Pagi itu Alshad sudah bersiap untuk pulang. Pagi - pagi sekali, ia sudah sampai di posko wanita. Ia duduk di teras, memarkir motornya di pinggir jalan. Ia berniat untuk menunggu kedatangan Sora. Supaya segera bisa berangkat pulang saat tahu Sora telah kembali ke posko.
Hawa pagi di pegunungan begitu dingin. Kabut masih tebal meski hari telah terang. Alshad memakai jaket parasit yang dilapisi kain hangat tebal pada bagian dalamnya. Itu pun tak cukup untuk menghalaunya rasa dingin yang terasa.
Sebenarnya ada alasan lain juga. Supaya Alshad bisa menatap Sora dulu sebelum ia pulang. Hanya satu hari ia tidak bertemu gadis itu, rasanya sudah lama sekali tak bertemu.
Untuk sedikit mengobati rindu, meski hanya sebentar. Sebelum kembali berpisah selama satu hati.
Perlu diulang, satu hari, bagi Alshad terasa sangat lama.
Awalnya Alshad menunggu dalam diam dan sendirian. Ia merogoh ponsel dalam saku. Berpikir untuk mengirim pesan pada Sora. Sekadar bertanya ia sudah berangkat atau belum.
Tapi Alshad mengurungkan niatnya. Tidak ingin Sora jadi terburu - buru karena pertanyaan darinya. Padahal Alshad hanya sekadar basa - basi. Ingin ngobrol dengan Sora. Bukan untuk membuat gadis itu berangkat cepat - cepat.
"Shad ... lho ... bukannya kamu harusnya jadwal pulang, ya? Kok udah balik?"
Alshad seketika menoleh. Baru tahu ternyata yang berbicara padanya adalah Noura salah satu anggota kelompok KKN - nya.
Alshad tersenyum pada Noura. "Aku masih baru mau berangkat pulang, Nou," jawab Alshad jujur.
"Lho ... emangnya kenapa?" Noura kebingungan.
Alshad menggeleng. "Nggak kenapa - kenapa, kok. Ya belum ada keperluan aja. Baru hari ini ada keperluannya."
Alshad menjawab jujur meski tidak mengatakan alasan ia menunda kepulangan secara keseluruhan.
Bukan karena terlalu percaya diri atau apa. Tapi Alshad mendengar cerita dari beberapa teman KKN, bahwa Noura memilik perasaan khusus padanya.
Jika Noura tahu bahwa Alshad menunda kepulangan karena rolling dengan Sora, bisa - bisa Sora akan menjadi sasaran empuk Noura nantinya.
Selama ini Sora sudah cukup menjadi bahan gosip orang - orang yang iri padanya. Alshad tidak mau semuanya menjadi semakin parah.
"Astaga, Shad ... kalau aku jadi kamu, mah, udah pulang dari Jumat sore. Habisnya kesempatan pulang kan cuman satu bulan sekali. Ya kudu dimanfaatin semaksimal mungkin." Noura memberi saran pada Alshad dengan menggebu - gebu.
Alshad lagi - lagi hanya tersenyum. Sebenarnya Alshad sedang khawatir. Jangan - jangan nanti Sora datang saat Noura masih di sini. Semoga saja tidak, sih.
"Ya udah ya, Shad. Aku hari ini jadwal piket. Aku mau belanja dulu. Kamu nanti hati - hati di jalan, ya." Noura memberikan senyum terbaiknya pada Alshad.
Alshad pun membalas senyumnya. Seketika Alshad menjadi sangat lega. Syukur lah, Noura segera pergi.
Noura melangkah ke arah selatan menuju warung sayur yang biasa dituju pada anggota KKN untuk berbelanja bahan masakan.
Tak lama kemudian, justru muncul Dana dan Wenda. Mereka berjalan dari arah utara, mengenakan jaket dan sepatu. Sepertinya mereka baru saja jalan - jalan pagi.
"Shad ...." Dana yang lebih dulu menyapa Alshad.
"Si Sora belum balik, Shad. Bentar lagi mungkin," tambah Wenda.
"Iya, nggak apa - apa. Kalian barusan dari mana? Udah sibuk aja pagi - pagi." Alshad berusaha mengakrabkan diri dengan kedua teman dekat Sora itu.
"Habis olah raga, Shad. Nyari keringet. Di sini dingin banget, jadi jarang keringetan." Wenda yang menjawab.
"Ngomong - ngomong si Sora nanti masih lama nggak, ya." Dana tiba - tiba membahas Sora lagi. "Aku udah nggak sabar mau introgasi dia. Gimana rasanya ketemu sama camer. Mana statusnya gambar makanan enak sama buah seger. Pasti oleh - oleh, kan, tuh. Hahaha."
Dana yang masih asyik tertawa tiba - tiba terpaksa harus menghentikan tawanya. Karena mulutnya dibekap rapat oleh Wenda.
Dana berusaha melepaskan diri. Karena tenaga Dana memang tenaga kuda. Ia bisa dengan mudah melepaskan diri dari Wenda.
"Apaan sih kamu, Wen. Main bungkem - bungkem mulut orang sembarangan." Dana kesal karena tidak menyadari apa kesalahannya.
Wenda yang geram langsung melotot tajam pada Dana. Sembari memberi kode bahwa Ada Alshad bersama mereka.
Dana awalnya masih tetap tidak paham. Tapi lama - lama akhirnya ia sadar juga.
Astaga ... Dana langsung menyadari kebodohannya itu. Pertama ia sudah membuka kartu Sora. Kedua, ia membuka kartu Sora di hadapan orang yang paling terlarang tahu masalah perjodohan Sora.
"Camer? Maksud kalian ... camer calon mertua?" tanya Alshad kemudian. Jujur Alshad tidak bisa menutupi keterkejutannya. "Jadi Sora udah punya calon suami?"
"E - e ...." Dana gelagapan mau menjawab bagaimana. Dan Dana masih merutuki kebodohannya sendiri. astaga ... kenapa ia bisa keceplosan begitu sih.
"Kamu apa - apaan sih, Alshad. Hehe .... Kamu salah denger. Bukan camer. Tapi Almer. Almer itu nama adiknya Sora. Sora udah kangen banget sama adiknya itu. Sekarang kan dia udah ketemu sama adiknya. Nah aku sama Dana udah nggak sabar pengin denger Sora nyeritain Almer. Gitu." Untung Wenda segera busa mengendalikan situasi dengan cerdas dan tenang.
Tak hanya Wenda yang langsung lega. Dana pun sama.
Astaga ... syukur lah. Untung ada Wenda. Untung Wenda dapat wangsit untuk menjawab dengan cerdas.
Kelegaan mereka semakin maksimal kala melihat bagaimana reaksi Alshad.
"Oh ... adiknya. Aku pikir si Sora ketemu camer. Udah punya calon suami." Senyum Alshad pun menyiratkan kelegaan.
Wenda dan Dana mengembuskan napas lega selega leganya.
"Ya udah ya, Shad. Aku sama Dana masuk rumah dulu. Semangat ya nungguin Sora - nya. Kami mau mandi dulu. Keburu antre panjang sama yang lain nanti." Wenda buru - buru berpamitan pada Alshad, sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan lagi, tiba - tiba keluar dari mulut si Dana itu.
Wenda langsung menarik tangan Dana dan mereka pergi dari sana. Mereka tidak masuk ke rumah lewat pintu depan, tapi lewat pintu belakang. Ketika mereka melewati lorong, saat itu lah Wenda mengomel panjang pada Dana.
"Apa - apaan sih kamu, Dan? Kok bisa - bisanya keceplosan gitu?"
"Ya sorry, Wen. Aku juga nyesel banget kok. Khilaf aku."
"Khilaf ... khilaf ... Untung si Alshad curinganya nggak berlarut - larut. Asal kamu tahu aja ya. Kamu tuh hampir aja mutusin jodoh orang, lho. Kan belum pasti kalau Sora sama Samran beneran berjodoh. Eh, kamu sembarangan sebut camer di hadapan Alshad. Kalau Alshad - nya baper anggep itu serius, dan dia memutuskan untuk mundur, Sora bisa langsung kehilangan dua cowok yang lagi deketin dia sekaligus. Kasihan Sora lah kalau itu sampai beneran terjadi."
Dana cemberut. Benar kata Wenda, ia sudah membuat kesalahan yang fatal.
"Iya ... iya ... sorry Wen ... sorry ...."
***
Sora mengendarai motor secepat yang ia bisa. Ia memainkan gigi motor dengan piawai supaya motornya tetap bisa melaju dengan cepat dan ringan melalui terjal dan menanjaknya medan perjalanan di pegunungan menuju ke Selopanggung ini.
Kabut masih ada, meski tak terlalu tebal. Sudah terkikis dengan hangat sinar mentari yang mulai muncul.
Sekitar pukul tujuh pagi, Sora akhirnya sampai di posko. Ia sebenarnya ingin langsung masuk beserta motornya langsung lewat pintu belakang. Tapi ia mengurungkan niat karena melihat Alshad di depan rumah.
Tentu Sora tidak akan lupa dengan jasa Alshad yang sudah memberikan satu hari libur yang berharga padanya.
Sora memarkir motornya di pinggir jalan, di samping motor Alshad.
Alshad yang tadinya duduk diam sembari memainkan ponsel, segera bangkit, menyimpan ponselnya.
Alshad tersenyum pada Sora. Sora pun membalas senyumnya.
"Kamu udah balik ternyata," ucap Alshad.
"Iya, makasih ya sekali lagi." Sora berterima kasih dengan tulus.
Alshad hanya mengangguk. "Kamu udah ditungguin sama Wenda dan Dana. Katanya mau nanyain cerita tentang Almer."
Sora langsung mengernyit. Almer? Almer siapa?
Sora yang kebingungan berusaha kuat menahan untuk tidak bertanya pada Alshad. Karena instingnya sebagai seorang penulis mengatakan, bahwa sedang terjadi sesuatu yang tidak beres. Biar nanti Sora tanyakan langsung pada Wenda dan Dana nanti.
"Iya. Mereka udah chat - chat aku terus. Nagih - nagih buat segera balik buat cerita," jawab Sora. Ia terbiasa membuat alur cerita dalam n****+ yang ia tulis. Jadi ia pun bisa langsung mencari alibi dalam keadaan terdesak seperti ini.
"Ya udah, karena kamu udah balik, kalau gitu aku pamit mau langsung pulang sekarang, ya," pamit Alshad.
"Oh, iya. Hati - hati di jalan ya, Shad. Aku juga mau langsung masuk. Kasih titipannya Wenda sama Sora."
"Oke. Ya udah kamu masuk duluan aja nggak apa - apa. Motor aku lagi agak rewel. Butuh sedikit waktu biar mesinnya bisa nyala."
"Oke lah kalau gitu." Sora pun kemudian langsung naik ke atas motornya, lalu benar - benar membawa motornya masuk seperti niatan awal tadi.
Sementara Alshad masih menatap Sora sampai gadis itu beserta motornya tak terlihat lagi, karena sudah masuk ke dalam rumah.
Alshad pun terdiam. Sejujurnya tadi Alshad mengecek status Sora sekali lagi.
Karena Dana tadi sempat menyebut tentang status.
Benar, status Sora adalah gambar buah - buahan segar dan juga makanan dalam rantang. Kemarin saat pertama kali melihat status itu, Alshad tidak memikirkan apa - apa.
Tapi setelah dibahas oleh Dana tadi ... Alshad jadi berpikir ... bahwa makanan dan buah itu, adalah hadiah, dari seseorang yang spesial.
Alshad berharap, bahwa pikirannya itu salah. Semoga saja.
***