KECELAKAAN

1573 Words
Hari ini aku ada meeting sama klien sampai malam. Maklum saja pesanan baju pengantin satu keluarga besar. Padahal di rumah Moondy sedang sakit. Sejak dari tadi malam dia terus mengigau, panasnya cukup tinggi. Aku ingin merawatnya tapi janji yang sudah kubuat tak bisa kubatalkan begitu saja. "Sayang aku panggilin dokter ya ? Badan kamu panas banget." "Enggak perlu sayang. Aku pakai buat tidur saja, nanti juga sembuh." "Kamu yakin ga pa-pa aku tinggal kerja dulu ?" "Iya sayang." "Aku bilang sama Pelangi ya ? Kalau ada apa-apa kamu ngomong aja sama dia." "Gak perlu sayang. Aku bisa sendiri." "Jangan begitu. Dia juga istrimu. Aku berangkat dulu ya ?" Aku meminta Pelangi untuk libur dan merawat Rudi. Syukurlah dia mau. Biar bagaimanapun juga Pelangi adalah istrinya, mungkin ini waktu yang tepat bagi Moondy untuk menerima Pelangi. Iya ! Aku sudah memutuskan untuk sungguh-sungguh membuat Moondy mencintai Pelangi. Rasa-rasanya aku tak bisa bersikap jahat terus pada Pelangi. Dia juga berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti Moondy memperlakukan aku. "Ngi ..... Pelangi !" Panggilku. "Iya Lan ?" "Moondy sakit. Badannya panas." "Gak dibawa ke dokter ?" "Justru itu bisakah hari ini kamu ijin dulu ? Kebetulan aku ada meeting penting sama pelanggan aku. Aku gak bisa rawat dan anter Moondy ke dokter. Kamu bisa bantu aku ?" "Oh gitu ya ? Yaudah nanti aku ijin sama bosku. Tapi apa mas Moondy mau kurawat ?" "Mau. Dia pasti mau. Dan dia gak bisa nolak karena kamu juga istrinya." "Yaudah nanti temenin dia kedokter." "Makasih ya Ngi. Oiya Moondy belum makan. Kamu yang urus ya ?" "Iya." "Yaudah aku berangkat dulu Ngi." Pamitku dengan terburu-buru. Jam 9 malam aku sampai rumah. Kudapati rumah sepi. Mungkin Moondy sudah tidur, dan Pelangi sedang berada di kamarnya. Aku berjalan pelan menaiki tangga, aku langsung berlalu menuju kamarku, tapi ternyata dugaanku salah, yang kulihat ternyata dua insan manusia sedang berpagut mesra, menyatukan dua bibir yang saling menuntut. Moondy melumat bibir Pelangi dan Pelagi juga membalas ciuman itu. Kedua tangannya bahkan sudah melingkar di kepala Moondy. Tangan Moondy menelusup ke dalan kaos yang dikenakan Pelangi meraih p******a mungil Pelangi. "Ehem." Setelah lebih dari 15 menit aku sengaja untuk membuat mereka menyelesaikan adegan romantis mereka yang membuatku sakit hati. "Aku keluar dulu mas." Melihatku datang Pelangi langsung pergi meninggalkan aku dan Moondy di kamar. Bisa kulihat dari wajah Pelangi wajah penuh bahagia dan malu tentunya. "Sayang aku .... " Moondy berusaha menjelaskan kepadaku saat aku mendekat padanya. "Gak pa-pa sayang. Sudah waktunya juga kamu memperlakukan Pelangi dengan adil sama sepertiku." Jawabku berusaha untuk tetap tegar. "Kamu gak marah ?" "Marah sih enggak. Cuma mungkin sedikit rasa cemburu itu ada. Tapi lama-lama juga mungkin aku akan terbiasa." "Maafkan aku sayang, aku hanya .... " "Berlakulah adil padaku dan pada Pelangi. Aku rasa ketidakhamilanku saat ini karena kita terlalu jahat pada Pelangi." "Kenapa kamu berfikir begitu ?" "Niat awal kita sudah buruk, jika aku hamil kamu akan menceraikannya. Dan itu pasti akan menyakiti Pelangi, pantas saja Tuhan belum memberi kita keturunan. Tolong, jangan sakiti Pelangi sayang." Kugenggam tangan Moondy. Meskipun berat, pada akhirnya aku memilih untuk iklas berbagi dengan Pelangi. Aku sangat mendambakan anak dari Moondy. "Perlakukan dia, sama seperti kamu memperlakukan aku." Kataku sambil memeluk Moondy. Aku tak bisa menahan tangis kecemburuanku lagi. *** Hari ini anniversary pernikahan kami. Jujur saja aku ingin merayakannya berdua dengan Moondy. Setidaknya sebelum dia akan membagi segalanya pada Pelangi. "Sayang ... " "Apa sayang ?" "Kamu inget gak sebentar lagi akan ada hari spesial apa ?" Tanyaku sambil melingkarkan tanganku pada punggungnya saat dia melihat tv. "Mana mungkin aku lupa sayang ? Hari anniversary kita yang ke 6 kan ?" Tanyanya lagi sambil mengusap kepalaku. Kukecup pipinya. Setelah itu aku berjalan memutari kursi dan duduk disampingnya menyandarkan kepalaku di bahu Moondy. "Boleh aku minta sesuatu ?" Tanyaku. "Tak perlu minta ijin. Kamu mau apa katakan, aku akan selalu mengabulkan permintaanmu." "Yang pertama aku ingin kita merayakan anniversary kita sayang. Aku ingin kita makan malam bersama dan sedikit menyelenggarakan hari jadi kita. Aku ingin mengundang beberapa teman dan rekan bisnisku." "Hanya itu ?" "Boleh lagi memang ?" "Katakan sayang." "Aku ingin kamu tidak bercinta dulu dengan Pelangi sebelum aku memintamu. Aku belum sanggup jika membayangkan kalian berdua bercinta sayang." Moondy tersenyum. Dia meraih bahuku dan mencium keningku. "Tak akan aku lakukan itu. Bahkan tanpa kamu minta pun aku tak akan melakukannya." Aku tersenyum bahagia mendengar penuturan Moondy. Aku merasa menang dalam memiliki cinta Moondy. Aku yakin dia bisa kupercaya. "Kira-kira nanti Pelangi tau gak ya kalau kita makan bersama ?" Tanyaku. "Tau juga gak pa-pa kan ?" "Jangan, aku gak enak. Aku sudah berjanji padanya untuk membuatmu bisa berlaku adil padaku dan padanya." "Mulai besok kan aku akan adil pada kalian sayang. Jadi kamu tenang aja, kita rayakan 1 tahun pernikahan kita dulu. Soal Pelangi kita pikir nanti." *** "Ngi pulang jam berapa kamu malam ini ?" Tanyaku lewat whosapp ke Pelangi. "Sayang sudah siap ?" Tanya Moondy. "Sudah dong sayang." "Oh iya aku mau minta sesuatu ke kamu." "Apa itu ?" "Aku mau kamu menutup mata kamu selama perjalanan kita sampai tujuan kita." "Tutup mata ?" "Iya. Aku mau kasih kejutan buat kamu." "Apa itu sayang ?" "Bukan kejutan namanya kalau aku kasih tau kamu sekarang." "Oke okee baiklah sayang." Aku tak pernah menyangka kalau Moondy akan seromantis ini padaku. Sepanjang perjalanan dia terus memegang tanganku dan menyalakan lagu romantis yang menemani perjalanan kita selama 5 taun terakhir . "Tunggu sebentar ya, akan membuka penutup matamu." Ternyata Moondy mengajakku ke toko perhiasan. Toko yang menjual khusus perhiasan mewah. Mataku langsung terpukau berkilau melihat gemerlapan perhiasan itu. "Pilihlah sesuka hatimu. Sebagai hadiah anniversary kita." "Ah sayang.... Terimakasih ya ?" Kucium pipi suamiku itu. Sejak dari semalam aku tak melihat Pelangi. Kebetulan kami pulang larut. Dan kami langsung tidur. Pagipun di dapur tak ada suara-suara, padahal aku tau ini jatah Pelangi masuk siang. Sekitar pukul 9 pagi aku melihat dia keluar kamar. Wajahnya masam. Bahkan dia tak menyapaku. Kusapa dia, tapi dia diam saja. Perasaanku mengatakan bahwa dia tau tentang kejadian semalam. Tapi darimana ? Bahkan kami tidak saling bertemu semalam. "Ngi ..... " Sapaku. Tapi tak ada jawaban dari dia. "Ngi, hari ini pulang kerja aku jemput ya ?" Pintaku. "Aku kan bawa motor." Jawabnya singkat tanpa melihatku. "Bisa gak dititipin di tokomu dulu? Besok biar kerjamu di antar Moondy." "Kenapa ?" "Keluar bertiga yuk bareng sama Moondy. Kita makan malam bareng." "Kalian aja, aku gak ikut." Katanya masih tetap tidak melihatku. "Ayolah Ngi, kita kan belum pernah keluar bertiga ?" Ajakku sebagai penebus kesalahanku kemarin karena pergi berduaan dengan Moondy. "Berdua saja kan sudah cukup buat kalian. Bukankah justru aku yang akan jadi pengganggu?" "Tidak ada yang merasa terganggu Ngi." "Udahlah Lan, gak perlu sok baik kamu sama aku. Aku udah ngerti semua tentang kalian." "Maksud kamu apa ?" "Kamu gak perlu sok-sokan baik di depanku. Gak perlu kamu menjanjikan bahwa mas Moondy akan berlaku adil padaku dan akan mencintaiku. Karena pada kenyataannya kamu tidak pernah melakukan itu." "Aku melakukannya Ngi, aku udah berusaha bilang sama Moondy agar juga adil sama kamu dan belajar mencintai kamu." "Bohong ! Aku udah gak percaya lagi dengan kamu. Justru kamu yang memonopoli Moondy." "Jaga mulut kamu Pelangi !" Bentak Moondy yang tiba-tiba turun dari lantai atas. "Makan malam bersama, jalan-jalan ke toko perhiasan berdua apa itu yang dinamakan adil ? Kalian berdua sama saja!" "Ngi ... Dengerin aku. Kita .... " Aku berusaha menjelaskan. "Gak perlu ! Kamu gak perlu menjelaskan semua ke aku Bulan. Aku gak butuh. Bukti sudah jelas semuanya. Untuk apa tetap mempertahankan rumah tangga ini ? Aku mohon ceraikan aku mas Moondy !" "Oh ... Jadi kamu iri pada Bulan ? Kamu juga mau dibelikan perhiasan sama dengan Bulan ? Bilang ! Tidak perlu kamu menuduh Bulan ini itu. Pergilah ke toko perhiasan, pilihlah mana yang kamu suka. Aku yang akan bayar nanti!" "Kalau cuma buat beli perhiasan, aku juga masih mampu." "Uang darimana ? Gajimu ? Butuh waktu 10 taun kamu bisa beli kalung berlian dengan gajimu." Hina Moondy. "Jahat kamu ! Aku benci dengan kalian berdua!" Pelangi kemudian masuk kamar dan beringsut pergi dari rumah tanpa pamit kepada kami. "Sayang harusnya kamu jangan bicara sekeras itu padanya." Kataku begitu Pelangi pergi. "Aku hanya tidak suka dia membentakmu sayang.": "Aku ga pa-pa kok. Dia hanyalah anak kecil yang mudah tersulut emosi. Wajar sayang. Nanti juga dia baik lagi." Aku mencoba berkali-kali menghubungi Pelangi tapi tidak ada jawaban darinya. Kupikir dia tidak tau kalau aku pergi dengan Moondy. Tapi ternyata dugaanku salah. Baru kumenyadari kalau ternyata Semarang itu kecil. Kemanapun aku dan Moondy berusaha menghindar Pelangi selalu saja bisa menemukan kami. Tak berapa lama kemudian Moondy menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Wajahnya panik. "Kamu kenapa sayang ?" Tanyaku. "Pelangi kecelakaan sayang." Kata Moondy. "Astaga. Dimana sayang ? Kamu tau darimana ?" "Teman pria Pelangi yang tempo hari mengantarkan Pelangi pulang yang menelfonku. Dia bilang Pelangi kecelakaan dan sekarang dia dirawat di klinik di SoloBaru." "Aku ikut ya sayang." Pintaku. "Sayang maaf." Moondy diam melihatku. "Kenapa ?" "Sepertinya kamu tidak bisa ikut. Pelangi kecelakaan karena dia mungkin kecewa padamu. Jadi sebaiknya untuk sekarang kamu jangan ikut dulu ya ? Biarkan aku menyelesaikannya dulu dengan Pelangi. Kamu ga pa-pa kan ?" Tanya Moondy yang membuat mulutku tiba-tiba terasa terkunci. Moondy mencium keningku sebelum melangkah pergi menyusul Pelangi. Wajahnya terlihat begitu sangat kawatir. Moondy bahkan menyalahkan aku karena kecelakaan itu. Hatiku sakit. Aku cemburu. Moondy mencintai Pelangi. Aku yakin itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD