Club II

1018 Words
Membuka selimut dan menuju kamar mandi dalam ketelanjangan guna membersihkan diri, membuat sepiring sarapan beserta segelas s**u kesukaannya. Keluar dari apartemen menggunakan setelan kerja yang rapih namun masih terbilang seksi, heels formal khusus untuk bekerja di kantor serta sapuan make-up yang terlihat tipis di wajah ketusnya. Tidak ada yang menyangka bahwa wanita pekerja keras itu adalah seseorang yang gemar menghabiskan waktu di klub, ia menuju bangunan kantor yang berada tak jauh dari apartemen miliknya dengan berjalan kaki. Bagai seorang robot kehidupannya diisi dengan kedisiplinan tinggi dan rutinitas yang membosankan, mungkin itulah sebabnya ia bisa mencapai sebuah jabatan tinggi di perusahaan minuman milik seorang pengusaha yang cukup terkenal. Sebagai presiden direktur satu-satunya yang diisi oleh wanita, walau di balik jabatan besar itu ada banyak spekulasi yang meremehkan seorang wanita bisa memimpin sebuah perusahaan. Namun ia berhasil membuktikannya dengan baik.. Semua orang terlihat menyapa ke arahnya dengan ramah, namun hanya dibalas dengan senyuman tanpa menghilangkan wajah datar seolah tak perduli jika dunia akan runtuh saat ini juga. Langkah kakinya begitu mantap menuju ruangan kerja tanpa berbelok atau sekedar singgah untuk bercengkrama dan berbincang dengan karyawan wanita lainnya. Tidak! Dia bukan tipe wanita yang seperti itu. Ia cenderung menyendiri dan menikmati kesendiriannya tanpa berniat mendengarkan perkataan orang lain terhadap dirinya, karena dia sangat mencintai dirinya sendiri. Self-care is the most important thing in this life... Ia duduk di kursi kebesaran miliknya lalu membuka laptop, mengenakan kacamata menambah kesan cantik meski kecantikan tersebut tertutupi oleh keganasan yang membuat semua orang segan untuk mendekatinya. Kopi hitam kesukaannya selalu terhidang manis di atas meja, hidupnya terlihat sangat sempurna. Namun siapa sangka di balik kesempurnaan itu terdapat jiwa yang gelap bersemayam di dalam saja, menunggu dan mencari sesuatu untuk menghilangkan rasa hausnya yang tak pernah puas. Dalam diam seolah ia begitu tenang menunggu, namun di dalam hatinya ia begitu gelisah. Hanya saja dirinya tak bisa menentukan secepat kilat seseorang yang akan ia pilih. Terikat akan rutinutas dan disiplin yang ketat tentu akan mempersulit kaum Adam yang akan mendekatinya, belum lagi sifat ketus yang dimilikinya pasti akan membuat nyali siapapun menciut meski lelaki dewasa sekalipun. Dan pada akhirnya ia harus mencari dalam kegelapan seseorang yang bisa menggantikan posisi Tom di hidupnya. Karena sekali seseorang itu bersedia dan sanggup untuk posisi seperti itu, maka tidak akan ada jalan kembali sampai dirinya yang memutuskan.. Pagi berganti menjadi siang, siangpun berlalu begitu cepat hingga matahari mulai berubah berwarna jingga. Ia menutup laptopnya kembali saat jam menunjukan pukul lima tepat, berjalan kaki pulang ke apartemen. Mandi, makan malam dan kembali ke klub. Hari-hari yang membosankan bagi seseorang yang tidak menyukai rutinitas dan kedisiplinan, tapi bagi wanita itu hal tersebut adalah sebuah kepuasan tersendiri. Malam hari ini ia mengenakan gaun dengan belahan d**a yang begitu rendah, dengan warna gelap yang selalu ia sukai. Sedikit aksesoris di leher dan pergelangan tangannya menambah kesan glamor, ia melajukan kuda besinya ke tempat yang tak pernah bosan dikunjungi. Melenggak dengan anggun memasuki tempat yang penuh dengan aroma alkohol dan asap rokok serta dentuman musik keras, yang membuat siapapun akan ikut bergoyang ketika mendengarnya. Segelas minuman dapat membuat tubuhnya sedikit rileks di lantai dansa, menuju kerumunan ketika ia hanya sendiri tanpa siapapun yang mendampingi. Meliuk indah tak perduli akan kesendiriannya sementara orang lain bergoyang sembari berciuman ataupun berpelukan, ia tidak perduli. Yang ia inginkan hanya membuang rasa haus yang selalu mengganjal di tenggorokannya. Ketika minuman tak lagi dapat menghilangkan dahaga. Muncul sebuah siluet tubuh tegap nan tinggi di balik kerumunan, ia berusaha mengikuti bayangan tersebut bahkan ketika tubuhnya harus berdesakan dengan banyak orang. Berusaha menggapai seseorang yang berhasil menarik kedua netra kecoklatan miliknya, potongan rambut tipis dan kulit kecoklatan yang keras. Ia melihat punggung yang tertutupi kaos ketat itu begitu menggiurkan. Membelakangi dirinya tanpa pria itu tahu ada sesosok singa betina yang memerhatikan sedari tadi seolah ingin menerkamnya, berjalan perlahan menuju seseorang yang kelihatannya tengah bergoyang dengan seorang wanita. Namun ia berusaha menonjolkan diri di hadapan pria yang ternyata memiliki kedua netra yang sangat indah dan memabukan. Menyingkirkan si wanita tadi dan menggantikan posisinya di hadapan pria bermata kebiruan tersebut, membuat pandangan mereka bertemu satu sama lain. Membeku di tempatnya berdiri hingga musik kembali menyadarkan keduanya akan dunia nyata, meliuk indah hingga kedua tangan kekar itu mulai menyentuh pinggul dan bahunya. Ada sebuah gelenyar aneh yang terasa di tubuh masing-masing, seolah memberikan sinyal bahwa malam ini di hadapannya adalah salah satu partner terbaik. Kedua mata setajam elang itu melihat dari ujung kepala hingga kaki seolah menilai penampilan wanita itu, dan tertarik kepadanya dari pada wanita yang baru saja ia abaikan demi sesuatu yang lebih bersinar di dalam klub malam ini. Nafas keduanya terasa memburu hingga si wanita dapat menghirup aroma maskulin yang menguar dari bibir itu, pria dengan kulit kecoklatan dan kedua netra kebiruan. Ditambah dengan alis tajam serta rahang yang tegas semakin membuatnya dengan mudah menarik perhatian setiap wanita, terutama wanita yang cukup sulit didekati itu. Jemari lentik bercat kuku semerah darah membelai lengan kokok yang terasa keras dan berurat ketika alunan musik mulai panas dan membakar, kedua jemari tangan mereka bersatu seolah memperlihatkan ketertarikan masing-masing. Bahkan jemari wanita itu sempat bergrilya di belakang tengkuk sang pria guna memperdalam dansa panas mereka malam hari ini. Mempersilakan si pria menyentuh dan mengeksplor seluruh tubuhnya di balik gaun tipis tersebut, menggoda dan memancing adalah ciri khas wanita itu jika ia telah tertarik dengan seseorang. Dan hal itu berhasil ia lakukan malam ini, tidak ada yang menolak pesonanya yang begitu menonjol dibandingkan dengan wanita manapun meski wajah cantik itu sama sekali tak memiliki senyum manis. Goyangan pria itu mulai menujukan keberaniannya, menempelkan tubuhnya kepada si wanita dan tentu saja wanita tersebut menyukainya. Adalah sebuah awal yang berani ketika seseorang mulai menunjukan gairah, dan gairah sang wanita tentu saja berbeda dengan wanita pada umunnya. "Siapa namamu?" Tanya pria itu ketika deru nafas panas mulai terasa di wajah sang wanita. "Kau dulu!" Balasnya tak ingin mendahului, membuat pria itu tersenyum setelah menyadari ia bertemu dengan wanita yang begitu misterius. "Kau bisa memanggilku, Don!" Jawabnya. "Hai, Don!" Sapa wanita itu di awal pertemuan panas mereka. "Dan kau?" Tanya Don yang rasa penasarannya semakin menggebu akan wanita di hadapannya ini. "Namaku Tanya.."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD