Dua ? - Serigala dan Kupu-kupu

1422 Words
Mei 2018 , Wincanberra Kantor Direktur Pemasaran dan Strategi HC Group~ Pagi ini Lea tampak duduk di kursi kebesarannya. Kursi Direktur Pemasaran dan Strategi miliknya di HC Group yang berada di ibu kota Negara Artinesian Republiksia itu. Tepatnya di tengah kota Wincanberra. Yang berdiri kokoh di antara Gedung-gedung tinggi yang menjulang membelah awan di negara itu. Bone – Asisten pribadi Lea tampak sudah datang pagi-pagi sekali. Bone membawakan berkas ke ruangan Lea. “Direktur. Anda tidur di kantor lagi?” Tanya Bone yang melihat Lea sudah ada di kantor pagi-pagi sekali. “Iya. Bisa Kau buatkan Aku secangkir kopi?” Tanya Lea sambil merebahkan kepalanya pada sandaran kursi. “Baiklah. Tunggu sebentar” Ucap Bone yang langsung bergegas membuatkan kopi yang di minta Lea. Lea tampak duduk sambil mengetuk meja dengan menggunakan bolpoinnya. Dia tampak memikirkan sesuatu dengan sangat serius. Tak lama Bone kembali dengan secangkir kopi untuk Lea. Dia langsung meletakkan kopi itu di hadapan Lea. “Silakan Direktur” Ucap Bone. “Dimana pria itu di tahan?” Tanya Lea tanpa basa-basi. “Ah. Di kantor polisi cabang Utara. Dia di tempatkan di ruangan khusus sementara karena hasil terbukti dia mengonsumsi n4rk0tika” Jelas Bone. Lea langsung berdiri dari duduknya dan mengambil jas hitamnya. “Kabari kepala polisi di sana kalau aku akan tiba dalam waktu 30 menit. Suruh dia bersihkan lokasi” Ucap Lea memerintah. “Anda mau membunuh pria itu?” Tanya Bone memastikan. “Dia berani mau membunuhku. Maka Aku harus membunuhnya terlebih dahulu” Ucap Lea terdengar dingin dan kejam. Bone hanya mengangguk paham dan menjalankan perintah Lea. Lea segera menuju basement Gedung kantor dan melajukan mobil mewahnya menuju ke kantor polisi cabang Utara kota itu. “Jika Kau tidak membunuh mereka yang mengincarmu. Maka Kau yang akan hancur dan mati. Dunia memang sekejam itu Lea. Jangan bodoh dan naif. Tidak ada cinta dan kasih sejati di dunia ini” Ucapan Michael Liuw, salah satu pengusaha juga investor HC group selalu terngiang di telinga Lea. Dia tidak pernah menginginkan kehidupan mengerikan yang dia jalankan ini. Perempuan mana yang ingin hidup sebagai ‘perempuan hadiah’ meskipun memiliki kekuasaan – harta – dan ditakuti oleh yang lainnya. Selain itu dia juga harus membunuh dan melenyapkan siapa pun sesuai perintah presiden HC Group yang sudah membesarkan dan menyelamatkannya dulu. Kekejaman kehidupan telah membentuknya menjadi manusia tanpa perasaan. Lea hanya tau bertahan hidup dengan cara keras yang dia jalani 5 tahun ini. Tiba di kantor polisi kota Utara, Lea di sambut oleh Kepala Polisi cabang Utara Portvonia. “Hai sayangku. Kau sangat cepat tiba di sini. Aku merindukan sentuhanmu” Ucap si Kepala Polisi sambil memeluk mesra Lea. “Aku ada urusan hari ini. Lain kali saja” Ucap Lea menolak pelukan Kepala Polisi. “I See. Baiklah. Dia ada di ruang belakang. Ini kuncinya” Ucap Kepala Polisi menyerahkan sebuah kunci pada Lea. Lea langsung menerima kunci itu dan berjalan menyusuri Lorong panjang menuju ruang tahanan khusus. Lea membuka pintu ruangan itu. Tampak pria setengah baya kemarin sedang duduk tertunduk lesu. Selain karena dia mengalami kebangkrutan, dia juga mendapat caci makian dari istri dan anaknya karena di tuduh hendak memperkosa wanita dan menggunakan narkotika. Jika penggunaan obat terlarang dia mengakui itu kesalahannya. Namun dia di tuduh hendak melecehkan perempuan muda. Tentu dia tidak terima karena antara dia dan Lea merupakan kesepakatan kerja sama dulu. “Kau-“ Pria itu terkejut melihat Lea yang muncul di ruang tahanannya. “Aku akan mengantarmu untuk pergi dengan tenang” Ucap Lea yang langsung menyerang dan memukuli telak ulu hati pria itu. Pria itu mengerang kesakitan. Lea terus memukulinya hingga pria itu jatuh lemas. Lea mengeluarkan 4 pil obat terlarang dan langsung mencekoki pria itu. Selain itu dia mengambil seutas tali dan mencekik pria itu hingga dia merasa setengah mati. “Sudah Aku katakan kalau Aku sudah berbaik hati tidak membunuh mu. Tapi ini yang Kau inginkan bukan? Maka Aku akan memenuhi keinginanmu hari ini” Ucap Lea berbisik di telinga pria itu. Pria itu meronta antara merasa tubuhnya yang mulai kejang-kejang karena obat yang di cekoki Lea dengan rasa sakit dan kesulitan bernafas akibat cekikan tali di lehernya. Tenaga pria itu kalah kuat dengan tubuh Lea yang lebih kecil di banding dirinya. Tentu saja Lea bukan perempuan lemah yang mudah di lumpuhkan. Bagi Lea membunuh pria itu hanya sebuah permainan olahraga yang menyenangkan. Hingga memastikan pria itu mati dengan tangannya sendiri. Lea keluar dari ruangan itu. Kepala Polisi sudah menunggu di luar ruangan bersama dua ajudan kepercayaannya. “Urus pria itu dan aku akan menemui mu malam ini” Ucap Lea dengan santainya. Senyum terkembang di wajah si Kepala Polisi. Dia tentu sangat senang dan akan mengurusi dengan baik mayat pria itu tanpa membuat nama Lea ikut terseret. Lea menuju bagian belakang tempat pembakaran sampah kepolisian yang tampak menyala apinya. Dia melepaskan sarung tangannya dan melemparkannya ke dalam kobaran api. “Lemah” Gumam Lea. Dia kembali berjalan menuju ke parkiran mobil dan melajukan mobilnya menuju kantor. Tampak panggilan masuk dari Bone. “Ada apa?” Tanya Lea mengangkat panggilan dari Bone. “Presdir mencari Anda” Ucap Bone saat telepon ssudah terhubung. “Katakan Aku akan tiba dalam 30 menit” Ucap Lea. “Baik Direktur” Jawab Bone terdengar begitu patuh. Panggilan itu berakhir. Lea melajukan mobilnya semakin cepat menuju kantor. Dia yakin tindakannya sudah sampai ke telinga Presdir HC Group. Tiba di kantor dia langsung memarkirkan mobilnya di parkiran khusus untuknya dan langsung menuju ruangan Presdir. Banyak mata menatap padanya. Dia tau mata sinis itu sedang menghujatnya sebagai Direktur yang tak kompeten dan hanya memanfaatkan s**********n. Namun Lea tidak peduli. Lea tidak pernah memedulikan tatapan aneh orang-orang padanya. Meskipun mereka tahu jika Lea adalah orang yang menemani Presdir sejak awal perusahaan di ambang kehancuran, tapi bagi mereka Lea tetap saja perempuan rendahan. Di luar ruangan tampak dua bodyguard Presdir sedang berjaga,. Lea melihat wajah salah satu bodyguard yang sepertinya baru bekerja. Lea mengetuk pintu ruangan Presdir. “Masuk” Suara Arman Hudson terdengar dari dalam. Lea membuka pintu ruangan dan melangkah masuk. Terlihat Arman Hudson tengah di layani dua wanita bayaran di atas sofa. “Kemari sayangku” Ucap Arman Hudson sambil mengulurkan tangan pada Lea. Lea menyambut tangan Arman Hudson dan duduk di atas pangkuan pria itu. “Apa yang kau lakukan tadi? Hm?” Tanya Arman Hudson sambil membelai wajah Lea. Dua wanita bayaran itu tampak menyingkir sebentar tidak berani mengganggu Arman Hudson dan Lea. “Hanya bermain-main sebentar. Tenang semua sudah Aku bereskan dengan bersih” Ucap Lea tanpa ekspresi. “Kau kenapa? Apa kau sudah tidak menyukai sentuhan ku sayang?” Tanya Arman Hudson. Lea beringsut mengangkangi Hudson dan menciuminya dengan rakus. “Aku hanya kurang tidur. Maafkan aku” Ucap Lea. “Ya sudah. Istirahatlah. Biarkan saja staff kepercayaan mu yang bekerja untuk urusan pekerjaan. Kau cukup mengurusi hal yang penting dan urgent saja” Ucap Hudson sambil membelai wajah Lea. “Baiklah” Lea langsung turun dari pangkuan Hudson. “Nikmati waktu Anda Pak Presdir. Aku akan pergi untuk spa” Ucap Lea. “Ya pergilah. Nikmati saja waktu mu selama kita masih bersantai. Aku masih me-filter calon investor yang cocok untuk kita” Ucap Arman Hudson sambil tersenyum. “Terserahlah. Itu Hak Anda Presdir. Aku pamit” Ucap Lea lalu keluar dari ruangan itu. Lea berjalan membuka pintu ruangan dan langsung menutupnya. Dia menatap bodyguard baru yang tampak mencuri pandang dan penasaran padanya. Lea berdiri di hadapan bodyguard itu dan tanpa ragu meremas alat vital pria itu. “Eh??” Pria itu terkejut. Sedangkan temannya sudah tau siapa Lea tampak santai dan tidak peduli. Lebih tepatnya selalu menjaga pandangannya pada Lea agar tidak terkena masalah. “Jaga mata dan pikiran mu saat melihat Ku. Atau Kau akan kehilangan masa depan mu ini dalam sekejap” Ucap Lea sambil menekan cukup kuat milik pria itu dengan tangannya. Pria itu menahan rasa nyeri pada alat vitalnya dan hanya bisa mengangguk. Lea langsung berlalu, dia kembali menuju ruangannya untuk memeriksa laporan sebelum pergi spa. Bodyguard itu hanya bisa menatap heran pada Lea dan bernafas lega. “Sudah Ku katakan hati-hati. Dia kesayangan Presdir. Jika dia mau membunuh mu sekarang juga tidak akan ada yang bisa mencegah atau melarangnya. Dia berhak atas siapa pun di Gedung ini” Ucap temannya itu. Pria muda itu hanya mampu mengangguk dan dengan gugup menelan salivanya. Dia benar terkejut dengan tindak Lea tadi. Baru pertama kali ada perempuan seperti Lea. Auranya seperti serigala pemburu namun tatapannya semanis kupu-kupu yang memabukkan. . . Next ep 3 ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD