Her Dark Side

1045 Words
Jalanan yang basah tersiram air hujan, petir menggelegar disertai angin yang cukup kencang. Namun sang rembulan masih berusaha menyinari kegelapan ketika hari mulai larut, di bawah rintik hujan kedua anak manusia tengah berpegangan tangan seraya berlari guna menghindari air hujan meski kini mereka telah basah kuyup karenanya. Tanya bersandar di dinding gedung apartemen miliknya, tertawa renyah bersama Don setelah menerjang hujan bersama-sama. "Kau lihat orang tadi? Aku hampir menabraknya!" Seru Tanya, tak pernah ia sebahagia dan selepas ini ketika bersama seseorang. Mengajak pria yang baru dikenalnya di klub dan anehnya Don menyetujui ajakannya dengan mudah, tanpa ada banyak pertanyaan yang biasanya membuat Tanya pusing. Don terlihat seperti pria baik yang memiliki semangat tinggi dalam mencoba sesuatu, bahkan rasa humor yang dimiliki pria itu kini menular kepada Tanya, wanita yang jarang sekali tersenyum apalagi tertawa seperti sekarang ini. Tiba-tiba jemari nakal Don mulai merangkul pinggul Tanya, diperlakukan seperti itu Tanya hanya diam, karena dia bukan tipe wanita yang ingin diperlakukan seperti itu. "Kau mau mampir?" Ajak Tanya saat kedua pandangannya mulai berbeda terhadap Don, melihat kaos yang dikenakan oleh pria itu basah dan menyebabkan d**a bidangnya tercetak dengan jelas. "Ya, tentu saja." Balas Don dan Tanya langsung menarik jemari kekar Don masuk ke dalam gedung. Memasuki lift, Don mulai memojokan tubuh Tanya ke sudut dan mengecup bibirnya dengan panas. Tanya tak menolak dan menikmati permainan Don yang sama sekali tak berpengaruh pada tubuhnya, hanya menunggu guna mengetahui sampai mana pengalaman pria itu secara seksual. Lift terbuka, Don buru-buru memperbaiki penampilannya walau semua orang juga dapat melihat tampilannya yang kacau dan basah. Sementara Tanya hanya bersikap santai ketika beberapa orang mulai memasuki lift memenuhi tempat yang semula sepi itu, Don berdeham. Mungkin sedikit malu ketika beberapa orang mendapati dirinya tengah b******u di dalam lift, tapi bagi Tanya itu adalah hal yang paling mengemaskan dari ekspresi Don. "Kau suka?" "Apa?" Don balik bertanya saat mereka berdua telah keluar dari dalam lift menuju apartemen Tanya. "Tadi?" Sambung Tanya seraya membuka pintu apartemennya dan mempersilakan pria itu masuk. "Kau bercanda! Kita hampir saja kedapatan tengah-" "Maksudku, sensasinya." Tanya sedikit berbisik yang anehnya bisikan tersebut terdengar seksi di telinga Don. Don terdiam sejenak seraya menelan salivanya sendiri, entah mengapa aura Tanya menjadi berubah saat mereka menginjakan kaki di apartemen Tanya. Seketika Don memikirkan kejadian barusan, sensasi? Begitu Tanya menyindir masalah sensasi entah mengapa pikiran Don jadi melayang entah kemana. "Bagaimana sensasinya?" Wanita itu kembali bertanya dengan menekankan kata terakhirnya seolah menuntut jawaban dari Don. "A-aku pikir itu akan menyenangkan." Don memjawab sekenanya, sebenarnya ada sensasi lain yang ia rasakan. Hanya saja ia tidak dapat mendeskripsikan hal tersebut dan menjelaskannya kepada Tanya, cara bicara Tanya berhasil membuat nyalinya pergi begitu saja seolah wanita itu memiliki ilmu hipnotis. "Aku akan menunjukanmu hal yang lebih menyenangkan." Mendekati Don dan berbisik di telinga pria itu. Tanya segera menarik Don memasuki dalam apartemennya, ruang tamu bahkan dapur. Seolah wanita itu tengah mempromosikan sebuah rumah kepada Don untuk ditinggali, namun Don dengan setia mendengar penjelasan Tanya. Tanya menjamu pria itu dengan segelas coklat hangat, bahkan membiarkan Don menggunakan kamar mandinya sebagai tempat berganti pakaian. Walau Tanya sama sekali tidak memiliki pakaian pria dan ia tidak ingin menggunakan milik Tom yang masih ada di dalam kamar, melihat Don hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggul sebenarnya membuat tenggorokan Tanya gatal. Namun ia berusaha menahan hal itu sampai Don benar-benar paham apa yang akan mereka berdua lakukan malam ini, "minumanmu!" Tanya menyerahkan segelas mug coklat hangat kepada pria yang baru saja mendudukan diri di mini bar yang ada di dalam apartemen Tanya. "Terimakasih." Tanya sedikit menyunggingkan senyum melihat kesopanan pria itu, mereka bahkan baru mengenal satu sama lain namun Tanya sangat tertarik kepada Don. "Kau tinggal sendiri?" Tanya Don, wanita itu hanya mengangguk. Berdiri tak jauh dari Don seraya menyandarkan tubuhnya ke dinding setelah mengganti pakaiannya yang basah, kini wanita itu hanya mengenakan baju tidur satin bertali spageti dan sepanjang lutut seraya menyesap coklat hangatnya. "Apa pekerjaanmu?" Don lagi bertanya. "Presiden direktur!" Balas Tanya singkat tanpa ada kebohongan ia menjawab semua pertanyaan Don tentang dirinya, karena Tanya ingin sebuah hubungan didasari oleh kepercayaan. Dan Tanya ingin Don percaya sepenuhnya kepada dirinya. "Wow! Tak heran kau bisa membeli tempat ini." Ujarnya seraya melihat desain dalam apartmen Tanya. "Bagaimana denganmu?" Ia balik bertanya setelah merasa Don cukup dengan pertanyaannya. "Aku? Aku tinggal di sebuah apartemen kecil bersama pacarku." "Pacarmu yang kurus itu?" Tanya memiringkan kepalanya sedikit mengingat wanita yang baru saja ia singkirkan dari Don. "Ya, dia orangnya." "Lalu mengapa kau tinggalkan dia?" Wanita itu balik bertanya, membuat Don kembali terdiam. Dan sialnya ia baru menyadari mengapa ia meninggalkan Laura demi wanita ini, "oh, aku pasti terlalu banyak minum." Ujar Don seraya memijit pangkal hidungnya sendiri. Tanya hanya tersenyum simpul, "tak apa, dia bisa menunggu bukan?" Tanya mulai menghampiri Don dan mengambil duduk di sebelah pria itu. "Bagaimana pekerjaanmu?" Ia lanjut bertanya. "Aku seorang bartender di sebuah bar, kau harus mengunjunginya sewaktu-waktu." Jawab Don. "Oh, ya? Apa buatanmu nikmat?" Tanya menatap tajam ke arah Don seraya tersenyum sinis seolah menggoda pria itu. "Tentu saja. Aku bisa membuatkanmu koktail yang nikmat." Balasnya masih tak menyadari lirikan mata tajam dari Tanya, suasana lalu hening. Tanya yang berusaha menghabiskan minumannya sementara Don merasa canggung berada di apartemen mewah milik wanita yang ternyata memiliki jabatan tinggi itu. "Jadi, kau mengundangku kemari dengan tujuan?" Tanya Don, wanita itu hanya tersenyum dan menaruh gelas kosongnya ke dalam westafel. "Don, katakan apa fetishmu?" Seru Tanya, seketika membuat Don terdiam. Ia mengerti pasal fetish, tapi Don sendiri belum paham apa yang ia sukai dari sesuatu yang berhubungan dengan seks. "Bagaimana dengan tubuh wanita." Ujar Tanya. Don lalu memperhatikan tubuh Tanya dari atas kepala hingga ujung kaki, semuanya menarik. Namun sesuatu berhasil membuat kedua matanya terhenti untuk mencari, tepat ke belahan yang kelihatannya tak mengenakan dalaman tersebut. "Payudara." Jawab Don mantab dan tentu saja hal itu berhasil membuat Tanya tersenyum lebar. "Ehm! Don, apa kau paham tentang Dominant / Submissive relationship?" Don mengernyitkan kening seraya menggeleng lemah, ia sama sekali tak mengerti apapun tentang hal itu. "Boleh ku jelaskan untukmu?" Tawar Tanya. "Tentu." Jawabnya yang juga penasaran. "Yang artinya adalah sebuah hubungan keterikatan antara sang Dominant yang berhak melakukan apapun terhadap Submissive secara seksual maupun non-seksual, aku menyebutnya sebuah permainan.." Tanya menyunggingkan senyum miring tak menghilangkan wajah ketus seperti biasanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD