Empat ? - Direktur Boneka?

1831 Words
Mei 2018, Wincanbera (Musim Gugur akhir) Pagi berawan dengan hembusan angin yang kencang. Lea yang sudah tiba di kantor pagi - pagi sekali tampak sedang bergelut dengan laptop di hadapannya. Gadis itu sesekali menyeruput cangkir berisi kopi espresso. Dia begitu fokus hingga tak sadar seseorang memasuki ruangannya. Dia adalah Anggie – Staff yang berada dalam team khusus Lea. Hanya orang - orang dari team khusus Lea yang bisa membuka pintu ruang kerja Lea yang di beri password khusus itu. Termasuk juga Bone - Asisten pribadi Lea. Lebih tepatnya Asisten loyal yang selalu mematuhi perintah Lea tanpa membantah sedikit pun walau dia akan di suruh mengakhiri hidupnya sekalipun. “Nona Direktur. Presdir memanggil ke ruangannya” Ucap Anggie . Lea mendongakkan kepalanya menatap Anggie. Lea menutup laptop dan menurunkan kaca mata anti radiasinya. “Baiklah” Lea yang langsung berjalan menuju ruangan Arman Hudson. Entah apa lagi yang di inginkan Arman Hudson. Karena Lea cukup paham jika tidak ada kepentingan maka Arman Hudson tidak akan memanggilnya secara khusus. Lea langsung masuk ke dalam ruangan Arman Hudson. Tampak pria paruh baya itu tengah duduk bersama asistennya – Alex. “Kau sudah tiba sayang. Kemarilah” Arman Hudson mengulurkan tangannya pada Lea. Lea menerima uluran tangan itu. Arman Hudson menarik Lea duduk di atas pangkuannya dan mengecup pipi Lea. “Ada pekerjaan?” Tanya Lea tanpa basa-basi. “Tepat sekali. Kau sangat pintar. Ada investor asing yang tertarik pada HC” Ucap Arman Hudson. “Tertarik pada HC atau tertarik pada ku?” “Haha. Kau ini. Tentu keduanya. Dia tertarik pada bisnis HC. Dan hal lainnya dia tertarik dengan Direktur cantik kita ini” “Kapan pertemuannya?” “Nanti akan aku kabari. Kita tidak boleh serta merta menerima tawaran itu bukan?” Arman Hudson tampak tersenyum dengan senyuman yang sangat misterius. Lea menatap dalam pada Arman Hudson, dia merasa ada sesuatu yang di rencanakan Arman Hudson untuk mengeruk lebih banyak lagi uang ke dalam kantong pribadinya. “Kau semakin tamak sepertinya” Lea merasa Arman Hudson semakin menjadi-jadi. Bekerja bersama Arman Hudson selama 6 tahun belakangan membuatnya banyak melihat perubahan berbeda dari Arman Hudson. “Tidak juga. Aku tamak itu wajar. Siapa yang tidak mau semakin sukses?” Arman Hudson malah tertawa mendengar ucapan Lea. Dia tidak terpengaruh sedikit pun dengan komentar dari Lea. Karena Lea memang selalu seperti itu padanya. Tidak pernah bisa berpura-pura dan selalu cenderung to the point mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Lea yang sedang malas banyak berbicara ingin segera kembali ke ruangannya. “Ya terserahlah. Kalau begitu aku akan kembali ke ruanganku” “Kau tidak mau menemaniku satu ronde?” Arman Hudson membelai lembut punggung Lea. Dia merindukan sentuhan Lea. Padahal dia Presiden HC Group namun dia malah jarang bisa bercinta dengan Lea. “Lain kali. Aku lelah” Lea menolak ajakan Arman Hudson. Dia memang terlihat kelelahan. “Baiklah” Arman Hudson yang memang tidak pernah memaksa Lea membiarkan perempuan kesayangannya itu untuk istirahat. Lea langsung berdiri dan membungkuk hormat pada Arman Hudson sebelum kembali ke ruangannya. Tiba di ruangan kerja Lea melihat Bone dan Pak Sutopo sudah menungguinya di dalam ruangan kerja. “Ada apa?” “Pihak pesaing meniru logo dan promosi kita” “Oh. Biarkan saja” Wajah khawatir Bone malah di balas dengan ekspresi Lea yang tampak santai tak peduli. “Mereka bahkan menawarkan lebih banyak diskon” Ucap Bone menambahi. “Sudah ku katakan biarkan saja. Tidak akan tahan mereka untuk hal itu” Lea tau tidak mungkin ada perusahaan yang bisa bertahan promo panjang dengan diskon yang terlalu besar. Pasti pihak pesaing itu akan kesulitan menanggulangi dana operasional yang akan membengkak nantinya. Bone dan Pak Sutopo saling memandang sebelum keduanya sepakat dan menangguk untuk mengikuti perkataan Lea. “Baiklah Nona” Ucap Bone. “Saya permisi kembali ke ruangan” Pamit Pak Sutopo sambil membungkuk hormat pada Lea dan segera kembali ke mejanya yang ada di luar ruangan kerja Lea. Lea tampak berjalan menuju meja kerjanya lalu merebahkan diri di kursi kebesarannya sambil memijat pelipisnya. Dia tampak kelelahan akibat kesulitan tidur yang kembali menghantui hari-harinya. “Nona mau teh atau kopi?” Tanya Bone yang paham Boss-nya itu sedang merasa kurang sehat. “Terserah. Apa pun boleh” Jawab Lea tanpa menoleh sedikitpun pada Bone. “Aku juga mau” Terdengar suara Michael Liuw yang masuk ke ruangan Lea tanpa ijin. “Selamat pagi Tuan Michael” Sapa Bone dengan hormat. “Ya selamat pagi” Ucap Michael Liuw menatap sekilas dan tersenyum pada Bone. Michael Liuw langsung menghampiri Lea dan menciumnya dengan erat seolah mereka kekasih yang sudah lama tak bertemu. “Saya akan buatkan minuman untuk Nona dan Tuan” Ucap Bone berpamitan. Michael Liuw hanya mengerakkan tangannya memberi ijin Bone untuk mengerjakan tugasnya itu. Tanpa mau melepaskan ciuman mesranya pada bibir Lea. “Aku merindukan mu sayang” Ucap Michael Liuw berbisik di telinga Lea. “Ini masih terlalu pagi untuk kau datang ke sini” Ucap Lea terdengar dingin. “Maaf tapi aku sangat merindukan mu” Ucap Michael Liuw yang seolah tak mau kehilangan Lea. --------Flashback on------------- Michael Liuw mengenal Lea di salah satu bar milik Wendi. Seorang boss rentenir yang memiliki banyak bar plus-plus di daerah Phramena. Lea merupakan salah satu koleksi rumah bar milik Wendi yang sedang banyak di minati. Karena Lea masih muda dan cantik. Dia juga tidak pernah menunjukkan ekspresinya saat di sentuh pria. Semakin banyak pria yang merasa penasaran dan rela membayar tinggi untuk bisa merasakan hangatnya ranjang Lea. Termasuk juga Michael Liuw. Dia cukup sering berkeliaran dari satu bar ke bar lain hanya untuk iseng dan mencari kehangatan. “Siapa namanya?” Tanya Michael Liuw pada bodyguard nya. “Andrea namanya. Dia masih sekolah di Menengah Atas” Ucap si bodyguard. “Masih kecil? Kenapa bisa masuk ke sini?” Tanya Michael Liuw heran. “Ibunya berhutang. Yang saya dengar dia di jadikan alat pembayaran hutang Ibunya” Ucap si bodyguard. Mata Michael Liuw membola terkejut. Anak yang masih harus mengenyam Pendidikan Menengah Atas malah di perjual belikan. “Gila benar si Wendi. Apa dia gak takut di penjara karena menjual anak di bawah umur?” Tanya Michael Liuw yang heran. Hukum di negara itu anak di bawah usia 21 tahun masih termasuk di bawah umur. Dan jika sampai di lecehkan tentu akan ada hukuman berat bagi pelakunya. “Saya kurang tau Tuan. Tapi Andrea merupakan gadis yang sangat di cari para pelanggan di sini” Ucap si bodyguard. Michael Liuw tampak berpikir. Dia semakin penasaran pada sosok Lea itu. “Aturkan aku dengannya malam ini” Ucap Michael Liuw tak ingin di bantah. Dengan membayar sejumlah uang yang jauh lebih banyak dari pada orang-orang yang mau membooking Lea, tentu membuat Michael Liuw menjadi tamu yang di utamakan. Michael Liuw di arahkan ke salah satu kamar losmen milik Wendi. Begitu masuk ke dalam kamar, aroma rokok yang menusuk sudah tercium. Michael Liuw bisa melihat seorang gadis dengan pakaian sangat minim sedang duduk meringkuk di sudut ruangan. Gadis itu sangat kurus dan tak terawat. Dia juga sangat diam dan tak berekspresi. “Kau yang bernama Andrea?” Tanya Michael menatap gadis itu. Lea mendongakkan kepalanya menatap tajam pada Michael Liuw . Saat mata mereka bertatapan, Michael Liuw begitu terhipnotis. Matanya begitu indah. Bibirnya begitu ranum dan menggoda. Wajahnya juga cantik. Tubuhnya indah hanya saja dia terlalu kurus. Michael Liuw yang memperhatikan tubuh Lea terkejut, bukan hanya karena dia begitu kurus. Tapi juga tubuhnya memiliki banyak luka memar dan goresan. “Ini siapa yang melakukannya?” Tanya Michael Liuw yang merasa iba pada Lea. Lea hanya diam dan berdiri. Dia membuka pakaiannya hingga tanpa sehelai benang pun. Tubuh itu memang begitu indah dan Michael Liuw berusaha menahan hasratnya melihat tubuh indah Lea. “Jon. Bawakan kotak obat di mobil” titah Michael Liuw pada Asistennya - Jon. “Baik Tuan” Pria bernama Jon itu segera keluar dari kamar itu untuk membawakan kotak obat. Michael Liuw menatap Lea dengan dalam. Dia bisa melihat di mata itu ada rasa sedih, sakit, lemah, menderita, marah, benci, dan dendam yang membara. “Kau kemari lah” Ucap Michael Liuw meminta Lea duduk di sofa bersamanya. Lea tampak hanya menurut dan langsung duduk di sebelah Michael Liuw . “Katakan padaku. Apa kau mau membunuh orang-orang yang sudah menghancurkan mu?” Tanya Michael Liuw terdengar serius. Hal itu membuat Lea menatap Michael Liuw dengan dalam. Seolah mencari kebenaran dari ucapan pria di hadapannya itu. “Kita obati dulu luka mu” Ucap Michael Liuw saat melihat Jon sudah kembali membawakan kotak obat untuknya. Perlahan Michael Liuw mengobati luka-luka Lea yang hampir memenuhi sekujur tubuhnya. “Jika ada yang memaksa mu atau melakukan tindakan sadis. Maka kau harus melawan. Jika perlu bunuh saja” Ucap Michael Liuw sambil tertawa mengerikan. “Boleh?” Tanya Lea yang mulai membuka suaranya. Begitu indah suara itu membuat Michael Liuw semakin terpesona pada Lea. Di ciumnya perlahan bibir manis Lea. Namun Michael Liuw tidak melakukan hal lainnya. “Kau mau belajar? Aku akan mengajari mu membunuh lawan yang menyakiti mu” Ucap Michael Liuw sambil tersenyum. Lea mengangguk. Dia yang menyadari jika dia masih selemah itu maka dia akan mati perlahan di tempat kotor itu. “Aku akan menemui mu lagi besok. Hari ini cukup temani aku duduk dan bicara. Dan jangan melayani siapapun lagi” Ucap Michael Liuw. “Kenapa?” Tanya Lea heran. “Aku tidak suka ada yang menyentuh milikku” Ucap Michael Liuw sambil mengamit dagu Lea. ------------------Flashback Off------------------ Tok..Tok..Tok.. Suara ketukan pintu dari luar dan terlihat Bone membawakan dua gelas teh untuk Lea dan Michael Liuw. “Silakan tehnya Nona, Tuan” Ucap Bone. “Ya. Bawakan berkas yang harus aku periksa. Aku tau semua ada padamu” Ucap Lea. Dia tau jika Arman Hudson menimpakan semua pekerjaan pada Bone. Dia tidak suka itu. Karena Lea tau dirinyalah memiliki tanggung jawab sebagai Direktur di sana. Meskipun dia sering di cibir hanya Direktur boneka dan pemuas bagi Presdir dan antek-anteknya. “Tapi Nona. Itu-“ Bone tampak ragu. Dia takut Presdir tau jika Lea melakukan pekerjaan itu. Presdir Arman Hudson sudah memerintah agar tidak memberatkan Lea dengan masalah kantor apalagi hal sepele. “Bawakan! Kau bekerja untukku atau Hudson?” Tanya Lea dengan tegas. Ya, Lea yang membawa Bone ke tempat itu dan menjadikannya Asisten pribadi. Lea yang sudah mengangkat derajat Bone yang sebelumnya hampir mati menjadi suruhan salah satu rentenir. Itu juga karena nasib Bone dulu tak jauh beda dengan Lea. Hanya dia tidak di jual sebagai pemuas nafsu. “Maafkan saya Nona. Akan saya laksanakan” Ucap Bone yang lebih takut dan hormat pada Lea. Melihat wajah Bone yang begitu patuh pada Lea membuat Michael Liuw tersenyum puas. “Kau benar-benar menyerap ajaranku dengan baik ya” Ucap Michael Liuw dengan bangga. “Kau bisa menunggu? Aku harus mengurus masalah kantor dulu” Ucap Lea pada Michael Liuw. “Tentu. Aku santai hari ini dan besok” Ucap Michael Liuw sambil tersenyum pada Lea. . . Next ep 5 ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD