1 Minggu sudah berlalu sejak Lucas menjabat sebagai CEO dari perusahaan yang sebelumnya Craig pimpin. Selama itu pula para karyawan mulai tahu bagaimana cara Lucas memimpin dan menjalankan perusahaan tempat mereka bekerja.
Tak sedikit para petinggi perusahaan yang tidak yakin dengan Lucas dan meragukan kinerja Lucas. Mereka tidak yakin kalau Lucas bisa memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Karena itulah Lucas meminta para Dewan Direksi untuk bersabar dan bisa menilai kinerjanya setelah laporan quartal pertama selesai selama ia memimpin.
Lucas akan dengan senang hati mundur dari jabatan yang saat ini ia pegang jika selama ia memimpin, kinerja perusahaan yang di pimpinnya malah menurun secara drastis atau bahkan mengalami kemunduran. Tapi jika perusahaan yang di pimpinannya berjalan lancar dan sukses, maka Lucas meminta agar para Dewan Direksi tidak mencoba untuk menggoyahkan posisinya, karena Lucas tidak akan segan-segan dan tinggal diam jika ada salah satu orang dari perusahaannya yang berniat menggulingkannya dengan berbagai macam cara.
"Selamat pagi, Sir," sapa Clara ramah. Clara baru saja menyapa Andre, sahabat dari bosnya.
Sebenarnya Clara enggan untuk menyapa Andre, tapi sebagai bentuk sopan santun, mau tak mau ia harus menyapa Andre.
Andre yang sedang menunggu lift terbuka lantas berbalik dan tersenyum saat melihat siapa orang yang baru saja menyapanya. "Pagi cantik," sapa Andre seraya mencolek dagu Clara yang terbelah.
Mata Clara membola, menatap Andre dengan sengit. Sejak pertama kali bertemu dengan Andre, Clara sudah merasa tidak nyaman jika berdekatan dengan pria menyebalkan ini.
Sedangkan Andre malah terkekeh dan tanpa Clara duga, Andre malah mencuri satu kecupan dari bibirnya yang sukses membuat emosi Clara mendidih.
"Dasar pria kurang ajar!" Teriak Clara penuh emosi. Clara berniat memukul Andre, tapi Andre sudah terlebih dahulu berlari, menjauhi Clara, memasuki lift yang akan membawanya menuju lantai di mana ruangan orang yang akan ia temui berada.
Begitu pintu lift akan tertutup Andre menahannya, menunggu Clara memasuki lift.
Sekilas Clara melirik jam di pergelangan tangannya, menghela nafas panjang saat tahu kalau ia akan datang terlambat jika tidak segera memasuki lift. Sebenarnya ia malas berada satu lift dengan Andre, tapi ia tidak mungkin mengusir Andre mengingat status Andre yang jauh berada di atasnya.
Dengan langkah anggun, Clara memasuki lift, berdiri tepat di depan Andre.
Andre menatap penampilan Clara dari ujung kaki sampai ujung kepala. Clara terlihat sangat cantik meskipun hanya memakai pakaian yang terlihat biasa saja.
Pakaian kerja yang Clara pakai sama sekali tidak menunjukan lekuk tubuhnya yang Andre yakin sangat seksi sekaligus menggoda, tapi hal itulah yang justru membuat Andre terpikat.
Damt! Kenapa jika berdekatan dengan Clara pikirannya selalu menjurus pada hal-hal yang kotor? Astaga! Sebenarnya apa yang menarik dari perempuan seperti Clara? Kenapa jantungnya selalu berdebar dengan cepat?
Ting...
Lift tertutup, seketika suasana menjadi sunyi. Clara terus mengetuk healsnya, membuat suasa yang tadinya sunyi berubah menjadi sedikit lebih hidup karena ketukan heals Clara lakukan.
Entah Clara sadar atau tidak, tapi saat ini wajah Andre berada tepat di belakang kepalanya, menghirup dalam-dalam aroma shampoo Clara dengan mata terpejam. Aroma yang Andre sukai semenjak ia bertemu dengan Clara.
Tangan kanan Andre terulur, menekan tombol yang sontak saja membuat lift terhenti di tengah jalan.
Clara berbalik, menatap Andre dengan mata melotot. "Apa yang Anda lakukan, Tuan?" tanyanya ketus, menatap Andre dengan sengit.
Hilang sudah kesabaran Clara, ia tidak peduli lagi kalau nanti seandainya Andre mengadu pada Lucas dan Lucas memecatnya karena ia yang sudah berani bersikap tidak sopan pada Andre yang notabenenya adalah sahabat baik dari bosnya itu.
Andre maju dan secara naluriah, Clara mundur, sampai akhirnya Clara tidak bisa lagi melangkah mundur saat punggungnya sudah menabrak dinding lift.
"Stop!" Clara menahan bahu Andre saat jarak di antara mereka hanya tersisa beberapa cm lagi. Entah kenapa, jantung Clara tiba-tiba berdebar dengan tidak karuan, apalagi saat nafas hangat Andre menerpa wajahnya, membuat bulu kuduknya meremang.
Tapi Andre malah menarik tubuh Clara, membuat tubuh mereka benar-benar menempel dengan sempurna.
Andre bahkan bisa merasakan betapa kenyalnya kedua bukit kembar Clara yang ia yakin sama sekali belum tersentuh oleh tangan selain tangan Clara sendiri.
"Tuan, tolong lepaskan saya," desis Clara tajam, setajam tatapan yang ia berikan pada Andre. Clara menunduk, mencoba menenangkan degup jantungnya yang tiba-tiba berdegup cepat begitu melihat seringai yang menghiasi wajah Andre.
Andre terkekeh seraya kembali mengangkat dagu Clara, membuat tatapan mata mereka kembali beradu.
Tangan kanan Andre terulur, membelai bibir ranum Clara dengan gerakan sensual. Bibir Clara sangat tipis dan juga lembut, membuat Andre sudah tak tahan lagi dan ingin segera menyesap bibir yang selama beberapa hari ini menghantui pikirannya.
Rahang Andre mengetat saat melihat mata Clara terpejam, menikmati setiap belaian jemarinya. Andre sudah tidak tahan lagi. Ia ingin segera menyecap dan melumat bibir tipis Clara yang berwarna pink itu dengan rakus.
Andre memiringkan wajahnya dan Clara bisa merasakan deru nafas hangat Andre menerpa wajahnya, menimbulkan gelenyar aneh pada setiap sel saraf dalam tubuhnya.
Saat bibir Andre mendarat di bibirnya, Clara sadar dengan apa yang akan Andre lakukan padanya.
Clara menggeleng, mencoba menghidari ciuman Andre. Tapi Andre menahan tengkuknya, membuat Clara sudah tidak bisa lagi menghindar atau mengelak. Tenaga Andre yang jauh lebih kuat dari Clara membuat usaha Clara untuk menghindar jadi sia-sia.
Clara mengatupkan bibirnya rapat-rapat, tapi itu tak membuat Andre hilang akal.
Andre sengaja menggigit bibir bawah Clara dan mau tak mau, Clara membuka mulutnya, membiarkan lidah Andre menerobos memasuki rongga mulutnya, mengexplore setiap deretan giginya.
Clara mendesah dengan mata terpejam saat Andre menyesap kuat bibirnya, mengajaknya berperang lidah dan bertukar saliva.
Dengan perasaan ragu, Clara membalas ciuman Andre, membuat Andre semakin hilang ak, apalagi saat Clara membalas ciumannya dengan gerakan kaku, membuat Andre yakin kalau ia adalah orang pertama yang menjamah bibir seksi Clara yang ternyata sangat manis dan juga lembut.
Andre memiringkan wajahnya, semakin memperdalam ciumannya. Clara memukul bahu Andre. Andre tahu apa yang Clara inginkan. Dengan perasaan tidak rela, Andre melepas tautan bibirnya, lalu menyatukan keningnya dengan kening Clara dengan mata yang masih sama-sama terpejam.
Deru nafas keduanya yang memburu saling bersahutan. Andre adalah orang pertama yang membuka kelopak matanya. Jemari tangan kanan Andre terulur, membelai bibir bawah Clara dengan gerakan sensual.
Ini adalah kali pertama Clara berciuman dan ia akui kalau rasanya memang luar biasa nikmat. Padahal mereka hanya berciuman, lalu bagaimana rasanya jika mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman?
Ting...
Suara lift terbuka, Andre dan Clara sama sekali tidak menyadari hal itu. Tadi, secara tidak sengaja, Clara menekan tombol yang membuat lift kembali bergerak naik.
"1 menit 48 detik, itu artinya Anda datang terlambat. Kira-kira hukuman apa yang pantas saya berikan pada pria yang saat ini memeluk erat pinggang Anda, Nona Clara."
Andre dan Clara sontak menoleh pada asal suara dan keduanya sama-sama terkejut begitu melihat siapa orang yang saat ini berdiri di depan lift, menatap mereka dengan tatapan menelisik.
Clara sontak mendorong Andre dengan sekuat tenaga, membuat jarak tercipta di antara mereka.
"Apa ia saja baru saja berbuat hal yang tidak pantas? Lalu terpergok oleh bosnya sendiri? Astaga, tidak ada lagi hari yang lebih menyebalkan dari hari ini. Kenapa pula ia sempat membalas dan menikmati ciuman yang Andre berikan? Astaga! Sepertinya ia butuh waktu untuk istirahat agar pikirannya bisa kembali fokus." Dalam hati, tak henti-hentinya Clara mengumpat dan merutuki kebodohannya. Menyesali apa yang baru saja ia lakukan, lebih tepatnya menyesal karena sudah membalas ciuman dari pria yang baru beberapa hari ini ia kenal.
Clara berbalik menghadap Andre dan dengan sekali gerakan, Clara berhasil menendang selangkang Andre dengan tumitnya, tepat mengenai junior Andre.
Andre sontak meringis kesakitan seraya memegangi juniornya yang baru saja Clara tendang dengan sekuat tenaga.
"Saya rasa, hukuman yang baru saja saya berikan sudah cukup, Tuan. Saya permisi," ujar Clara setengah menuduk tanda hormat pada Lucas.
Clara bergegas keluar lift dengan berlari, tujuannya sekarang adalah kamar mandi. Clara harus segera merapihkan penampilannya karena ia harus segera menemani Lucas untuk meeting dengan beberapa Dewan Direksi. Meeting akan segera di mulai tak kurang dari 10 menit lagi. Itu artinya, Clara tidak punya banyak waktu dan ini semua karena ulah pria menyebalkan bernama Andre.
Clara tidak sepenuhnya menyalahkan Andre, karena ia tahu kalau ia juga bersalah.
Setelah memastikan kalau Clara berbelok menuju lorong kamar mandi. Lucas tertawa terpingkal-pingkal. Lucas tidak kuasa menahan tawanya saat melihat raut wajah Andre yang tampak lucu saat sedang menahan rasa sakit akibat tendangan yang Clara lakukan.
"Br*ngs*k!" umpat Andre jelas tertuju pada Lucas yang malah mentertawakannya dan tidak membantunya sama sekali.
"Bagaimana rasanya? Apa sakit?" tanya Lucas di sela tawanya. Sebenarnya Lucas tidak perlu bertanya karena tanpa ia bertanya ia sudah tahu kalau itu pasti sangat menyakitkan.
Lucas sontak menutupi juniornya, dalam hati berdoa agar juniornya tidak mengalami nasib yang sama seperti yang Andre rasakan.
"Astaga! Ini sakit sekali!" Umpat Andre entah pada siapa.
"Sebaiknya, jangan bermain-main dengan Clara. Dia wanita yang sangat spesial. Jangan mendekatinya kalau hanya untuk bermain-main." Nada bicara Lucas terdengar lebih serius dari biasanya, bahkan tawa Lucas sudah terhenti sepenuhnya.
"Menarik," gumam Andre.
"Jangan mempermainkannya!" Peringat Lucas tegas, menatap Andre dengan tajam. Lucas memasuki lift, lalu menekan tombol di mana lantai tujuannya berada.
Andre menggeleng. "Gue sama sekali tidak berniat untuk mempermainkannya!" seru Andre ketus. Sedikit tidak terima dengan nasehat yang Lucas berikan.
"Loe serius?" Lucas bersandar di dinding lift dengan kedua tangan bersedekap, menatap Andre dengan sebelah alis terangkat.
Lucas tentu saja tidak akan percaya begitu saja dengan apa yang baru saja Andre katakan. Karena ia tahu betul bagaimana sepak terjang Andre di luar sana dan entah sudah berapa banyak perempuan yang Andre kencani. Lucas tidak mau wanita sebaik Clara menjadi korban Andre yang selanjutnya.
Clara terlalu baik untuk Andre sakiti dan Lucas tidak mau itu terjadi. Meskipun ia baru beberapa hari mengenal Clara, tapi ia tahu kalau Clara adalah wanita baik-baik, itulah kenapa Craig mempekerjakan Clara sebagai sekertarisnya.
Pamannya itu pasti sudah menyeleksi dengan ketat perempuan yang akan menjadi sekretarisnya, Lucas yakin akan hal itu.
Tanpa ragu Andre menggangguk. "Iya," jawabnya sungguh-sungguh.
Sejak pertama kali ia bertemu dengan Clara, ia merasa ada sesuatu yang berbeda yang bersarang dalam relung hatinya. Jantungnya selalu berdegup cepat jika sedang berdekatan dengan Clara dan ia akan terus-menetus memikirkan wanita itu. Penolakan yang sudah berkali-kali Clara lakukan malah membuatnya semakin tertangtang untuk mendekati perempuan itu.
"Sebaiknya loe selesaikan dulu masalah loe sama wanita-wanita lain di luar sana kalau ingin mendekati Clara dan berhubungan serius dengannya." Nasehat Lucas pada akhirnya.
Andre berdecak begitu mendengar nasehat Lucas yang memang benar adanya. Sepertinya ia harus segera menyelesaikan semua masalah yang pernah ia buat di masa lalu jika ingin mendekati Clara dan menjalin hubungan serius dengan perempuan bar-bar itu.
"Kita mau ke mana?" Andre baru sadar kalau kini ia masih berada dalam lift yang kini sedang bergerak turun.
"Meeting," sahut Lucas santai. Fokus mata Lucas kini tertuju pada tab di tangan kanannya. Jari-jemarinya dengan lihai terus bergerak kesana-kemari.
Andre milirik, ia penasaran dengan apa yang sedang Lucas lakukan. Andre berdecak saat tahu kalau ternyata Lucas sedang melihat pergerakan saham pagi ini. Ia pikir Lucas sedang melihat film panas yang mungkin saja bisa membuat sedikit rasa kesalnya menghilang.
"Kenapa?" tanya Lucas saat mendengar Andre menggerutu, entah pada siapa. Mungkin pada dirinya.
"Tidak," sahut Andre ketus.
Suasana kembali hening, tapi itu tak berselang lama.
"Dre."
"Hm."
"Apa ini bagus?" tanya Lucas seraya menunjuk salah satu zet pribadi yang baru saja akan di launching nanti malam.
Andre menggangguk. "Bagus. Kenapa? Mau membelinya?"
Tanpa ragu Lucas mengangguk. "Iya," jawabnya santai.
Mata Andre sukses membola begitu mendengar jawaban Lucas yang luar biasa mencengangkan. "Untuk apa?" tanyanya histeris.
Lucas memutar bola matanya jengah begitu mendengar teriakan membaha Andre yang cukup membuat telinganya berdengung sakit. Aish! Kenapa pula Andre harus berteriak tepat di telinga kanannya sih?
"Untuk koleksi bodoh!" sahut Lucas ketus seraya menoyor kepala Andre. Astaga! Telinganya sakit sekali.
"Hei! Kenapa tidak mengoleksi mobil sport saja?" Yang benar saja. Entah sudah berapa Zet pribadi yang Lucas beli dan itu saja belum semuanya terpakai dan sekarang Lucas mau membelinya lagi? Benar-benar tidak waras!
"Itu sudah terlalu mainstream," sahut Lucas dengan fokus mata yang kembali tertuju pada tab di tangannya.
"Cih! Dasar sombong."
"Sombong karena mampu itu hal yang biasa. Sombong karena tidak mampu baru luar biasa."
Andre bungkam seribu bahasa begitu mendengar jawaban Lucas yang memang benar adanya. Sombong karena tidak mampu memang luar biasa sekali