir tidak tidur semalaman penuh, pikiranku merancau kemana-mana, sungguh aku tidak bisa menerima kenyataan esok hari. Akhirnya aku benar-benar di poligami oleh suamiku.
"Pagi sayang .... " Sapa Moondy padaku saat dia ingin mengambil pakaian dikamar kami.
"Sayang ....." Aku langsung berlari menghamburkan diriku untuk memeluknya.
"Hei kamu kenapa ?" Tanyanya sambil balas memelukku.
"Aku hanya rindu padamu." Ucapku berbohong.
"Baru semalam sayang aku tidur bersama Pelangi." Jawabnya.
"Kalian sudah melakukannya ?" Tanyaku.
Aku tau ini sungguh diluar batasku untuk menanyakan urusan pribadi Moondy dengan Pelangi. Tapi aku tak bisa membohongi diriku sendiri jika aku semalaman penuh tidak bisa tidur karena memikirkan hal itu. Berkali-kali aku membuka pintu kamarku hanya untuk mendengar lenguhan desahan mereka yang jujur tak kudengar juga, dan itu jujur membuat tersiksa karena memikirkan apa yang mereka lakukan didalam kamar.
Aku akui aku terlalu jahat sebagai seorang perempuan. Setiap kami melakukan itu, aku sengaja mengeraskan suara rintihanku. Rintihan nikmat yang Moondy berikan padaku. Untuk apa ? Agar Pelangipun mendengar betapa bahagianya kami. Betapa kami sama-sama terhanyut dalam surga dunia yang dia belum pernah rasakan dengan Moondy. Bahkan tak jarang aku mengajak Moondy melakukannya di luar kamar lantai atas agar Pelangi juga mendengarnya. Aku ingin membuat Pelangi cemburu padaku. Akan kutunjukkan padanya bahwa Moondy adalah milikku seutuhnya.
"Melakukan apa sayang ?" Tanya Moondy sambil meraih pinggangku.
"Hubungan itu ..... " Jawabku sedikit malu.
"Aku bahkan tidak tidur satu ranjang dengannya."
"Maksud kamu ?"
"Aku dan dia tidur terpisah walau kita berada dalam satu kamar. Dia di sofa dan aku di kasur."
"Jadi kalian tidak ..... ?"
"Tidak sayang. Aku belum bisa ternyata. Pelangi masih sangat asing untukku meskipun aku dan dia sudah lama tinggal bersama."
Aku memeluk Moondy. Aku tersenyum lega. Aku bahagia karena apa yang aku bayangkan selama ini tidak terjadi diantara mereka. Moondy masih milikku. Dia masih menjadi milikku seutuhnya. Dan aku berharap, semoga Moondy tetap tidak akan menyentuh Pelangi apapun yang terjadi. Pelangi maafkan aku, tapi aku masih belum sanggup jika harus berbagi suami denganmu. Cukup saja status, jangan biarkan yang lainnya juga harus terbagi.
"Bisa kamu berjanji padaku sayang ?" Tanyaku.
"Apa itu ?"
"Setidaknya jangan dulu menyetubuhi Pelangi selama aku masih dirumah ini. Aku tidak sanggup harus mendengar desahan mesra kalian berdua. Aku ... " Aku tak bisa melanjutkan kata-kataku. Aku menangis memeluk erat tubuh Moondy.
"Hey jangan menangis sayang. Tenanglah, aku tidak akan meniduri Pelangi. Aku hanya akan melakukannya denganmu. Aku mencintaimu."
****