Mendung Tanpo Udan

1150 Words
Jadwal piket Sora adalah hari ini. Makanya pagi - pagi buta ia sudah bangun. Ia tidak mau berakhir dibangunkan oleh Dana. Karena cara membangunkannya suka kurang manusiawi. Lagi pula Sora memang tidak suka dibangunkan. Ia jadi merasa lebih buruk dari orang yang membangunkan. Entah lah. Sebut saja itu sebagai salah satu dari rentetan sifat buruk Sora. "Ayo ... ayo ... bangun - bangun semuanya .... Udah subuh nih. Buruan sholat semuanya, sebelum kalian pada disholatin! Buruan - buruan ... Aku juga mau nyapu - nyapu habis ini. Wenda sama Dana kalian yang belanja, ya. Ntar aku bantuin masak habis kelar bersih - bersih." Nah, kan. Sora tidak suka dibangunkan. Tapi ia sangat hobi membangunkan orang - orang. Mana cara membangunkannya dengan cara yang Sora sendiri tidak suka jika berganti posisi jadi teman - temannya. Sora bahkan menarik - narik tukar tempat mereka semua tidur. Juga menggoyang - goyangkan tubuh mereka dengan agak kasar. "Astaga ... Sora .... Iya - iya, aku bangun ... jangan brutal - brutal kenapa?" Dana langsung protes sembari kebingungan mencari kaca matanya. Wenda kini sedang menggeliat. Juga membersihkan sisa iler di pipi. "Sora ... kamu tuh selalu protes kalau dibangunin kasar. Tapi kamu sendiri suka heboh kalau bangunin orang!" Suara Wenda masih serak dan parau, khas orang baru bangun tidur. Sora hanya cengengesan. "Berhubung kalian berdua udah bangun, tuh, aku minta tolong bangunin ciwi - ciwi yang lain, ya. Aku mau gantian bangunin itu jantan berdua. Biar cepet bangun, nggak molor melulu!" Sora menunjuk Alshad dan Albert yang masih tidur nyenyak sampai mengorok dengan keras di dalam mushola. Dana dan Wenda hanya pasrah sambil menahan kesal. Mereka lalu lanjut membangunkan teman - teman yang lain. "Woy ... Alshad ... Albert ... bangun nggak lo berdua! Ayo buruan melek ... melek ... Mau dipake sholat sama ciwi - ciwi, nih. Buruan!" Kembali Sora menggunakan jurus membangunkan teman dengan begitu bar - bar. Tapi berbeda dengan teman - teman perempuan yang sekali guncang langsung bangun, Alshad dan Albert masih tidur nyenyak. Definisi tidur kebo. "Eh, Alshad ... Albert .... Buruan bangun, keburu waktu subuh habis, nih. Kalian mau nanggung dosa kita semua kalau sampai telat sholat cuman gara - gara mushola - nya masih kalian penuhin? Ayo buruan bangun!" Sora kembali menggoyang - goyangkan tubuh Albert dan Alshad dengan dahsyat. "Duh ... apaan sih masih ngantuk!" Albert akhirnya memberi respons. Cowok itu berbalik haluan tidur. Sora menemukan balsemnya pada lokasi yang kini sudah tidak ditindih Oleh tubuh Albert. Sora buru - buru mengambil kembali benda berharganya itu. "Duh ... kalian berdua tuh ya. Kalau tahu susah bangun pagi, ya jangan tidur malem - malem. Sukanya begadang, tapi kalau pagi molor melulu kayak kebo!" Dengan berbagai jurus mengomel dan teriak - teriak, juga beberapa kali mengguncangkan tubuh anak orang dengan brutal, Sora akhirnya berhasil membangunkan Alshad dan Albert. Keduanya bangun dengan mood yang jelek berkat Sora. Tapi Sora tidak peduli. Setelah sholat, Sora langsung menyapu seluruh isi rumah. Untungnya rumah ini tidak terlalu besar, sehingga tidak butuh waktu lama untuk membersihkan lantainya. Sora lalu mengecek dapur, ternyata Dana dan Wenda sudah pulang dari belanja, mereka sudah bersiap - siap untuk memasak. "Udah masak nasi belum?" tanya Sora. "Astaga ... lupa!" Wenda menepok jidatnya sendiri. "Kamu kok nggak ingetin aku sih, Dan!" Wenda menyalahkan Dana di sebelahnya. "Lhah, aku sendiri juga lupa!" Dana menjawab sambil lanjut menghilangkan tangkai cabai. "Ya udah aku masak nasi dulu. Nggak kebayang kalau lauknya udah pada mateng, tapi nggak ada nasi." Sora langsung mengambil bagian dalam penanak nasi untuk mengisinya dengan beras, lalu mencucinya. "Pernah lho, Beb, pas bulan Ramadhan." Wenda mulai bicara. "Ya gitu kejadiannya, Ibuku udah masak heboh. Eh, ternyata lupa belum masak nasi." "Nah ya sama," timpal Dana. "Kalau ibuku udah masak nasi. Tapi lupa mencet tombol cook. Ya mau ditunggu sampai ayam balik lagi jadi t - rex, ya nggak bakal mateng itu nasi." Sora sudah selesai mencuci beras, mengisi air, mengukur dengan sebatas ruas jari. Tinggi air sama tingginya dengan tinggi beras. Ajaran dari sang ibu tercinta, yang tidak pernah gagal. Selesai menanak nasi, Sora mulai celingak - celinguk. "Si Albert sama Alshad ke mana? Kok belum kelihatan batang hidungnya. Jangan - jangan mereka balik ke posko cowok, terus lanjut tidur. Awas aja kalau beneran gitu. Awas aja kalau mangkir piket cuman gara - gara pengin molor lagi. Awas aja!" Sora sudah menyingsingkan lengan bajunya. Ketika Alshad dan Albert tiba - tiba datang. "Eits ... fitnah lebih kejam dari pembunuhan, Bun." Alshad datang sambil menimpali ucapan Sora, karena ia dan Albert sudah mendengar semua gumaman dan ancaman Sora pada mereka. Sora langsung menoleh. Alshad dan Albert datang dengan baju yang berbeda, dan sudah tampak segar. Mereka sudah mandi rupanya. Alshad membawa sebuah speaker bluetooth yang sedang memutar lagu yang sedang viral. Judulnya 'Mendung Tanpo Udan'. Atau kalau dibahasa Indonesiakan, jadi 'Mendung Tanpa Hujan'. "Woisah ... ini nih lagu kesukaanku. Wuaseeek. Lagunya bagus. Mana romantis." Dana langsung joget asyik mengikuti irama lagu. Bukan hanya Dana. Si Wenda pun sama. Bahkan mulutnya sudah komat - kamit ikut menyanyi dengan suara Ndaeboy Genk dan Denny Caknan sang penyanyi 'Mendung Tanpa Udan'. Tidak peduli kalau suaranya fals parah. "Romantis apanya sih, Dan?" tanya Sora sambil sewot. "Ya romantis lah, Sora," jawab Dana. "Apa lagi pas bagian, awak dewe tau duwe bayangan besok, yen wes wayah omah - omahan, aku moco koran sarungan, koe blonjo dasteran." Dana menyanyikan lirik yang menurutnya paling romantis. Diikuti oleh Wenda, Alshad, dan Albert. Lalu mereka joget bersama sambil tertawa - tawa. Lirik tadi jika diubah jadi bahasa Indonesia menjadi, 'kita pernah punya bayangan nanti, saat sudah berumah tangga, aku baca koran pakai sarung, kamu belanja pakai daster.' Kalau dipikir - pikir secara bucin, ya memang itu romantis. Tapi kalau dipikir secara logika, tentu itu tidak romantis. Menurut Sora. "Mana ada begitu romantis. Yang ada lakinya egois!" jawab Sora. Yang seketika membuat teman - temannya berhenti joget. "Lhah ... egois gimana?" tanya Alshad. "Ya egois, lah. Ya kali cowoknya cuman santai, baca koran. Terus ceweknya disuruh belanja sendirian. Harusnya dianter lah." Sora menggebu - gebu. Dana dan Wenda mulai berpikir. Dan baru sadar, benar juga apa yang dikatakan oleh Sora. Kenapa si laki - laki malah santai - santai, sementara perempuannya belanja sendirian. "Kan udah kodrat istri melayani suami." Alshad masih lanjut menjawab. "Kodrat dari mana. Kodrat istri itu, cuman haid, hamil, melahirkan, dan menyusui. Di luar 4 hal itu, bukan kodrat istri. Karena bisa dilakuin bareng - bareng. Kasihan amat istrinya suruh melayani apa pun. Inget, itu istri lho, bukan asisten rumah tangga!" "Wah ... pengikut Najwa Shihab, nih." Alshad cengengesan. "Terlepas dari aku pengikutnya Najwa Shihab atau bukan, tapi itu kan bener. Ya cuman 4 itu kodrat perempuan. Laki - laki jangan egois, ya." Sora kemudian mengambil kubis di atas meja, lalu fokus mengirisnya. Dana dan Wenda masih sibuk memikirkan makna lagu tadi, dan juga kodrat wanita yang dibicarakan Sora. Sementara Alshad sedang tersenyum sembari menatap Sora. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD