Moving II

1023 Words
"Aku berharap begitu.." karena submissiveku yang terakhir telah mengecewakanku, dan ku harap aku tidak akan mencari penggantimu karena kau akan menjadi yang terakhir. Kata Tanya dalam hati. "Well, mari kita lupakan sejenak percakapan yang terlalu drama seperti itu. Ceritakan kembali pengalaman seksmu!" Lanjut Tanya, mengabaikan sesuatu yang mungkin dapat membuat pemikiran Don berubah. Tanya tidak ingin pria itu kembali seperti kemarin saat Don menemukannya di lantai dansa, Tanya ingin Don menjadi miliknya yang penurut dan juga patuh serta disiplin. "Pernah bertukar peran?" Wanita itu kembali bertanya. "Apa? Tentu saja tidak." Balasnya sembari tertawa. "Lalu, mengapa kau mau melakukannya denganku?" "Kau berbeda." Jawaban Don selalu berhasil membuat Tanya tertarik. "Aku mulai menyukai hubungan ini, Miss." Tambahnya. "Benarkah? Aku bahkan belum menunjukan segala hal kepadamu." Tanya menaikan sebelah alisnya. "Aku yakin, aku bisa mengimbanginya." Balas Don mantab. "Kau boleh istirahat, Don!" "Yes Miss..." Don beranjak menuju kamar mandi setelah selesai merapihkan barang-barangnya ke dalam lemari sambil melakukan percakapan ringan dengan Tanya, membersihkan diri lalu kembali ke dalam kamar dimana wanita itu sudah berada di atas ranjang mengenakan baju tidur tipisnya. Don melihat ke kanan dan kiri, tidak ada ranjang atau sofa dimana ia bisa merebahkan diri. "Kau tidur di sini, bodoh!" Cecar Tanya tiba-tiba, sebenarnya Don sedikit segan untuk tidur bersama Tanya. Namun karena perintah wanita itu, akhirnya Don menyanggupinya. Ia menaiki ranjang queen size yang terasa sangat empuk dan nyaman, merebahkan diri tepat di samping Tanya adalah momen yang paling canggung dirasakan Don. Apalagi saat wanita itu mulai mendekati dan memeluk perut ratanya, "hmm, kau sangat empuk!" Bisiknya di balik d**a bidang tempat Tanya membenamkan wajahnya. "Harusnya aku bertemu denganmu sedari dulu." Tambah wanita itu. Ya, jika saja malam itu Don dan kekasihnya tidak mampir ke klub itu. Mungkin hingga saat ini Tanya masih tidur sendiri dalam kesepiannya. "Haruskah aku bersyukur akan hal itu?" Tanya Don. "Tentu saja, akulah yang akan membuat hidupmu lebih berwarna." Jawab Tanya, ia membalikan diri membelakangi Don. Memberi perintah kepada pria itu untuk memeluknya dari belakang. Aroma lavender yang wangi seketika menguar dari belakang tengkuk wanita itu, rambut dan kulitnya sangat wangi sampai Don merasa ia tidur ditumpukan bunga lavender saat ini. Belum lagi kulit halus selembut sutra itu sangat licin tanpa cela, sehingga Don ingin sekali menyentuh kulit itu tapi ia tidak akan melakukannya tanpa seijin dari wanita itu. Akhirnya Tanya tertidur dengan Don memeluk tubuhnya dari belakang, bak sepasang kekasih yang tertidur bersama namun hanya sebuah ikatan lain yang membuat mereka bersama. Tanya memberikan kebebasan kepada Don untuk mendekati wanita lain jika dia ingin, namun Tanya tidak ingin Don memiliki keterikatan lain kecuali dengannya. Tidur dalam posisi seperti itu sepanjang malam, bahkan hingga pagi menjelang tidur Tanya seakan begitu lelap tidak seperti malam-malam sebelumnya. Ia bangun dengan wajah segar dan senyum sumringah, namun ia mengernyitkan kening setelah melihat Don tidak ada di sebelahnya. Panik! Tanya langsung beranjak dari tempat tidur lalu keluar dari kamar, tiba-tiba aroma panecake di pagi hari berhasil membuat perutnya lapar. Menyadarkan Tanya akan kekhawatirannya kehilangan pria itu, yang ternyata sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua. Dengan kedua kaki telanjang Tanya menuju dapur, melihat punggung kokoh itu dengan sigap berada di balik pan. Menyadari kehadiran seseorang, Don membalikan tubuh dan melihat ke arah Tanya. "Good morning, Miss!" Sapa Don lalu menarik sebuah kursi untuk Tanya. "Morning..." wanita itu mendudukan diri di tempat yang sudah disediakan sarapan pagi lengkap dengan segelas s**u putih. "Wow! Kelihatannya lezat." Tanya menyuap panecake buatan Don. "Ku harap rasanya sesuai lidahmu Miss, karena aku baru saja mempelajarinya lewat internet. Kau tahu, aku sama sekali belum pernah memasak sebelumnya." Ujar Don, Tanya menimbang makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya itu. "Hm, tidak buruk." Tanya menilai, Don merasa senang wanita itu menyukai hasil karyanya. Ia lalu duduk berhadapan dengan Tanya guna menyantap sarapan pagi. "Ehm! Sepertinya kita harus membuat aturan di sini, Don!" Ujar Tanya seraya menyesap s**u paginya yang terlihat menetes di bibir bagian bawah milik Tanya, dan entah mengapa melihat hal itu membuat Don menelan salivanya sendiri. Memikirkan sesuatu seolah Tanya sedang membersihkan cairan putih yang ada di bibirnya. "Aku tidak ingin kau mengenakan pakaian saat aku berada di dalam apartemen!" Ujar Tanya, seketika membuat Don terdiam. "Maksudmu, tanpa busana sama sekali? Telanjang?" Tanya Don memastikan telinganya tidak tuli, itu mungkin adalah suatu kebiasaan dari Tanya. Ia pun sudah pernah melakukannya, tapi jika setiap hari? "Tidak, hanya menggunakan dalaman. Apa kau keberatan? Wajahmu menunjukan keraguan padaku, aku pikir kita sedang membangun rasa kepercayaan di sini." Kata Tanya. "Tidak, Miss! Maafkan aku!" Don tertunduk, segera melepas semua pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalam yang membuat bokongnya terlihat semakin seksi. Well, sarapan pagi Tanya sekarang ini akan lebih nikmat dibanding bersama Tom dulu. "You're such a pretty good boy!" Puji Tanya lalu mempesilakan Don kembali menyantap sarapan paginya. "Kau bekerja malam ini?" Don mengangguk meng-iyakan. "Jawab aku dengan kalimat, bukan dengan anggukan!" "Y-yes Miss..." jawab Don tergagap, entah mengapa saat Tanya membentak dirinya seperti itu, ada gelenyar aneh yang menjalar ke seluruh tubuh Don. Sepertinya pengaruh Tanya sudah masuk seluruhnya ke pikiran pria itu. "Kau takut?" "Pada?" Don bertanya. "Bentakanku?" "Ya, tapi aku menyukainya." Tambah Don. "Kenapa?" "Entahlah, seperti sesuatu yang mengontrol diriku dan menyakitiku membuat sesuatu bergetar." Jawabnya. "Dan kau menyukai getaran itu?" Tanya mulai membusungkan dadanya. "Ya." Balasnya seraya terdiam ketika melihat d**a mulus yang membusung. "You want it?" Tanya menggoyangkan dadanya menggoda Don. "Yes Miss..." "Then say it!" Titah Tanya. "Please...." "More!" Bentakan Tanya mulai nyaring. "Please Mistress...." Tanya tersenyum lebar, kemudian berdiri mengitari meja menuju ke pangkuan Don. Melebarkan kaki menghadap pria itu dan membuka penutup kedua dadanya. Lalu membenamkan wajah Don ke dalam gumpalan daging yang kenyal dan wangi itu. "Ahh... this is for big tiger!" Tanya mendesah saat brewok tipis milik Don mengenai d**a mulusnya, menggelitik di sana apalagi Don tak henti-hentinya mengecup bagian kenyal itu. "You like your breakfast, huh?" "Yes Misstres..." "Good tiger!" Tubuh Tanya melengking namun pinggulnya tertahan oleh lengan kekar Don, pagi harinya terasa indah. Memberikan hadiah kepada Don yang telah menjadi seorang pria penurut untuknya, no s*x just kinky fun. Awal yang menyenangkan di sebuah hubungan antara mereka berdua dan Tanya berharap hal ini tidak akan pernah berakhir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD