Sikap Nando terhadap Dara berubah ketika mereka ada di kelas, Dara mencoba ingin bicara dengan Nando namun cowok itu memilih untuk menukar tempat duduknya dengan salah satu teman agar ia tidak duduk bersebelahan dengan Dara.
Kelas pun di mulai ketika guru mata pelajaran berikutnya masuk, Dara terpaksa harus menahan diri sampai waktu pulang tiba.
Selama pelajaran berlangsung, Dara nampak tidak bisa fokus pada apa yang di jelaskan oleh guru di atas. Sesekali ia melirik ke arah Nando, rasa penyesalan itu kian membesar, bahkan emosi Dara terhadap penyebar foto tersingkirkan karena rasa bersalahnya pada Nando saat ini.
Waktu pun berlalu, kelas telah berakhir dan tiba saatnya untuk Dara mengajak Nando bicara. Namun ketika pandangan Dara tertuju pada kursi Nando, rupanya cowok itu sudah meninggalkan kelas tanpa Dara sadari.
" Nando mana.?" Tanya Dara pada teman kelasnya yang duduk di sebelah Nando tadi.
" Nggak tau, dia nggak bilang mau kemana. "
Dara segera keluar kelas mencari kesana kemari dengan harap dapat menemukan cowok itu, di jam istirahat kedua biasanya Nando pergi ke UKS untuk tidur tapi itu tidak mungkin. Dara mencoba mencari di sekitar koridor kelas, namun tak berhasil menemukan cowok itu.
" Dara benar-benar jalan sama om-om yah.? "
" Lo nggak liat foto yang tersebar terlihat jelas kalau itu si Dara."
Dara menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik tembok, nampak dua murid cewek tengah asyik membicarakan dirinya terkait foto yang tersebar itu.
" Dan parahnya lagi Nando sampai belain dia di depan semua orang, tapi Dara malah nyalahin Nando. "
" Kok Nando mau aja sih belain cewek kaya Dara, kalau gue jadi Nando males banget. "
" Mungkin karena Dara punya efek pemikat pria, lihat saja di foto itu dia terlihat dekat sama om-om yang bahkan lebih tua dari bokap gue."
Dara tak tahan dengan pembicara mereka yang tidak benar, jelas-jelas bahwa foto itu hasil editan tapi mereka dengan mudahnya menganggap kalau itu benar foto dirinya.
" Udah selesai rumpinya. " Suara seseorang berhasil membuat Dara kembali menoleh dan ia mendapati Nando yang menghadapi dua cewek barusan.
" Nando, "
" Asal kalian tau yah, di foto itu sudah jelas bahwa itu hanyalah hasil editan. Dan Dara nggak mungkin mau jalan bareng om-om yang usianya lebih tua dari bokap lo, bahkan sama bokap lo aja dia nggak bakal mau, jadi jangan sok tau dan urusi diri kalian sendiri." Ucap Nando ketus.
Setelah Nando menghadapi dua cewek itu, ia segera kembali ke kelas dan tiba-tiba saja bertemu Dara di balik tembok yang membuat Nando sangat terkejut.
Nando terkejut bukan karena kehadiran Dara melainkan karena gadis itu sedang menangis saat ini, Nando yang kebingungan segera menarik gadis itu ke tempat lain agar tidak di lihat orang.
**
Nando menyodorkan tisu pada Dara yang masih larut dalam tangisnya, belum ada percakapan yang terjadi antara mereka sejak keduanya memutuskan untuk berpindah tempat.
" Gue minta maaf sama lo. " Ucap Dara akhirnya.
" Ngapain minta maaf.? "
" Gue udah salah paham dan nyalahin lo di depan banyak orang tadi. "
" Biasa aja, gue udah biasa di gituin sama lo."
" Seharunya gue yang minta maaf." lanjut Nando kemudian.
" Maaf kenapa.? " Tanya Dara bingung.
" Maaf karena gue udah buat lo di hukum, waktu lo pingsan di lapangan gue merasa bersalah. "
" Gue nggak marah dan nyalahin lo kok, lagi pula gue tau alasan kita terlambat karena menolong anak kucing, jadi nggak usah di pikirin. " Balas Dara menatap Nando lurus.
" Btw, soal Ersan, apa betul dia yang melakukan semua ini.? " Tanya Dara mengalihkan topik.
" Gue cuma nebak kalau dia yang lakuin, sebelumnya dia udah buat ulah ngatain lo p*****r, waktu itu di lapangan pas gue berantem sama Ersan. "
" Apa? Pelacur.? " Dara benar-benar syok mendengarnya, ia akhirnya tau kalau selama ini Nando mencoba membelanya dengan memulai perkelahian antara dia dan Ersan.
" Tapi lo tenang aja, gue akan cari tau semuanya dan membuktikan ke semua orang kalau lo nggak seperti yang mereka pikir. " Ujar Nando berhasil membuat Dara merasa sedikit lebih tenang mendengar nya.
**
" Ra, kamu di panggil Pak Wira. " Seseorang baru saja memberitahu Dara ketika kelas telah selesai dan semua murid bersiap untuk pulang.
" Ada apa ya kalo boleh tau. ?" Tanya Dara penasaran.
" Aku nggak tau, kamu langsung ke ruangan nya aja."
Dara mulai cemas, ia tidak pernah di panggil ke ruangan BK sebelumnya. Cantika dan Ayu memberi semangat kepadanya untuk tidak khawatir, begitu pun Nando yang berusaha untuk menguatkan Dara.
Dara pun bergegas pergi menuju ruang BK seorang diri, dan setibanya di sana ia langsung mengetuk pintu dengan pelan hingga membuat seseorang di dalam sana mempersilahkannya untuk masuk.
" Bapak ada apa yah panggil saya kemari.?" Tanya Dara ketika sudah berada di dalam.
" Kamu duduk. " Titahnya seketika membuat suasana di ruangan itu mulai mencekam.
" Saya tidak habis pikir kamu hari ini terlambat sampai manjat tembok, belum selesai sampai di situ kamu kembali berulah dengan foto ini, apa kamu tau status kamu seorang pelajar? Bagaimana mungkin seorang pelajar pergi ke tempat seperti ini dan bermesraan dengan pria yang lebih tua.?" Pak Wira menyodorkan selembar foto yang telah di cetak dimana foto itu merupakan foto yang tersebar hari ini.
" Tapi ini bukan saya pak. " Elak Dara berusaha membela diri.
" Lalu kalau bukan kamu siapa? Jelas-jelas ini adalah kamu. "
" Iya saya tau pak, tapi ini hanya sebuah editan. "
" Dara, kamu pikir bapak ini anak kecil yang bisa kamu bohongi?"
" Maaf pak, tapi saya berani sumpah itu bukan foto saya."
" Sepertinya bapak akan menelpon orang tua kamu, mereka harus tau kalau anaknya sudah melakukan kesalahan seperti ini. "
" Jangan pak saya mohon, saya nggak mau orang tua saya ikut salah paham juga."
Tok..tok..tok..
" Siapa?" Sahut Pak Wira melirik ke arah pintu.
" Nando pak." Balasnya dari luar.
" Masuk."
Nando pun masuk setelah di persilahkan, cowok itu kemudian menghampiri Pak Wira dengan penuh percaya diri.
" Ada apa kamu kemari.?" Tanya Pak Wira tegas.
" Saya punya bukti pak, kalau di foto itu memang bukan Dara. " Jelas Nando seketika membuat Dara melongo kaget.
" Mana buktinya.? "
" Sebelum itu boleh saya meminjam laptop bapak, saya butuh laptop itu untuk memperlihatkannya. "
Pak Wira memberikan laptopnya kepada Nando, lalu cowok itu mulai memasang flashdisk yang berisikan foto yang tersebar kemudian mengunduh sebuah pengelola foto.
" Silahkan bapak lihat, Jika hasilnya not found kemungkinan foto tersebut asli , tapi jika ditemukan misalnya kredit dari photoshop berarti foto tersebut memang telah melalui proses editing diprogram photoshop. Dengan kata lain, Dara hanya di jebak oleh seseorang pak. " Nando berhasil membuktikannya kepada pak Wira.
" Tapi siapa yang melalukan semua ini pada Dara.?"
" Beri kami waktu untuk mencari pelakunya pak, dengan syarat jika pelakunya sudah ketemu tolong beri hukuman seberat-beratnya, karena dia sudah merusak nama Dara di sekolah. "
" Baiklah, bapak tidak akan menghukum Dara, kalian cari pelaku foto itu dan beritahu bapak siapa orangnya. "
**
Setelah dari ruang BK, Dara dan Nando kembali ke belakang sekolah untuk mengambil anak kucing yang mereka tinggal tadi pagi. Sejak meninggalkan ruang kepala sekolah Dara terlihat diam seribu bahasa, sementara Nando hanya meliriknya dengan bingung tanpa bertanya apapun.
" Halo anak kucing, maaf yah sudah membuat mu menunggu. " Ucap Nando pada anak kucing berwarna hitam itu.
" Kalau nggak ada Nando, mungkin gue sudah mendapat hukuman dari pak Wira. Selama ini Nando sangat perhatian, gue jadi sedih setiap mengingat kebaikannya yang selama ini gue anggap salah. " Benak Dara menatap Nando dengan sayu.
" Kita langsung pulang aja yah. " Seru Nando menoleh ke arah Dara namun tiba-tiba di buat terkejut karena gadis itu sudah menangis sejak tadi.
" Ngapain nangis.?"
" Gue terharu sama kebaikan lo tau. "
" Udah nggak usah nangis, lo makin gede makin cengeng yah. "
" Apaan sih nggak lucu. "
" Yang bilang lucu juga siapa. "
Nando kemudian tertawa lepas melihat Dara yang menangis seperti anak kecil, perlahan tapi pasti Dara mulai berhenti menangis dan sekali lagi mengucapkan terima kasih pada Nando yang sudah berbaik hati menolongnya.
" Ayo kita pulang. " Ajak Nando sambil merangkul Dara dan menggendong kucing itu di tangan kirinya.
" Lo mau bawa anak kucing itu pulang.? " Tanya Dara penasaran.
" Iya, kasihan kalau di biarin di jalan. "
" Mama lo nggak ngelarang.? "
" Kalau mama melarang kan ada kamu yang bisa ngerawat. "
" Tapi gue nggak bisa pelihara hewan. "
" Harus bisa dong, nanti kita beli kandang nya terus di simpan di samping rumah biar kita berdua bisa merawatnya sama-sama. " Lanjut Nando kemudian.
**
" Paket.. Paket.. " Seru kurir yang berteriak di depan rumah Nando.
Tak lama berselang cowok itu keluar dengan kaos oblong dan celana pendek di bawah lutut menghampiri kurir yang membawa pesanannya.
" Putra Fernando. "
" Iya benar saya pak."
" Ini paketnya. " Ucap Kurir itu sambil menyodorkan paket pesanan Nando.
" Terima kasih pak. "
Setelah menerima paket itu Nando kembali masuk ke dalam rumah, ia langsung berjalan menuju halaman di samping rumah untuk membuka paket yang ia pesan.
" Udah datang paketnya.? " Dara yang baru saja muncul dari pintu samping rumahnya menghampiri Nando yang sedang membuka paket yang berisikan kandang bongkar pasang untuk anak kucingnya.
" Gue pesan dari toko yang dekat aja biar cepat sampainya. "
" Kucingnya mana.? " Tanya Dara mencari kesana kemari namun tidak menemukan anak kucing itu.
" Dia lagi main sama nyokap di ruang nonton. "
Kini kandang itu telah selesai di susun, dan di letakkan di sudut rumah Nando, halaman di samping rumah memang terbuka tapi tidak akan membuat kandang kucing itu terkena air hujan atau terik panas matahari.
" Ayo sayang kita masuk kandang dulu ya. " Mama Nando muncul sambil menggendong anak kucing itu seperti seorang bayi kecil.
" Tante nggak jijik sama anak kucing.? " Tanya Dara memperhatikannya sambil tersenyum tipis.
" Nggak, tante suka sama kucing, pas Nando bawa pulang tante udah mandiin, nih kamu cium Wangi kan. "
" Heheh iya tan. "
" Udah mah, masukin ke kandang aja dulu." Seru Nando dan segera di lakukan oleh Mamanya.
Selain kandang, Nando dan Mamanya sudah menyiapkan litter box, tempat makan dan minum, serta bantalan empuk untuk anak kucing itu tidur di dalam sana dengan nyaman.
" Btw kita belum kasih nama, kira-kira nama yang Bagus apa yah.?" Ucap Mama Nando sambil berpikir.
" Hitam." Usul Dara.
" Kuro." Sambung Nando.
" Dora." Ucap Mama Nando membuat keduanya kompak menatap ke arah wanita itu.
" Kenapa nggak sekalian Boots aja mah. "
" Hey, Dora itu singkatan dari Nando dan Dara. " Sambungnya dengan gelak tawa yang membuat keduanya malu sendiri.
" Udah ah, mama mau masak, dadah Dora. "
Setelah mama Nando pergi, Dara dan Nando masih memikirkan nama yang cocok untuk anak kucing itu. Pada akhirnya nama Dora itu menjadi pilihan mereka juga, tak ada masalah bagi keduanya dan nampaknya anak kucing itu merespon ketika di panggil Dora.