bc

Lover From Another World

book_age16+
200
FOLLOW
1.1K
READ
adventure
time-travel
brave
others
drama
bxg
icy
mercenary
royal
another world
like
intro-logo
Blurb

Segera datang

Caroline Spanic berusaha masuk ke dalam Dunia Pararel untuk mencari keberadaan ayahnya. Gadis itu masuk dunia yang dituju dan tanpa sengaja berada di tengah medan pertempuran yang di pimpin jenderal besar Kerajaan Hazelmuth, bernama Keith Griffin. Pria itu mengira bahwa Caroline adalah seorang b***k, kemudian membawanya pergi ke kerajaan.

Setelah masuk ke dalam lingkaran keluarga Griffin, Caroline harus berurusan dengan dua pria lainnya, yaitu Eugine Ambrosius dan Derich Isaac. Bagaimana kisah perjalanan Caroline dalam mencari keberadaan sang ayah? Siapakah diantara tiga pria tersebut yang bisa memasuki hati gadis itu?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Titik Terang
Dunia Pararel merupakan dunia sejajar dengan dunia yang kita jalani. Tak banyak yang tahu mengenai dunia itu. salah satu profesor abad dua puluh bernama Jason Spinac telah mencari tahu keberadaan dunia tersebut. Hingga akhirnya, dapat menemukan jalan untuk masuk ke dalam Dunia Pararel. Sayang sekali, Jason tak dapat kembali lagi. Semua orang menganggap pria yang masuk ke dalam dunia itu telah tiada. Meninggalkan sejarah lama sepuluh tahun silam, seorang gadis melempar botol yang di pegang ke arah layar kaca yang ada di hadapannya hingga pecah. Dia terlihat sangat kesal dan marah dengan segala yang telah terjadi. Dapat dilihat banyak kertas berserakan di lantai. Gadis itu berjalan menuju ke depan beberapa langkah, dan berhenti tepat di sebuah foto yang sangat besar. Potret seorang pria dengan kaca mata besar dan seorang gadis kecil, manis dengan rambut di kepang. Mata gadis itu langsung menetes tanpa peringatan. Tangan lentik itu pun mengulur ke arah bingkai foto untuk mengelusnya perlahan. Sepuluh tahun telah berlalu, tapi kinerja selama tahun tahun tak memberinya hasil apapun. Yang ada hanya hasil kosong semata. “Sampai kapan aku harus menunggu untuk bertemu denganmu, Ayah?” katanya dengan sesak. Sepuluh tahun sang ayah meninggalkan tanda tanya besar baginya. Walaupun mengerahkan berbagai upaya, gadis itu tak akan menyerah. Dering telpon dari ponselnya membuat pandangan Caroline bepindah ke sisi kanan. Gadis itu berjalan mendekat ke sumber suara untuk memastikan siapa yang sedang menghubunginya. “Halo,” sapa Caroline dengan lesu. “Kemana saja kau? Sudah seharian penuh aku mengirim pesan dan juga menghubungimu, kau bahkan tak membalasnya satu pesan saja,” kata orang di ujung sana. “Maggie, kepalaku pusing. Aku butuh istirahat.” “Dengar... kau harus ke laboratorium sekarang. Profesor Bryan sudah kembali,” kata Maggie dengan cepat, lalu menutup panggilan sepihaknya. Caroline mendesah kesal dengan tingkah Maggie Lopez, untung saja dia sahabat baik yang bisa diandalkan. Tanpa menunggu waktu, Caroline langsung menyambar tasnya dan bergegas keluar dari apartemen. Gadis itu berjalan menuju ke parkiran bawah tanah, ternyata Maggie sudah ada di tempat itu, sambil bersandar di mobil mewah miliknya. “Wow, Lamborgini baru!” seru Caroline sedikit mengejek. Maggie melipat kedua tangannya dengan kasar-mendengus kesal berulang kali. “Kau mengejekku!” seru Maggie sambil membuka pintu mobilnya. “Kalau bukan karena ayah, aku tak mau memakai mobil norak ini.” gadis itu tak suka mobil yang terlihat mewah akrena menarik perhatian. “Silahkan masuk, Tuan Putri.” Caroline memukul pelan bahu Maggie, dan di hadiahi tawa oleh gadis itu. mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah Brian. “Aku tak mengerti, kenapa profesor kembali secepat itu.” Maggie mengawali pembicaran sambil mengemudi dengan santai. “Pasti dia menemukan sesuatu. Perjalan bisnis selama sebulan, berakhir selama seminggu. Bukankah itu di luar dugaan?” Caroline bermain game yang ada di ponselnya. “Sampai kapan kau akan terus mencari ayahmu?” tanya Maggie khawatir dengan keadaan Caroline selama lima tahun terakhir. “Tentu saja sampai aku menemukannya. Dia meninggalkanku begitu saja pasti ada alasanya.” Caroline menoleh ke arah Maggie, “Aku yakin, ayah masih hidup.” Maggie tak ingin caroline mencari seorang psikopat seperti Jason. “Dia terlalu bahaya untuku, Caroline.” Gadis itu pun meremas tasnya, “Selama dia tak menyakitu, itu tak masalah. Dia tetaplah ayahku.” Jason adalah pria yang mengalirkan darah ke tubuhnya. Walau bagaimanapun, pria itu adalah ayahnya. “Jangan menaruh harapan banyak. Dan kau, juga harus berhari-hati dengan Profesor Bryan.” Maggie mamarkir kendaraannya tepat di depan rumah Bryan. Caroline pun langsung turun dan mendobrak pintu rumah itu. “Bryan!” teriak Caroline dengan mata melotot karen taerkejut atas apa yang dilihatnya. “Sialan... kau mengganggu ketenanganku, Caroline.” Bryan terus melakukan aktivitasnya karena sudah diambang batas. Gadis itu langsung berbalik arah begitu saja. “k*****t! Kau bujang m***m, Bryan!” teriak caroline dengan keras. Wanita yang di gagahi Bryan langsung mendorongnya menjauh, dan masuk ke dalam kamar. Bryan mendengus kesal, smabil memakai bajunya satu persatu yang berserakan di lantai. “Ketuk pintu dulu sebelum masuk, jangan mendobrak pintu rumahku.” Bryan duduk di sofa dengan  telanjang d**a sambil menghisap rokoknya. Bryan memang seorang maniak seks dengan menabur benih di sembarang gadis. Caroline sangat benci dengan kebiasaan buruk pria itu. Untung saja jenius, kalau tidak dirinya sudah melayangkan tinju ke arah wajah yang tampan itu. “Katakan... apa maumu?” tanya Bryan dengan arrogant. Caroline mengepalkan tangan dengan sangat kuat, berusaha meredam emosi yang sudah di ujung tanduk. “Kenapa kau kembali secepat ini? apakah kau sudah menemukan sesuatu?” tanya Bryan di hadiahi tatapan tajam. “Ada apa dengan matamu yang hendak keluar dari sarangnya?” “Berhenti mencari keberadaan Profesor Jason,” jawab Bryan dingin. Caroline tak kalah menatap pria itu dengan sangat tajam. “Pasti kau menemukan sesuatu.” Caroline terus menatap Bryan untuk melihat perubahan ekpresi wajahnya. Pria itu menaruh batang rokok tersebut, lalu menekannya berulang kali sampai mati. “Pulanglah... aku tak ingin bicara denganmu.” Bryan bangkit dari sofa untuk menuju ke kamarnya. “Kemana kau akan pergi? Aku belum selesai?” teriak Caroline dengan keras membuat Maggie yang ada di halaman langsung masuk. Ketika gadis itu masuk, Bryan diam membeku di tempat. “S-sejak kapan kau ada di sini?” tanya Bryan sangat gugup. Maggie masuk ke dalam rumah dengan santai. “Tentu saja aku datang bersama Caroline,” jawab Maggie santai. Bryan berkeringat dingin, karena pasti gadis itu mendengar pembicarannya dengan Caroline. “Dengar, Profesor,” kata Maggie dengan sopan. “... jangan kau berperilaku kasar dengan Caroline. Karena aku tak suka itu,” lanjutnya dengan tatapan tajam mengintimidasi. Tenggorokan Bryan langsung kering seketika. Bryan tak berkutik sama seklai kalau berhadapan dengan Maggie, gadis yang memiliki segala kuasa karena dia adalah anak wali kota. Beruntung sekali Caroline mempunyai sahabat seperti gadis itu, selalu mendukung segala keputusannya. Sialan, pikir Bryan kembali duduk di sofa dengan lesu. Caroline tersenyum puas melihat pria itu menurut dengan Maggie. “Aku sudah menyelidiki perjalanmu selama seminggu. Dan juga, kau melakukan sesuatu yang mengejutkan, Bryan.” Maggie mengambil sesuatu di tasnya, lalu melempar beberapa bukti mengenai pria itu. “Ini!” seru Caroline mengambil foto yang ada di atas meja. “Kau pergi ke tempat itu. Tempat di mana ayah menghilang.” Gadis itu melihat lembar demi lembar foto yang ada di tangannya. Untuk Bryan sendiri hanya menundukkan kepala. “Katakan sesuatu, Bryan. Atau aku akan menghancurkan rumahmu!” teriak caroline  dengan keras. “... termasuk segala penelitianmu.” Bryan langsung mendongak, “Aku belum menemukan sesuatu. Pencarianku belum membuahkan hasil. Bersabarlah..., Caroline.” Maggie menatap Bryan untuk mencari kebohongan di wajahnya. Sayang seribu sayang, kebohongan itu tak ada. “Kita pergi, Caroline. Dia berkata benar.” Gadis itu langsung menyeret caroline begitu saja sampai masuk ke dalam mobil. Caroline hanya menurut karena tak dapat lagi berpikir jernih. Maggie menghela nafas panjang, “Dengar, sejauh Bryan melangkah, maka aku mendahuluinya beberapa langkah di depan. Jangan khawatir. Aku akan terus memantau pria itu.” Caroline menoleh  dengan bibir melengkung, “Aku tahu, dia pintar sekali menyembunyikan sesuatu. Dan aku akan mengikuti permainan Bryan.” Jangan kira gadis itu percaya dengan segala perkataan Bryan. Tentu saja tidak, karena pria itu pandai sekali menyembunyikan segala sesuatu yang berhubungan dengan Jason. Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Time Travel Wedding

read
6.6K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
148.4K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
10.5K
bc

Romantic Ghost

read
164.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
122.9K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
7.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook