Part 16

1917 Words
Satu sekolah heboh berkumpul di papan mading, ketika Dara dan Nando baru saja datang mereka segera ikut melihat apa yang terjadi di sana. Semua tatapan mata tertuju pada mereka berdua, dan secara langsung mereka yang berkumpul seakan memberi ruang untuk Dara dan Nando melihat apa yang tertempel di papan mading. Kedua bola mata Dara dan Nando membulat dengan sempurna ketika melihat foto-foto Dara yang terlihat tidak memakai pakaian, melihat hal itu Dara langsung malu dan menundukkan wajahnya. " Sialan, lagi-lagi ada yang menempel foto palsu seperti ini." Nando menarik semua foto yang tertempel di mading dan mengenalnya kuat-kuat. " BILANG, SIAPA YANG NEMPEL FOTO INI DI MADING? CEPAT BILANG KE GUE.!!! " Nando sudah tak bisa menahan emosinya lagi, ia menatap semua orang yang ada di mading dengan tatapan geram. " Kita nggak tau Nan, kita semua cuma lewat dan lihat foto itu ada di mading. " Jawab salah satu dari mereka. Dara tiba-tiba berlari meninggalkan tempat itu, Nando bingung harus berbuat apa lagi untuk mencari pelakunya. " Ini pasti Ersan, gue yakin dia pelakunya." Benak Nando terlihat memikirkan sesuatu. " Awas aja kalo kalian ada yang nyebarin foto ini di sosmed, gue nggak bakal tanggung-tanggung ngerusak hidup kalian." Ancam Nando kemudian. Nando segera berlari menuju kelas yang berada di lantai dua, tatapannya tajam seakan ingin memangsa, orang-orang yang di lalui nya nampak sangat ketakutan hanya dengan menatap wajah cowok itu. " Ersan.!!! " Sahut Nando ketika ia tiba di satu kelas dan membuat semua mata tertuju padanya. " b******k Lo.!" Lontar Nando sambil melayangkan tinjuan yang keras pada wajah cowok itu. Wajah Ersan sudah mulai ternodai dengan darah yang mengalir di sudut bibirnya, tapi semua itu justru membuatnya terkekeh. " Lo udah gila ya, datang ke kelas orang langsung main pukul aja." Sahut Ersan sambil bangkit dan menyeka darah yang ada di sudut bibirnya. Belum sempat Nando membalas ucapannya, Ersan sudah memukul perut Nando yang membuat cowok itu jatuh ke lantai. Semua orang di kelas langsung heboh, namun tak ada satu pun dari mereka yang berani memisahkan mereka berdua. Nando kembali bangkit dan membalas pukulan itu, perkelahian antara mereka semakin sengit, karena keduanya jago berkelahi mereka terlihat sudah babak belur dengan darah segar yang mengalir di wajah mereka masing-masing. " Lo itu sampah, jangan sok keren jadi cowok." Ucap Ersan ketika ia berhasil membuat Nando terpuruk. " Lo punya masalah ke gue jangan bawa-bawa Dara, dia nggak salah apa-apa sama lo. " " Maksud lo apa.? " " Foto yang kemarin dan hari ini semua itu hasil editan lo kan, ngapain lo buat Dara malu di depan umum? Dia nggak salah apa-apa, kalo mau berantem gue bisa ladenin. " " Tapi Lo sendiri udah babak belur begitu, lo bahkan nggak bisa buat jatuhin gue. " Satu tendangan melayang di kepala Nando hingga membuat kepalanya pusing, ia melihat langkah Ersan yang perlahan meninggalkan kelas. " Gue nggak boleh kalah di sini. " Benak Nando berusaha untuk bangkit. Tepat saat Nando bangkit tanpa Ersan sadari, ia mengangkat kursi kayu itu dan melemparnya tepat ke arah Ersan. Cowok itu langsung terkapar di lantai tak bergerak, ketika hal itu terjadi salah seorang guru datang dan melihat kejadian tersebut. ** Kini Nando masuk ke ruang BK seorang diri, sementara Ersan di larikan ke rumah sakit setelah tidak sadar akibat lemparan kursi dari Nandi. Meski begitu Nando tidak menyesal telah melakukannya, ia justru ingin melalukan lebih atas apa yang di perbuat Ersan pada Dara. " Ini yang kamu bilang mau cari tau pelakunya? Kamu pukul anak orang biar dia mengaku kalau dia pelakunya.?" Sentak Pak Wira dengan tegas. " Emang dia pelakunya pak." " Mana buktinya kalau Ersan pelakunya, mana.???" Nando terdiam, ia memang tidak memiliki bukti apapun tapi ia sangat yakin kalau Ersan lah yang melakukan semua itu. " Bapak sudah panggil orang tua kamu, masalah ini bisa sampai ke polisi kalau orang tua Ersan menuntut kamu Nando. " Tak lama kemudian pintu terkuak, muncul Mama Nando dan juga Haru kakaknya namun yang masuk untuk menemui pak Wira hanyalah Mama Nando. Mereka mulai membahas masalah Nando kepada mamanya, dan terlihat wanita itu sangat sedih mendengar kabar tersebut. Di sisi lain, Dara yang mengetahui soal Nando dan Ersan yang berkelahi segera mencari Nando. Ia mendatangi ruang BK dengan panik, melihat Haru yang berdiri di depan ruangan tersebut membuat perasaanya semakin tidak karuan. " Kak Haru, Nando gimana? Dia nggak di keluarin dari sekolah kan.?" Tanya Dara sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. " Aku belum tau Ra, di dalam ada Mama yang lagi ngobrol sama guru kalian. " Jawab Haru kemudian. Setelah beberapa saat kemudian pintu terbuka, Nando dan Mamanya keluar bersama, terlihat wajah Mama Nando sembab seperti sudah menangis di dalam sana. Ia menarik tangan Haru untuk segera ke rumah sakit, begitu pun dengan Nando yang harus ikut meminta maaf kepada orang tua Ersan. Dara tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menatap kepergian Nando dengan rasa khawatir. Karena dirinya lah Nando sampai melakukan hal itu, andai saja waktu sekolah berakhir saat ini juga ia ikut bersama mereka. ** " Nando nggak mau minta maaf." Ucapnya dengan memandang ke arah lain. " Kamu harus minta maaf Nando, dengar sendiri kan tadi kalau kamu akan di keluarkan dari sekolah kalau kamu nggak minta maaf sama Ersan dan kedua orang tuanya. " " Tapi Nando nggak salah mah. " " Mama capek lihat kamu berantem terus, dan baru kali ini kamu buat anak orang sampai masuk rumah sakit. " " Mama nggak liat wajah Nando bonyok karena dia juga. " " Iya tapi, " " Mah, udah jangan salahin Nando terus, kita udah sampai di rumah sakit sebaiknya kita turun. " Sambung Haru tak ingin membuat adik dan mamanya kembali berseteru. Setibanya di ruangan Ersan di rawat, Mama Nando menyapa kedua orang tua Ersan dengan sopan dan menjelaskan maksud dan tujuannya datang kemari, namun sayangnya sikap itu di balas angkuh oleh Mama Ersan. " Pergi dari ruangan ini, kami tidak sudi melihat wajah penjahat kalian." " Ibu kami mohon, berikan waktu untuk anak saya meminta maaf. " Ucap Mama Ersan dengan sangat. " Enak saja, kalau maaf sudah cukup untuk apa ada penjara." " Saya mohon maafkan anak saya, dia sudah kelas 3 SMA biarkan dia lulus dengan baik. " Kali ini Mama Ersan memohon dengan bersujud di hadapan mereka. " Mama apa-apaan sih, bangun mah, jangan bersujud di hadapan orang seperti itu. " Lontar Nando tak kuasa melihat mamanya sampai bersujud. " Ini karena kamu nggak mau minta maaf, mama hanya bisa melakukan ini supaya mereka tidak menuntut kamu Nando." Setelah mendengar ucapan mamanya, Nando langsung bersimpuh dan meminta maaf sambil menundukkan kepalanya. " Saya nggak terima maaf dari kamu, kalau anak saya belum sadar juga kamu bakal saya kasih masuk penjara." Lontar Mama Ersan di hadapan Nando yang bersimpuh meminta maaf. " Saya mohon bu, tolong beri kesempatan. " Mama Nando kali ini menyentuh kaki mama Ersan namun wanita itu melayangkan tendangannya yang membuat mama Nando terpental. " Woy." Sentak Nando kesal dan menatap mama Ersan dengan tajam. " Mama. " Haru refleks membantu mamanya untuk bangkit. " Nando jangan. " Cegah Mamanya ketika cowok itu hendak beranjak untuk mendekati mama Ersan. " Kalian semua keluar atau saya panggil satpam." Kali ini papa Ersan yang ambil alih sehingga Nando, Haru, dan mamanya terpaksa meninggalkan ruangan itu. ** Malam penuh sesak begitu di rasakan oleh keluarga Nando, setelah mereka pulang dari rumah sakit tadi siang dan sampai detik ini mama Nando tidak berhenti menangis. Ia di dampingi Haru dan suaminya yang sudah berusaha untuk menenangkannya, sementara Nando terlihat duduk di hadapan mereka sambil menunduk pasrah. " Sudah mah, jangan nangis terus. " Bujuk Papa Nando sambil mengusap punggung istrinya dengan lembut. " Gimana mau tenang pah, Nando terancam keluar dari sekolah belum lagi Mama Ersan bilang kalau Ersan tidak sadarkan diri Nando bakal di masukin penjara pah." " Kita doakan saja Ersan cepat sadar dan Mamanya tidak memperpanjang masalah ini." " Kamu memang anak durhaka Nando, sampai kapan kamu mau buat mama malu dengan kelakuan kamu itu.? " Protesnya sambil menunjuk-nunjuk Nando. Tok.. Tok.. Tok.. Terdengar suara ketukan pintu membuat mereka terdiam, Haru segera keluar untuk melihat siapa yang datang. Ketika Haru membuka pintu, sosok Dara yang terlihat dengan wajah sendu memohon untuk bertemu dengan Mamanya. Alhasil Haru membiarkan Dara masuk meskipun saat ini keluarga mereka sedang berkumpul membahas soal Nando. " Selamat malam Tante.. Om, maaf Dara datang di tengah-tengah kalian yang sedang kumpul. " " Ada apa Ra,?" Tanya Papa Nando mewakili istrinya yang masih menangis tersedu-sedu. " Jadi begini, sebenarnya Nando melakukan semua itu karena Nando belain Dara. " " Ra, udah jangan di jelasin." Sahut Nando tak ingin mereka tau soal kejadian yang sebenarnya. Dara menatap Nando sebentar, ia tak ingin membuat Nando dalam masalah besar seorang diri. Dan ia pun kembali menjelaskan kepada semua orang tentang apa yang terjadi hari ini. Setelah mendengar penjelasan Dara, terlihat Mama Nando yang sudah berhenti menangis, ia menatap putranya dengan perasaan bersalah. Jika seandainya ia tahu yang sebenarnya seperti ini, dia tidak akan menyalahkan Nando di depan Mama Ersan tadi siang. " Benar Nan, apa yang Dara bilang.? " Tanya Papa menatap Nando lurus. " Iya pah," Jawabnya lirih. " Jadi semua ini memang salah Ersan, korban sesungguhnya bukan dia tapi Dara, secara tidak langsung dia udah buat Dara malu satu sekolah. " Lanjut Papa mulai memahami semua ini. " Nando belum menemukan bukti kalau Ersan pelakunya, tapi waktu kami berantem dia kelihatan menyembunyikan sesuatu dari Nando. " Jelas Nando kemudian. " Kalau begitu untuk membuat mamanya Ersan melayangkan gugatan, kita harus segera mencaritahu soal penyebaran foto itu. " Lontar Haru tiba-tiba. " Bagaimana caranya kak.? " Tanya Dara penasaran. " Dari yang kamu bilang barusan, foto pertama di sebarkan melalui media sosial dan foto kedua merupakan bentuk hard file. Kalau begitu kita bisa melacak dari postingan di media sosial, sebelumnya aku sudah memberitahu Nando cara mengetahui foto asli atau hasil editan seperti apa dan ternyata benar foto itu memang hasil editan photoshop. " " Memangnya kak Haru bisa.? " " Aku punya kenalan yang jago dalam hal ini, kamu hanya perlu perlihatkan nama pengguna dan foto yang tersebar pertama padaku. " Lanjut Haru tersenyum simpul ke arah Dara. ** Saat ini Dara dan Nando sedang duduk bersebelahan di halaman samping rumah, Dora ada bersama mereka dimana saat ini ia sedang bermanja manja di pangkuan Nando. " Nan, gue minta maaf yah, gue baru bisa ngomong gini langsung ke lo. " Ucap Dara menunduk lesu. " Hobi lo sekarang ganti ya.? " Seloroh Nando sambil tersenyum simpul. " Hah, maksud lo.? " Tanya Dara kini melirik Nando yang tersenyum menatap ke langit malam. " Iya, dulu hobinya marah-marah sekarang hobinya minta maaf terus. " " Ih lo apaan sih, gue serius malah becanda. " Dara menoyor lengan Nando pelan. " Santai aja lagi, gue cuma penasaran aja sama Ersan kenapa dia sampai berbuat ini, salah lo apa coba? Padahal gue sama dia paling sering cek-cok tapi buat masalahnya ke Lo." Gumam Nando tidak habis pikir. " Mungkin dia punya alasan, kita nggak tau sebelum dia ngaku sendiri kan. " " Gue harap Haru segera menemukan bukti kalau Ersan lah yang melalukan semua ini. " Setelah cukup lama mengobrol di halaman samping rumah, Dara segera pamit undur diri. Dan setelah Dara meninggalkan Nando, gadis itu terlihat menunduk meratapi sesuatu. " Mungkin semua ini nggak akan terjadi kalau waktu itu Ersan nggak nembak gue. " Benak Dara menutup matanya dengan rapat sambil mengingat semua yang telah terjadi di masa lalu antara dia dan Ersan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD