01 - Lucas Dariell Welington - √

1658 Words
  Dor... Dor... Dor...   Lucas  mengarahkan Desert Eagle miliknya pada sasaran yang terus bergerak mundur, diikuti dirinya yang juga terus bergerak maju. Lucas terus melesakan setiap peluru yang ada pada senjatanya agar mengenai tepat pada sasaran.   Bunyi peluru yang berjatuhan dan kokangan senjata benar-benar membuat suasana di sekitarnya terasa bising.   Lucas memakai pengaman di kedua telinganya agar suara bising tersebut tidak mengganggu konsentrasi serta fokusnya.   Latihan menembak Lucas selesai saat tiga buah magazen penuh berisi peluru yang tertancap di holstersnya sudah habis tak tersisa.   Lucas melepas Electronic Earmuff yang ia kenakan, lalu melangkah mendekati orang yang saat ini berdiri di ambang pintu masuk.   Orang itu adalah Kevan, salah satu orang yang paling ia percayai, dengan kata lain, Kevan adalah tangan kanannya.   Kevan adalah Orang yang di tugaskan Om Craig untuk menjaganya, padahal Lucas bisa menjaga dirinya sendiri.   "Ada apa?"   "Ada Tuan Craig dan istrinya. Keduanya sudah menunggu kehadiran Anda di ruangan kerja."   Jantung Lucas langsung berdebar tak karuan begitu mendengar penjelasan Kevan. Kini ada banyak sekali pertanyaan yang bercokol dalam benaknya.   "Kabar apa yang Pamannya itu bawa sampai-sampai, sang Paman  harus datang menemuinya jauh-jauh dari London ke LA?"   Lucas jelas tahu kalau Craig termasuk orang yang sangat super sibuk. Sibuk mengurus perusahaan milik adiknya yang tak lain tak bukan adalah perusahaan milik Ayahnya.   Seharusnya Lucas yang menjalankan perusahaan itu, tapi untuk sementara waktu ini, Lucas menyerahkan tugas itu pada, Craig.    "Apa mereka berdua sudah lama menunggu?" Lucas meraih handuk yang Kevan ulurkan, lalu menyeka keringat yang membasahi kening dan juga lehernya. Lucas terlihat sangat tampan dan juga seksi jika sudah berkeringat.    "Mereka sudah datang sekitar 30 menit yang lalu, Tuan."   Lucas berdecak kesal begitu mendengar jawaban Kevan. "Ck, kenapa tidak memberi tahuku lebih awal?"   "Tuan Craig melarang saya memberi tahu Anda, sebelum latihan tembak Anda selesai."   Lucas mengangguk, lalu melangkah menuju ruangan di mana Craig dan Celia berada. Begitu Lucas membuka pintu ruangannya, ia langsung di sambut oleh Craig dan Celia dengan hangat.   "Hai Paman." Lucas menyapa Craig seraya memeluk Kakak dari ayahnya tersebut dengan erat.   Craig membalas pelukan Lucas dengan sangat erat, sudah lama ia tidak bertemu dengan Lucas, karena itulah ia sangat merindukan keponakan ini.   Setelah berbasa-basi, Craig dan Lucas sama-sama melerai pelukan mereka.   "Hai Bibi." Kali ini giliran Celia yang Lucas sapa, istri dari Craig yang sedang hamil tua.   Celia dan Craig baru saja menikah dua tahun yang lalu. Meskipun perbedaan usia keduanya cukup jauh, tapi itu semua tak mampu menghalangi keduanya untuk terikat dalam sebuah ikatan suci pernikahan.   Celia berniat memeluk Lucas tapi Craig menahannya, membuat tawa Lucas lolos.   Pamannya ini memang sangat over protektif pada Celia. Mungkin Craig takut kalau Celia terpikat pada pesonanya.   "Ingat Celia, kamu sedang hamil tua!" Peringat Craig tegas. Craig tidak mau buah hatinya terhimpit saat Celai dan Lucas berpelukan nantinya.   Celia memutar matanya jengah begitu mendengar peringatan yang Craig berikan. Tanpa Craig memberitahunya pun ia juga sudah tahu kalau ia sedang hamil tua. Memang apa salahnya memeluk Lucas? Toh Lucas juga keponakannya! Jangan bilang kalau Craig cemburu pada Lucas?   Celia sontak menatap sang suami dengan mata memicing dan kedua tangan yang berkacak pinggang. "Jangan bilang kalau kamu cemburu pada keponakanmu sendiri Tuan Craig?" tanyanya dengan mata melotot.   "Tidak! Tentu saja tidak! Untuk apa aku cemburu pada Lucas!" cibir Craig seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, enggan bersitatap dengan mata sang istri yang menatapnya dengan begitu intens.   "Jadi, dia laki-laki atau perempuan?" Lucas menunjuk perut buncit Celia. Lebih baik Lucas mengalihkan pembicaraan dari pada mendengar Craig dan Celia bertengkar.   "Princess," sahut Celia antusias. Rasa kesalnya pada Craig tiba-tiba menghilang, menguap entah kemana begitu mendengar pertanyaan Lucas. Jika sudah ada yang bertanya seputar kehamilannya, Celia akan menjadi sangat antusias dan melupakan semua rasa kesalnya.   "Serius?" tanya Lucas tak kalah antusiasnya. Akhirnya ia akan segera memiliki keponakan yang pastinya akan sangat cantik.   Craig dan Celia sama-sama mengangguk. Craig menuntun agar Celia kembali duduk di sofa, di ikuti Lucas yang duduk tepat di hadapan keduanya.   "Jadi, kapan Bibi akan menerima undangan pernikahan dari keponakan Bibi yang tampan ini?" Celia bertanya dengan nada menggoda.   Tawa renyah Lucas lolos begitu mendengar pertanyaan Celia. Wajar saja kalau Celia selalu bertanya kapan dirinya akan membina rumah tangga, mengingat usianya yang sudah sangat matang. "Entahlah Bi, mungkin 2 atau 3 tahun lagi."   Craig menggeleng, sementara Celia terkekeh begitu mendengar jawaban Lucas.   "Jadi, ada keperluan apa Paman dan Bibi datang jauh-jauh dari London?" Kali ini giliran Lucas yang bertanya, menatap Craig dan Celia secara bergantian.   "Bacalah." Craig menyerahkan sebuah amplop berwarna hitam pada Lucas.   Lucas menerima amplop pemberian Craig dengan jantung yang berdetak cepat. Dari logo yang sudah tertera pada bagian depan amplop tersebut, Lucas sudah tahu dari mana amplop itu berasal.   Amplop itu berasal dari Jonathan Konstan. Dia adalah pimpinan tertinggi CIA yang tak lain tak bukan adalah atasannya sendiri, teman baik sang Paman dan juga Ayahnya.   Tidak butuh waktu lama untuk Lucas membaca dan memahami isi surat yang Jonathan berikan padanya.   "Apa ini resmi?" Lucas mendongak, menatap Craig dengan raut wajah serius.   "Ya, itu resmi," jawab Craig. Raut wajah Craig tak jauh berbeda dengan raut wajah Lucas yang sama-sama serius.   Lucas menyandarkan kepalanya pada sofa dengan mata terpejam. Apa semua usaha yang selama ini ia lakukan sia-sia? Kenapa Jonathan tiba-tiba menonaktifkannya dari CIA?   Kening Lucas berkerut, mencoba mengingat kembali. Kira-kira kesalahan apa yang sudah ia lakukan sampai-sampai membuat Jonathan menonaktifkannya dari CIA? Apa ada kesalahan yang sudah ia lakukan? Atau ada peraturan yang sudah ia langgar?   Setelah kurang lebih 5 menit berpikir, Lucas sama sekali tidak menemukan adanya kesalahan yang sudah ia lakukan. Ia selalu mematuhi peraturan yang ada dan sama sekali tidak pernah melanggarnya.   "Apa tidak ada perkembangan signifikan?"   Pertanyaan yang Craig lontarkan sukses membuat semua lamunan Lucas buyar. Kelopak mata Lucas terbuka, menatap Craig dengan taut wajah sendu.   Dengan lesu, Lucas menggeleng. "Tidak ada Paman," jawabnya sendu.   Sudah hampir 2 tahun Lucas mengawasi orang-orang yang ia dan Craig curigai sebagai pembunuhan orang tuanya, tapi orang-orang itu sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda aneh dan hidup seperti layaknya manusia biasa pada umumnya.   "Kalau begitu tidak ada pilihan lain selain mematuhi perintah Jonathan."   "Baiklah, tapi kenapa harus London?" tanya Lucas dengan kening berkerut.   Craig sontak menyentil kening Lucas dengan kuat, berharap ingatan Lucas kembali.   "Paman sudah terlalu tua Dariell dan sebentar lagi Bibi kamu akan melahirkan. Paman tidak mau konsentrasi Paman buyar karena harus memikirkan kantor dan calon keponakan kamu yang cantik ini."   Lucas menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Merasa bersalah atas apa yang selama ini ia lakukan pada Craig.   Seharusnya setelah Craig pensiun dari CIA, Craig menghabiskan banyak waktu bersama dengan keluarganya, tapi karena dirinya, Craig jadi tidak bisa menikmati waktu pensiunnya dengan tenang, karena sibuk mengurus perusahaan orang tuanya. Perusahaan yang seharusnya Lucas ambil alih.   "Maaf Paman," ujar Lucas dengan nada menyesal dan kepala tertunduk.   Craig lagi-lagi menyentil kening Lucas. "Tidak usah meminta maaf, sudah menjadi kewajiban Paman untuk membantu anggota keluarga kita, lagipula kalau Paman tidak menjadi pemimpin sementara Welington, Paman tidak akan bertemu dengan Bibimu yang cantik ini."   Lucas terkekeh sedangkan Celia menunduk dengan wajah merona. Merasa malu begitu kilas balik awal mula pertemuan yang terjadi antara Craig dan dirinya. Pertama kali ia bertemu dengan Craig adalah saat ia melamar sebagai sekretaris di perusahaan yang saat itu Craig pimpin, ternyata atasannya itu Craig jatuh cinta pada pandangan pertama dan perempuan itu adalah dirinya.   Craig tersenyum, mengecup sekilas puncuk kepala Celia, membuat wajah Celia semakin merah padam.   "Tidak perlu khawatir tentang visa atau ijin lainnya karena Jonathan sudah mengurus semuanya."   Lucas mengangguk. Kalau untuk masalah itu ia sama sekali tidak khawatir karena ia tahu kalau Jonathan pasti akan mengurus semuanya. "Paman, kapan kita akan berangkat?"   "Kita berangkat malam ini juga."   "Ok," sahut Lucas mantap.   Setelah obrolan serius yang terjadi, obrolan selanjutnya menjadi lebih santai dan tidak lagi tegang seperti di awal pembicaraan.   Ketiganya bahkan saling melontarkan candaan diiringi tawa renyah.                                 ***   2 Hari kemudian.   London, Inggris.   08.00 am.    Welington Corporation.   "Selamat pagi semuanya." Craig menyapa ramah seluruh pegawai kantornga.   "Pagi Pak!" Semua karyawan menjawab dengan kompak sapaan yang Craig berikan.   Hampir semua tatapan kaum Hawa tertuju pada sosok gagah nan tampan yang saat ini berdiri di samping kanan Craig, siapa lagi orangnya kalau bukan Lucas.   Lucas Dariell Welington, sosok pria gagah, tampan nan mempesona yang akan menggantikan posisi Craig sebagai CEO dari Welington Corporation. Perusahaan yang bergerak di bidang real estate dan bidang-bidang lainnya.   "Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, mulai hari ini, saya secara resmi menyerahkan jabatan yang selama 10 tahun ini saya pegang pada keponakan saya yang bernama Lucas Dariell Welington," ujar Craig seraya menunjuk Lucas yang berdiri di sampingnya.   Lucas menunduk diiringi tepuk tangan yang sangat meriah.   Craig berbalik menghadap Lucas, begitun dengan Lucas yang berbalik menghadap Craig. Kini posisi keduanya saling berhadapan-hadapan. Craig mengulurkan tangan kanannya yang langsung Lucas sambut.   Prok... Prok... Prok...   Tepung tangan meriah kembali menggema di setiap penjuru ruangan begitu Craig dan Lucas saling berjabat tangan sebagai tanda bahwa kini Lucaslah pemimpin sah Welington Corporation, menggantikan posisi Craig yang sudah memimpin hampir 10 tahun lamanya.   Sebenarnya Craig berniat menggelar pesta penyambutan meriah untuk Lucas, tapi Lucas dengan tegas menolak usulannya dan memintanya untuk tidak menggelar pesta penyambutan.   "Selamat bekerja Dariell, semoga sukses." Doa Craig tulus.   "Terima kasih Paman," sahut Lucas dengan senyum mengembang. Senyumnya yang manis mampu membuat kaum Hawa yang sejak tadi memperhatikannya semakin terpesona dan tergila-gila pada sosok orang yang akan menjadi bos baru di perusahaan tempat mereka bekerja.   "Kamu yakin tidak mau ada acara pesta penyambutan?"   Lucas menggeleng, lalu menolak dengan halus tawaran Craig. "Tidak usah Paman, terima kasih."   "Kenapa tidak mau?" Kali ini giliran Celia yang bertanya. Celia penasaran, kenapa Lucas malah menolak mengadakan pesta penyambutan yang tentunya akan di gelar dengan sangat meriah dan juga mewah.   "Itu semua hanya membuang-buang waktu dan uang saja, Bibi. Lebih baik uangnya kita sumbangkan pada orang yang lebih membutuhkan," jawab Lucas lugas.   Celia tersenyum begitu mendengar jawaban Lucas. Celia yakin, perempuan yang nanti akan bersanding dengan Lucas di pelaminan dan menjadi istri Lucas, adalah perempuan yang sangat beruntung karena sudah mendapatkan Lucas sebagai pendamping hidupnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD