Syarat Alaric

1253 Words
_______ "Aku sangat mencintai Alea, Om. Berat sekali sebenarnya menerima perjodohan ini. Lebih baik aku nggak menikah seumur hidupku daripada melihat kesedihan Alea. Om bayangkan kami sudah berpacaran sekian tahun," "Mana yang lebih berat. Kamu nggak menikah, lalu semuanya menghilang begitu saja. Mamipapimu tidak main-main lagi sekarang. Mereka sudah menahan kekecewaan selama bertahun-tahun," "Apa aku boleh membuat peraturan. Aku tidak mau memenuhi keinginan calon istriku, hm...." "Bercinta?" Alaric mengangguk lemah. "Aku nggak mau tidur dengannya," ucapnya menggeleng. Alvaro tertawa kecil. Dia amati wajah Alaric. Dia tahu sebenarnya Alaric sudah lelah dengan sikap keluarganya yang tidak menyetujui hubungannya dengan Alea, sampai pada akhirnya dia jenuh mendekatkan Alea kepada mamipapinya. Kembali terlintas di benak Alaric saat Alea menangis di depannya bercerita bahwa dia diabaikan Manda dan kakak iparnya, Grace, ketika berkunjung ke rumah Grace di kawasan elit Tangerang Selatan. Alea mengatakan bahwa dirinya sudah berusaha tersenyum dan mengajak mereka berbicara, akan tetapi mereka malah tersenyum sinis dan tidak mengacuhkannya. Yang mengesalkan Alaric, saat dia tanyakan ke Manda, Manda malah mengatakan sebaliknya. Justru Alea yang sibuk main ponsel waktu berkunjung di rumah Grace. Manda malah bilang Alea enggan bermain dengan ketiga anak Grace meskipun mereka mengajaknya bermain. Tentu Alaric tidak mempercayai Manda dan lebih mempercayai Alea. Sejak itu dia tidak mau lagi menawarkan Alea bertemu dengan Manda. Lagipula Alea enggan melakukannya. "Aku juga tidak ingin satu kamar dengannya," Alvaro mendengus tertawa. "Terserah. Yang penting adalah kamu menikah. Nanti Om akan sampaikan ke Rania. Dia tidak akan mengganggu privasimu," tanggap Alvaro meyakinkan. "Aku ingin pernikahanku sederhana saja," *** Setelah drama panjang menjelang pernikahan, akhirnya Damian mau menuruti usul Alaric agar pernikahan diselenggarakan secara sederhana saja dan sedikit orang yang menghadirinya. Padahal Damian sudah mempersiapkan pergelaran mewah untuk pernikahan anak keduanya tersebut. Tapi Alaric menolak dengan alasan dia tidak mau terlalu mengumbar kebahagiaan, dia ingin keluarganya menimbang perasaan Alea, perempuan yang sudah dia pacari bertahun-tahun, yang pasti perasaannya terluka jika melihat kemewahan pernikahannya. Akhirnya berkat bujukan Alvaro, Damian mau berdamai dengan hatinya, yaitu menyanggupi permintaan Alaric tersebut. "Tenang, Demi. Ikuti apa maunya. Yang penting Rania dan Alaric menikah secara resmi dan sah di mata hukum negara dan agama. Itu tidak bisa diganggu gugat. Seandainya terjadi perceraian pun, Alaric yang rugi," ujar Alvaro mengingatkan Damian akan perjanjian yang sudah dibuat antara Damian sendiri dengan Alaric bahwa jika Alaric menceraikan Rania, Alaric tidak akan dianggap sebagai bagian dari keluarga besar Rubiantara dan Poernama. Hak-haknya akan diserahkan ke manajemen perusahaan. _____ Akhirnya Damian melibatkan kerabat-kerabat penting yang berhubungan sangat dekat dengannya saja, keluarga Alvaro dan keluarga besannya, Nikolaus. Dia juga tidak menyebarkan undangan secara luas ke keluarga besarnya yang sebagian besar tinggal di Singapore, Amerika, Pekalongan, dan Banjarmasin. Dia penuhi permintaan Alaric, meskipun di dalam hatinya dia pendam kekecewaan mendalam. Pernikahan pun dilaksanakan di salah satu rumah Alvaro yang ada di kota Bandung. Rania sama sekali tidak mempermasalahkan pernikahannya yang tidak seperti pernikahan-pernikahan indah dan mewah yang pernah dia lihat. Meski sangat sederhana, Rania sangat puas. "Aku nggak peduli dia nggak mencintaiku, Mama. Tapi aku sangat bangga dengannya jika mau hadir dan mengucap sumpah pernikahan," ujar Rania ke mamanya yang duduk di sampingnya. Ada calon Mama mertuanya juga duduk di dekatnya dan beberapa kerabat dekat lainnya. "Mama khawatir hidup kamu, Nak," lirih Vivi. Dia tak sanggup menahan air matanya. Ingin sekali dia cegah pernikahan putrinya dan Alaric, tapi setelah melihat kesungguhan Rania, dia pun akhirnya merelakannya. Lagipula banyak yang mendukung putrinya tersebut. Rania tidak saja menikah dengan Alaric, dia juga akan menyelamatkan kehidupan banyak orang. "Mama nggak ingin apa yang Mama alami juga menimpa kamu," ucap Vivi lagi yang menyesalkan perceraiannya dengan Gunter, Papa kandung Rania. "Nggak papa, Ma. Aku pasti bisa menghadapinya," balas Rania dengan wajah optimisnya. Mala dan Vivi tidak sanggup menahan tangis saat melihat Rania penuh senyum. "Dulu pernikahannya sangat mewah, Mbak Mala. Alvaro menghabiskan milyaran membiayai pernikahannya. Tapi berakhir dengan tangisan dan kesedihan. Sekarang, pernikahan sederhana ini yang malah dia inginkan. Lihat, dia tetap semangat dan penuh senyum," tutur Vivi di tengah isak tangisnya. Mala juga ikut menangis terisak seraya mengamati wajah tenang Rania. Dia yakin Rania mencintai anaknya dengan penuh ketulusan. Meskipun pernikahan akan digelar secara sederhana, Rania tetap akan dihias secantik mungkin. Sabine, besan Nirmala yang mengurus MUA mahal untuk Rania. "Kita buat Rania secantik mungkin, Mala. Laki-laki mana yang tidak jatuh cinta ketika melihat perempuan secantik Rania. Yang penting pandangan pertama," sela Sabine menyemangati. "Belum pernah saling bertemu kan?" tanyanya ingin memastikan. "Iya, Tante. Hanya sebatas foto," ucap Rania. Semua pun tersenyum melihat sikap nyaman Rania. _____ Akhirnya ijab kabul pun terucap dari mulut Alaric dan wali hakim yang dipercaya. Alasan memakai wali hakim adalah karena Gunter, Papa kandung Rania kembali menjalani agama awalnya setelah bercerai dari Vivi. Selama menikah dengan Vivi, Gunter memang mengikuti agama yang dianut Vivi. Sementara tak satupun keluarga Gunter yang beragama Islam. Akhirnya wali nikah pun diserahkan kepada wali hakim. Dua kali Alaric mengulang ucapan qobulnya, saking gugupnya. Hatinya bergetar kala mengucapkannya. Sebelumnya, dia sempat meremehkan ucapan sumpah pernikahan tersebut dengan mengatakan bahwa pernikahan hanya sebatas kertas dan catatan sipil. Tapi entah kenapa jantungnya berdegup tidak karu-karuan saat mengucapkannya, hingga harus mengulang. Keringat dingin pun mengucur deras dari dahinya. Dia juga merasakan basah keringat di balik pakaian yang dikenakannya. Dan jantungnya lebih berdegup lebih kencang lagi saat sempat menoleh ke arah Rania yang muncul dari sebuah kamar. Rania berjalan didampingi mamanya, Sherly, dan Greta. Ada pula Sabine yang sigap memperbaiki gaun pengantinnya dan mengawasi sekitar Rania. Ternyata sosok Rania sangatlah cantik. Lebih cantik dari foto-foto yang ditunjukkan Alvaro. Alaric menelan ludahnya saat Rania duduk berdampingan dengannya sekarang. Rania juga sangat wangi dan segar. Tampak Damian dan Alvaro senyum-senyum melihat sikap Alaric yang berubah dari gugup menjadi takjub. Mereka pun saling lirik. Ada sedikit keyakinan bahwa hati Alaric akan luluh suatu saat. Selama ini Alaric bagai kerbau dicokok hidungnya oleh Alea. Dia tidak pernah berdekatan dengan perempuan manapun selain Alea. "Ayo salaman dulu," ucap penghulu yang juga senyum melihat keterkejutan Alaric terhadap penampilan Rania. Alaric tampak ragu. Tapi akhirnya setelah Rania menoleh ke arahnya, barulah dia ulurkan tangannya. Rania lalu duduk bersimpuh di hadapannya dan mencium punggung tangan Alaric dengan penuh hikmad, seakan mengatakan bahwa dia siap menyerahkan jiwa raganya kepada suaminya tersebut. Alaric tak kuasa menahan perasaan tegang sekaligus lega. Ah, ternyata begini rasanya setelah mengucap sumpah pernikahan. Ada tanggung jawab penuh yang akan dia pikul nantinya terhadap kehidupan istrinya. Alaric sedikit menyesali menerima pernikahan ini. Tiba-tiba saja dia memikirkan Alea yang seharusnya duduk berdampingan dengan dirinya sekarang. Duh, bayang-bayang Alea muncul di saat yang tidak tepat hingga Alaric dilanda kebingungan. Dia usir lagi rasa sesalnya dengan cepat, dia tidak mau hidup tanpa apa-apa. Alaric sekali lagi melirik Rania yang pandangannya lurus ke depan. Tidak dapat dia pungkiri bahwa Rania memang sangat cantik jelita. Alaric tampak berusaha untuk tidak menggubris pikiran kacaunya. Dia teguhkan tekadnya ke rencana semula yang sudah dia rancang bersama Alea setelah pernikahannya. Tak lama kemudian, kilat-kilat kamera pun tertuju ke keduanya yang menunjukkan buku nikah masing-masing. Rania banyak diam saat duduk bersanding dengan Alaric. Tapi dari sorot matanya, ada kilat kebahagiaan yang terlihat sangat jelas. Akhirnya ada juga laki-laki yang dia sukai, mengucap sumpah pernikahan. *** Sementara itu Alea hanya duduk termenung di atas sofa sambil terus menangis membayangkan Alaric mengucapkan sumpah pernikahan dengan perempuan lain. Tisu putih bekas air matanya bertebaran di atas lantai berkarpet apartemennya. Meskipun Alaric berjanji tidak akan menyentuh istrinya serta tidak akan bersikap mesra dan tetap sepenuhnya mencintai dirinya, Alea tetap merasakan kecemburuan luar biasa. Padahal Alaric sudah menuruti keinginannya untuk tidak menggelar pesta pernikahan mewah serta pesyaratan-persyaratan lain darinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD