Bab 2

1058 Words
"Tidak bisakah kita memperbarui perjanjian ini, Kaisar Langit? Keseimbangan tidak selalu harus tercipta dengan pernikahan. Bahkan tanpa pernikahan ... putrimu ini berhasil mengawasi langit dan bumi." "Kamu jelas sudah tahu kenapa pernikahan ini harus dilaksanakan, Ellena," ucap Kaisar Langit. Ellena menggenggam erat cangkir teh, membuat air di dalamnya berguncang. Perjanjian kuno sialan. Sepertinya tidak ada kalimat lain yang menggambarkan hal tersebut. Perjanjian kuno sudah dibuat sejak lama bahkan sebelum Ellena dan Kaisar Ferarus tersebut lahir. Entah sejak kapan, tetapi yang Ellena tahu perjanjian dibuat karena adanya manusia yang ingin menjadi lebih hebat. Kaisar Langit pada masanya pun memberikan kekuatan sihir yang lalu membuat manusia tersebut menjadi penyihir dengan beberapa syarat. Di antaranya adalah menikah jika keturunan raja dari penyihir itu laki-laki dan keturunan Kaisar Langit adalah perempuan. Selain kekukatan, makhluk bumi sendiri diberikan wilayah yang subur, air melimpah dan udara bersih berkat perjanjian dengan langit. Hujan selalu diturunkan jika permintaan Dewi Langit sudah disepakati, dan makhluk bumi akan membalasnya dengan lentera. Begitupun dengan peperangan. Ellena sering mendapatkan permohonan orang-orang yang meminta dia untuk memberkati anak dan suami mereka sebelum turun ke medan perang. "Setelah masa ke masa, akhirnya aku diberkahi anak perempuan sepertimu, Ellena. Raja penyihir itu pun memiliki keturunan yang berjeniskan lelaki. Ayahmu ini akan menjadi seorang Kaisar Langit yang bahagia! Tidak maukah kamu memberikan kebahagian itu pada ayah, Ellena?" ucap Kaisar Ferarus yang membuat Ellena semakin kesal. Olive membalas ayahnya, "Ayah, aku tidak mau menjadi selir dari Kaisar Bumi. Ayah tahu kaisar mereka, Atha, sangat mencintai Olive Sperare. Bukankah cerita cinta mereka tersebar hingga ke penjuru langit?" "Dan hal itu pula yang menuai kebencian di rakyat kita. Dengan kamu menikah dengannya, rakyat tidak akan membenci makhluk bumi." "Bagaimana pun, aku tidak akan merusak hubungan mereka dengan pernikahan ini," ujar Ellena yang lalu meletakkan cangkir ke atas meja. Dia lalu berdiri dan membungkuk. "Terima kasih karena Kaisar Langit sudah menyempatkan diri untuk bicara denganku. Aku sudah mengemukakan semua pendapatku. Putrimu ini pamit untuk kembali bekerja." Setelah Ellena berpamitan dari ruangan, Kaisar Ferarus menggebrak meja dan membuat semua peri penjaga dan elf cahaya menjadi kaget. Lalu tidak lama terdengar suara yang cukup keras memanggil para penjaga untuk masuk ke ruangan. ------------ Jean tengah berada di taman kerajaan, berkumpul bersama para elf lain yang tengah menunggu giliran meminum air dari kolam. Mereka percaya jika air dari kolam tersebut dapat mengawetkan kecantikan dan ketampanan mereka. Ada pula yang menyebutkan itu adalah sumber kebahagiaan/ "Wah, wah, tidak biasanya kamu cemberut Jean," ujar Rezim, elf cahaya laki-laki yang tengah duduk di sampingnya. Jean tengah menunggu giliran cawannya diisi, tetapi Rezim malah mengganggunya. Dia melirik dan mendapati laki-laki itu juga menunggu giliran cawannya diisi. Dari seribu elf yang ada, tidak bisakah orang lain saja yang duduk di samping Jean? "Jangan menatapku horor begitu, Jean. Ah ... biar aku tebak, ini pasti ada hubungannya dengan Putri Ellena," terka Rezim. Jean memutar matanya bosan. "Lebih baik tutup mulutmu itu Rezim." "Aku dengar elf yang diperintahkan tidak mengirimkan hujan lagi. Sudahlah, bujuk saja Putri Ellena agar dia mau menikah," balas Rezim membuat Jean menatap tajam. Jean mendapati cawannya diisi oleh para peri-peri kecil. Warna pelangi mengitari di atas air tersebut, sangat indah. Meski sudah berkali-kali minum, dia tetap mengagumi air tersebut. Syukurlah saat ini Jean bisa menutup telinganya rapat-rapat dari mulut Rezim yang tengah bercerita. Elf cahaya yang satu itu suka sekali menyombongkan diri---kira-kira itu yang terlihat dari pandangan semua orang. Rezim adalah tangan kanan kepercayaan Kaisar Ferarus, maka dari itu dia selalu mendampingi rajanya. Hampir semua tidak menyukai sifat Rezim yang besar kepala. Terkadang ucapan laki-laki itu membuat orang yang mendengarnya ingin melempar sesuatu ke bumi. Namun, sebagian orang begitu kagum pada sosok Rezim yang membantu urusan Valkevary untuk membawa ruh manusia dan penyihir sebagai pasukan baru kerajaan langit. Sayangnya rasa tidak suka Jean bukan hanya itu. Sisa air dalam cawan sudah dia minum sampai habis. Jadilah suara Rezim kembali terdengar olehnya. "... Ancaman Kaisar kali ini memang hebat, Putri Ellena tidak mungkin menolaknya." "Bisakah kamu tidak berbicara soal Putri Ellena di hadapanku?" sindir Jean. "Kamu itu tidak tahu apa-apa soal Putri Ellena!" "Oh ayolah, Jean! Aku yakin kamu kesal dengan jawaban Putri Ellena. Aku tahu dari Yang Mulia Ferarus jika putrinya tidak pernah ingin menikah dengan makhluk bumi," balas Rezim. Laki-laki itu lalu terbang di hadapan Jean. Namun, Rezim lalu berkacak pinggang sambil mencondongkan badan tepat di depannya. Senyum miring ditunjukkan padanya. Jean tidak suka, dia tidak suka menjadi bahan perhatian orang-orang. "Bukankah kamu sudah dengar dariku?" Jean membalas dengan malas, "Soal apa?" "Ya ampun! Kamu lagi-lagi tidak mendengarkan aku, Jean? Aku bicara soal surat ancaman ke makhluk bumi! Putri Ellena pasti terkejut dengan ancamannya dan dia tidak bisa menolak!" Jean membeku. Dia mengerjapkan matanya berulang kali sebelum meletakkan cawan. Setelahnya, gadis itu mengambil paksa cawan milik Rezim. "Wah, kamu serakah sekali, Jean," sindir Rezim yang lalu tertawa. Jean memicingkan mata. "Harusnya kamu berpikir terlebih dahulu sebelum mengucapkannya padaku." Semua elf membulatkan mata ketika Jean melempar semua isi cawan itu pada wajah Rezim. Hal itu membuat sosok di hadapannya menganga lebar. Seakan tidak percaya. Jean tidak peduli. Mau sebanyak apa pun penghuni taman di Kekaisaran Langit ini memandangi mereka. Dia harus membela Putri Ellena. "Bersyukurlah karena bukan mata Putri Ellena yang menghukum mulut kurang ajarmu itu, Rezim," ujar Jean. Jean mulai mengepakkan kedua sayap dan semua orang yang menutupi jalannya pun menyingkir. Tidak dapat dia dengan suara bising dari mulut para elf. Mungkin dia yang terlalu tidak ingin mendengarkannya. "Jean," panggil sosok di hadapannya. Jean melihat mahkota yang terpasang di atas kepala sosok tersebut. Segera dia berlutut untuk menghormatinya. Tidak seperti Putri Ellena, Jean tidak kunjung diminta mengangkat wajah. Kaisar Ferarus menodongkan sebuah gulungan dan melemparkannya langsung pada Jean. "Pergilah diam-diam dari Kekaisaran Langit dan temui orang bernama Atha," titah kaisarnya. "Namun, Yang Mulia ... bukankah Putri Ellena tidak ingin menikah dengannya?" ucap Jean tanpa ragu. "Bagaimana pun, Ellena harus menikah dengannya. Jika makhluk bumi yang menolak, maka suruh dia membaca semua pesan pada gulungan itu hingga habis. "Perasaan Ellena harus dikesampingkan demi perjanjian kuno. Jadi, turuti perintahku sekarang juga! Dan jika kali ini kamu gagal, aku tidak akan segan membunuhmu!" Jean tersentak dan jatuh terduduk karenanya. Kaisar Ferarus menjadi dingin, mungkin karena kekesalannya terhadap penolakan Putri Ellena. Namun, bukankah seorang putri pun memiliki haknya tersendiri? Dia ingin berontak, tetapi Jean mulai mendengar derap langkah kaki sang kaisar perlahan menjauh. Meninggalkan surat ancaman di hadapannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD