Tiga ? - Mengunjungi Ayah

1349 Words
Mei 2018, Wincanberra (Musim Gugur) Angin hari itu tampak cukup kencang. Musim gugur kali ini tampak lebih dingin di banding biasanya. Lea menuju salah satu tempat spa yang terkenal di kota Wincanberra pagi itu. Para karyawan yang sudah mengenal Lea langsung menyambutnya. “Ah Nona Direktur. Apa kabar?” Sapa salah satu staff yang bertugas di front office. “Baik. Aku mau perawatan total. Tapi harus selesai sebelum jam 3 sore” Ucap Lea. Staff di sana paham dan langsung mengarahkan Lea ke sebuah ruangan VVIP. Ruangan yang khusus untuk tamu-tamu khusus tempat itu. Lea mendapatkan perawatan untuk seluruh tubuhnya. Pijat refleksi, lulur, manicure – pedicure, bahkan sampai perawatan rambut komplit dia dapatkan. “Apa pijatan ini cukup terasa Nona?” Tanya therapist wanita yang bertugas memijat Lea. “Cukup” Ucap Lea singkat. Dia memutuskan untuk menutup matanya menikmati perawatan tanpa banyak berpikir. Ponsel Lea berbunyi, therapist yang mengurus perawatan kuku tangan dan kaki Lea mengambilkan ponsel Lea yang dia letakkan di meja di dalam ruangan itu. “Terima Kasih” Ucap Lea pada therapist itu. Lea melihat nama yang tertera di panggilan itu ‘Michael Liuw’. “Ada apa dia telepon jam segini?” Gumam Lea. Dia menggeser tombol hijau untuk mengangkat telepon itu. “Halo sayangku” Sapa Michael Liuw di ujung telepon sana. “Ada apa?” Tanya Lea yang tak suka berbasa-basi. “Aku merindukanmu” Ucap Michael Liuw. “Aku tidak bisa hari ini. Sudah ada janji” Ucap Lea yang ingat janjinya pada Kepala Polisi itu. “Baiklah. Bagaimana jika besok?” Tanya Michael Liuw yang tampak sudah sangat tidak sabar ingin bertemu dengan Lea. “Baiklah” Jawab Lea singkat. Lea memutus panggilan itu sepihak setelah di rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi dengan Michael Liuw. Lea kembali focus dengan perawatan yang dia dapatkan dari therapist hingga waktu menunjukkan pukul 12 siang. Lea sudah selesai melakukan perawatan langsung membayar di kasir dan memberikan banyak tips untuk karyawan yang melayaninya tadi. “Terima kasih Nona” Semua karyawan yang sempat melayani Lea tampak sangat bahagia. Lea memang tidak ragu-ragu memberikan tips yang besar untuk karyawan di sana. Lea segera melajukan mobilnya menuju pemakaman di dekat Desa Kokandad yang cukup jauh dari kota Wincanberra. Jarak tempuh sekitar 3 jam harus dia lalui untuk tiba ke desa barat daya itu. Dia berniat mengunjungi makam sang Ayah yang sudah meninggal lebih dari 10 tahun lalu. “Pa. Ini Andrea. Apa kabar, Pa? Papa baik-baik saja kan di sana? Maafkan putrimu ini. Aku sudah menjadi seburuk ini” Ucap Lea sambil mengelus nisan bertuliskan nama : BRIAN MOUNT ADLER. “Apa Andrea benar-benar seburuk itu? Karena Andrea, Papa harus pergi secepat ini” Ucap Lea meneteskan air matanya. -----------Flashback On 11 tahun silam----------- “Andrea. Jangan terlalu jauh. Di sana sudah dekat jalan raya” Ucap Brian mengingatkan putri kecilnya – Lea. “Iya Pa” Ucap Lea kecil yang masih berusia 12 tahun. Dia begitu senang dan bermain bolanya bersama teman-temannya. Namun salah satu temannya yang jahil menendang bola milik Lea hingga terlontar jauh ke arah jalan besar. Melihat bola kesayangannya yang terlempar jauh membuat Lea mengejar bola itu. Menyadari sang putri berlari mendekat ke arah jalan raya membuat Brian refleks mengejarnya. “Andrea berhenti! Jangan ke sana!” Teriak Brian. Tapi naas, sebuah mobil truk melaju oleng ke arah Lea. Lea hanya bisa mematung membeku. Hingga sang Ayah menarik dan melindungi Lea dari terjangan truk itu. Keduanya di larikan ke rumah sakit dan Brian tidak selamat akibat dia melindungi putrinya dengan tubuhnya sendiri dari tabrakan itu. Si pengemudi truk di tangkap yang ternyata dalam pengaruh obat-obatan sehingga mengendarai mobil dengan asal-asalan. Sejak hari itu Lea menjadi anak yatim. Dia juga lebih banyak murung dan tidak pernah mau lagi bermain di taman. ---------Flashback Off-------------------- Lea duduk dan masih menangis di depan nisan Brian. Dia merindukan sosok sang Ayah. “Maafkan Andrea. Andrea pulang dulu ya Pa. Besok-besok Andrea datang lagi” Ucap Lea berpamitan. Lea kembali menuju mobilnya, dia menempuh perjalanan kembali selama 3 jam, menuju ke sebuah restoran di tengah kota untuk menikmati makan sore sebelum bertemu Kepala Polisi sesuai janjinya. Dia melihat ke arah sebuah meja di sudut café itu. Terlihat keluarga kecil yang begitu harmonis. Sang putri kecil tampak tertawa bahagia, mereka terlihat merayakan ulang tahun di ruangan itu. Lea yang melihat itu hanya diam dan mengeluarkan rokoknya. Belum sempat dia menyalakan rokoknya, seorang pelayan datang dan mengatakan ruangan itu tidak boleh merokok. Jika Lea mau dia boleh merokok di taman sebelah ruangan itu. Lea yang paham mengurungkan niatnya untuk merokok. Dia memilih memainkan ponselnya sambil menunggu makanannya di hidangkan. Saat makanannya tiba, Lea langsung menghabiskan makanan itu dan bersiap menuju apartemen milik si Kepala Polisi Portvonia. Apartemen yang di sewa jangka panjang oleh si Kepala Polisi untuk membawa wanita-wanitanya. Tiba di Apartemen itu, Lea langsung naik ke lantai apartemen si Kepala Polisi. Tanpa menunggu lama pintu apartemen terbuka. Kepala Polisi itu tersenyum saat melihat Lea tiba. “Hai sayang. Ayo masuk. Kau mau makan dulu atau mandi?” Tanya Kepala Polisi itu dengan lembut sambil mencium pipi Lea. “Tidak usah. Langsung saja. Aku ada urusan setelah ini” Ucap Lea tanpa basa-basi. “Baiklah. Kau selalu sibuk. Terima kasih sudah mau menemaniku hari ini” Ucap Kepala Polisi itu yang langsung membuka seluruh pakaiannya. Tak lupa dia mengenakan pengaman sesuai peraturan dari Lea. Dia tidak akan mau di sentuh apabila orang itu tidak melakukan pemeriksaan kesehatan dan tidak menggunakan pengaman. Lea juga langsung melepas pakaiannya semua dan mendekat ke arah si kepala polisi. Tanpa menunggu lama keduanya bergumul di atas sofa apartemen hingga Kepala Polisi itu, pria yang selalu perkasa di ranjang dengan istrinya malah kalah saat bergumul dengan Lea. Pria itu sangat kewalahan mengimbangi setiap gerakan sensual Lea. Akhirnya dia menyerah dan mencapai pelepasannya dua kali. “Ah~ Nikmat sekali. Kau selalu nikmat dan rapat. Terima kasih sayang” Ucap Kepala Polisi itu sambil mengecup bibir Lea. “Aku akan mandi” Lea yang langsung bangkit menuju kamar mandi membuat si Kepala Polisi menatapnya agak heran. “Ya. Bersantailah. Tidak usah buru-buru sayang. Kau bebas jika mau tidur di sini kok” Ucap Kepala Polisi itu sambil tersenyum puas. Selesai membersihkan tubuhnya, Lea langsung mengenakan pakaiannya kembali dengan rapi. Terlihat Kepala Polisi itu telah memakai pakaiannya kembali dan duduk sambil merokok. “Mau?” Tawar si Kepala Polisi pada Lea. Lea mengambil sebatang rokok itu dan menyesapnya perlahan. “Bagaimana pria itu?” Lea ingin memastikan kalau orang yang sudah dia lenyapkan di urus dengan baik. “Tenang. Sudah aku urus. Aku katakan dia pecandu dan overdosis dengan obatnya sendiri” Ucap Kepala Polisi itu. Kepala Polisi itu membuat keterangan palsu kematian pria yang sudah di bunuh Lea. Meskipun dia tidak tau apa yang membuat Lea membunuh pria itu. Dia tidak mau ikut campur urusan Lea. Dia hanya perlu melakukan apa yang di minta Lea selama Lea memberikan kepuasan yang dia inginkan. Bukan hal yang sulit untuknya mengikuti keinginan Lea. Apalagi jika tahanan itu memang bermasalah. Maka itu lebih mudah untuknya. “Kau sudah mau pergi?” Kepala Polisi itu melihat Lea mematikan rokoknya dan meraih tas selempangnya. “Iya” Ucap Lea singkat. “Terima kasih hari ini. Hati-hati mengemudi” Ucap Kepala Polisi itu. Lea hanya melambaikan tangannya pada Kepala Polisi itu dan langsung pergi dari apartemennya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Lea segera kembali menuju hotel milik HC Group. Dia memutuskan tidur di salah satu kamar hotel malam ini. “Malam Nona Direktur” Sapa staff hotel yang bertemu dengan Lea di Iobby hotel. Lea hanya tersenyum tipis dan segera menuju kamar dengan kunci master yang di berikan untuknya. Di dalam kamar Lea kembali membersihkan diri. Dia berganti pakaian santai yang selalu dia sediakan di mobilnya. Lea membaca pesan masuk dari Michael Liuw. ‘Jangan lupa besok ya Honey. Aku sangat merindukan pelukan mu sayang’ -chat Michael Liuw- Lea hanya membaca pesan itu dan mengabaikannya. Tak ada hal yang penting menurutnya. Lea memejamkan matanya dan masuk ke dalam dunia mimpi. . . . Next ep 4 ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD