Bab 16. Dia, Audrey

1091 Words
Seperti keinginan Keith, Derich datang mengunjungi Eugene. Dua pria psiko sesama mempunya kelemahan dan juga kelebihan. Stau tak bisa dikendalikan, satu terobsesi dengan ke cantikan. Statusnya sebagai bangsawan dna juga seorang jenderal membuat ia tak gentar berhadapan dengan raja. Brak Pintu didobrak cukup kasar, hingga menimbulkan bunyi keras karena benturan. Eugene yang sedang menikmati keindahan koleksinya sampai tersentak kaget. Namun ekspresi yang dikeluarkan terlihat biasa, acuh tak peduli. Derich langsung melempar batu kecil yang sudah disiapkannya sejak tadi, tepat ke arah cermin berbetuk oval dengan lapisan emas. Seketika cermin pecah berserakan dilantai. Sementara itu, ekspresi wajah yang ditunjukkan Eugene masih tetap sama. “Baiklah... karena kau berusaha menyembunyikannya, maka aku akan bertindak.” Derich menarik pedang yang ada di pinggul bagian kanan, sontak mata Eugene langsung melebar sempurna. “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Eugene berupaya menghalangi Derich. “tentu saja merusak keindahan yang kau puja.” Bayangkan, beberapa koleksi dari sutra emas, cermin, giok, permata dan juga patung putri duyung yang berharga fantasi memenuhi ruangan milik Eugene. Sisi kanan di barisan tembok, ada beberapa lukisan berjejer rapi. Dibawah lukisan ada topeng berlapis emas dan bertahta berlian. Tidak hanya itu, ada sekitar tiga lemari kaca yang di dalamnya terdapat beberapa boneka. Lemari kaca yang tembus pandang, khusus untuk barang antik seperti guci, teko dan juga gelas keramik. Lemari kaca berwarna hitam, khusus boneka dari yang berbulu, hingga terbuat dari hewan sungguhan yang di awetkan. Bukan sembarang berbulu atau hewan yang di awetkan, yang jelas ada bagian emas terletak di benda itu. Ibaratnya semua kemewahan tiada tara. Nah, untuk lemari ketiga itu cukup unik. Sebab lemari itu masih kosong.Entah apa yang akan di masukan ke dalamnya Derich sendiri tak mau tahu. “Jika kau merusak barang ku lagi, aku akan mengirim mu ke perbatasan.” Titah raja tak bisa diganggu gugat karena menang kedudukan. Tawa Derich pecah seketika, “Kau mengirim ku ke sana! Maka aku duluan yang akan mengirm mu!” sindirnya dengan sarkasme. Eugene memang seorang raja muda yang menduduki tatah Hazelmuth. Namun kekuatannya sangat lemah dibandingkan dua jenderal yang mendampinginya. Bisa dikatakan, tanpa mereka berdua dia tak bisa berdiri tegak, menyandang posisi raja. “Eugene... meskipun kau raja. Kau hanya raja boneka.” Dulu, penyihir yang membantu raja berdiri stabil di tahta. Tapi karena pendahulu Eugene berkhianat, dan memilih orang terkuat, para penyihir dibabat habis tak tersisa sama sekali. “Tutup mulutmu, Derich!” Perkataan Derich terkadang memang kejam, tapi itulah fakta yang sesungguhnya, meskipun mereka berteman, tidak menutup kemungkinan adanya perselisihan. “Well, aku datang hanya untuk memperingati mu. Jangan mengincar Caroline. Karena aku yang menemukan lebih dulu.” Derich menyimpan pedang itu lagi ke tempat semula. Eugene ber-decih, “Apa kau yakin Caroline adalah milikmu? Bukankah Keith yang menemukannya terlebih dulu?” Itulah Eugene, mengatur siasat untuk mengadu domba. Iya, sama liciknya seperti Keith. Hanya Derich yang sangat naif begitu mudahnya di manfaatkan. Sang jenderal itu mengepalkan tangan kuat karena merasa kesal dijebak secara tidak langsung oleh Keith. “Aku jiga akan memperingatinya.” Blam Pintu itu di tutup kasar oleh Derich hingga dua penjaga yang ada di luar langsung menundukkan kepalanya karena takut. Wajarlah, karena si jenderal perak terkenal memiliki temperamen yang tinggi. Derich berjalan melewati lorong dengan amarahnya yang terpendam. Pria itu baru menyadari kalau Caroline pertama kali bertemu dengan Keith. Seperti dulu, jika mereka bertiga suka sesuatu, maka orang yang pertama kali melihatnya dapat memiliki. Kasihan Caroline, dia manusia diibaratkan barang oleh ketiga pria itu. Benar-benar orang yang tak punya hati. Membahas Caroline, gadis itu sedang mengobati luka orang yang di temui. Setelah selesai, ia pun duduk berhadapan dangan nya. “Jadi, siapa namamu?” “Audrey,” jawab gadis itu sambil menunduk. Caroline yang masih dalam penyamarannya menarik dagu Audrey. “Jawab aku dnegan sungguh-sungguh, apa yang terjadi denganmu.” Audrey tak menyembunyikannya dan langsung menangis terisak, memeluk Caroline dengan erat, seolah dia anggota keluarganya. “Aku b***k pelarian dari majikan. Sebelumnya aku b***k dari tambang, tapi karena ada bangsawan kaya yang menyukaiku, dia menebus ku. Sampai di sana, aku hampir dilecehkan.” Tentu saja Audrey melawan, sebab ia sangat menghormati kesuciannya. “Apakah kau benar-benar dilecehkan?” terdapat api amarah tercetak jelas di mata Caroline. “Aku berhasil kabur. Aku berhasil keluar dari bahaya itu.” Tubuh Audrey bergetar hebat, sungguh dia terlihat seperti kelinci kecil yang ketakutan. Bukan tanpa alasan, tapi jika kita di posisinya hampir dilecehkan tentu saja psikis akan bergejolak. “Seharusnya pria b***t seperti majikan mu harus di kebiri.” “Aku tak hanya akan mengebiri nya, tapi juga mematahkan semua tangan dan kaki pria kejam itu.” Audrey gadis yang masih dibawah umur, mungkin sekitar umur lima belas tahun. Si majikan bangsawan yang berbuat b***t itu memang b******n. “Beri tahu aku, dimana dia tinggal. Aku akan menghukumnya,” kata Caroline sungguh-sungguh. Mata bahagia Audrey terlihat jelas, tapi ekspresinya langsung berubah. “Kita tak bisa menghukum bangsawan begitu saja. Sebagai b***k, hidupku di ambang kehancuran.” Audrey memperlihatkan tanda b***k di lengan sebelah kiri miliknya. Sangat jelas, terukir gambar singa dan naga atas bawah. Sistem b***k yang menjerat manusia, dan memperlakukan seperti hewan perah untuk menghasilkan kepuasan dan pundi-pundi emas. “Jika kita bertemu dengan sengaja, maka aku tak akan sungkan.” Caroline membuka penyamarannya, membuat Audrey terkejut. “Kau... kau orang yang ada di poster buronan!” tunjuknya terbata-bata. Jujur gadis kecil itu sangat-sangat tak bisa berkata apa-apa. Lidahnya langsung kelu, mati rasa. Yang dilakukan hanya bicara satu kalimat itu,d an langsung tergagap saat hendak mengeluarkan suara. “Aku yakin kau adalah gadis yang bisa menyimpan rahasia.” Audrey mengangguk patuh, langsung saja Caroline menyentuh kepalanya. “Namaku Caroline. Jika sebagai pria, identitas ku adalah Carol.” Gadis kecil itu tanpa lega, karena Caroline adalah gadis baik dimatanya. Namun segala pemikiran itu mulai menimbulkan pertanyaan, kenapa raja mencari keberadaan Caroline? Hanya stau jawaban yang terlintas, karena gadis yang ada di depannya cantik dan menarik. Isu mengenai raja yang menyukai keindahan tentu sudah menyebar, bahkan para kerajaan tetangga sudah tahu. “Jangan sampai kau tertangkap, Nona.” Caroline tertegun sejenak, menatap lekat ke arah Audrey, gadis polos yang di tolong nya. Iya, dia Audrey sangat baik dapat dilihat dari segala gelagatnya. Darimana Caroline tahu, padahal mereka baru kenal satu sama lain? Aura, aura yang Audrey pancarkan adalah aura positif. Tidak seperti ketiga pria yang ditemuinya. Mereka tidak beraura sama sekali, seperti malaikat pencabut nyawa. “Jika akan menjaga satu sama lain,” kata caroline dengan mantap. Akhirnya keduanya saling berpelukan, tapi mereka tak tahu kalau ada seseorang yang selalu saja mengintai. Siapakah orang itu? Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD