12. Pemberian Nama

1277 Words
Bab 12  Memasuki semester dua, Deby sudah menjadi bagian dari keluarga besar sekolah ini. Hari-hari berganti diiringi kejadian ini dan itu. Lewat Sarah, Deby mengenal Ika Mayanti anak PMR kelas 1-3. Sarah memperkenalkannya pada Deby sebagai teman terdekat bila kegiatan ekskul. Sementara Deby sendiri setelah kepergian Ami belum punya teman dekat di ekskul sampai kini. Karena itu ia selalu sendiri saat ikut kegiatan ekskul. Sesuai penampilannya yang menggunakan kacamata dan reputasinya di sekolah, Ika yang paling pintar dari tiga sekawan. Jika Sarah unggul pada mata pelajaran Bahasa Inggris, Ika unggul pada mata pelajaran Matematika. Ika terobsesi pada nilai pelajaran, tegas dalam mengutarakan pendapat dan kompetitif. Seperti halnya Deby yang tidak bisa digubris saat membaca komik. Demikian juga Ika tidak bisa diintrupsi saat menyelesaikan rumus matematika. Ika pernah berkata pada Deby. “Gue mau jadi yang terbaik di mata pelajaran matematika karena gue ingin dapat pengakuan seseorang supaya dia sadar keberadaan gue.” Saat itu Deby tidak tahu bahwa seorang yang Ika maksud adalah mendapat pengakuan dari pujaan hatinya. Masa sekolah tidak luput dengan kisah cinta. Di antara ke tiga sekawan itu Deby, Ika dan Sarah. Ika yang paling terbuka mengakui suka pada seseorang dari kelas 1-6. Orang itu adalah Salman, siswa dengan nilai terbaik yang dipilih menjadi perwakilan saat penerimaan siswa baru. “Anak berkacamata itu? Yang maju ke depan waktu upacara penerimaan murid baru?” Deby tidak pernah mengira. Di sini hanya Deby yang belum tahu kisah cinta sepihak Ika. “Iya. Anak dari kelas sebelah lo itu.” Ika mengakui dengan berani. “Kalian ‘kan satu ekskul.” Deby berpikir lingkungan mereka sempit juga ya. Sarah pun pernah mengaku punya orang yang ditaksir dari kelas sebelah pada Deby. Lalu sekarang Ika juga tentang seseorang berasal dari kelas 1-6. Penilaian Deby sendiri pada anak-anak kelas 1-6 hanya sebatas kelas yang memiliki banyak siswa unggul berkumpul di sana. Kelas yang unik dan menarik memang, bahkan kabarnya para guru juga menaruh banyak perhatian pada kelas itu. “Apa yang lo liat dari dia, postur badannya juga pendek.” Komentar Deby menyerang fisik seseorang. “Tentu aja, smart―nya ‘lah! Tipe gue memang yang berkacamata begitu.” Cengir Ika tanpa harus merasa malu mengakui segalanya di hadapan teman-teman. “Aahh... Lo suka tipe megane gitu.” Keluar istilah anime dari mulut Deby. “Megane apaan?” Tanya Ika baru pertama mendengar kata itu. “Julukan orang yang memakai kacamata.” Penjelasan gamang Deby. Oke, Ika tetap tidak mengerti meski sudah Deby jelaskan mengapa orang yang berkacamata disebut megane. “Intinya gue suka karena dia ranking satu!” Dari yang Ika katakan sendiri, dia suka pada Salman sejak pertama kali melihatnya saat upacara penerimaan siswa baru. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Entah ini cinta atau bukan, apa pun anggapan orang yang jelas Ika kagum pada Salman. Ternyata tipe Ika adalah cowok pintar berkacamata. Sejak pandangan pertama itu Ika mencari tahu segala hal tentang sang pujaan hati. *** Deby merasa seru mendengar cerita perjuangan Ika demi mendapat informasi tentang Salman sampai meminta bantuan lewat berbagai orang berbeda. Mulai dari menyebar mata-mata Zizah di ekskul hingga di kelas 1-6, selaku teman dekatnya Salman sendiri dijadikan spy dalam kandang. “Kenapa gak dekatin aja langsung.” Komentar tajam Deby. Karena sejujurnya mengamati keseharian seseorang itu bukannya terdengar seperti tindak kriminal, melanggar privasi. Ika menekuk wajahnya. “Malu gue, kalau langsung ditolak gimana? Gini-gini harga diri gue itu tinggi, terpenting. Seenggaknya gue harus cari tahu dulu gimana tipe cewek yang dia suka, terus gue ada kesempatan atau enggak.” Alasan yang masuk akal. Segila apa pun Ika pada pujaan hati, ia tetap memiliki hati seorang gadis normal yang takut menerima penolakan. Deby tidak tahu rasa menyukai seseorang itu seperti apa jadi ia tidak bisa mengerti apa dan bagaimana yang Ika rasakan. “Apa lo mau bantuin gue?” “Bantuin apa?” Rasanya Deby tidak bisa melakukan apa pun tentang permasalahan cinta sepihak Ika ini. “Bantuin gue buat awasin Salman juga.” “Lho, bukan udah ada temen lo itu yang namanya Zizah?” Tanya Deby bingung, apa perlu Ika menaruh mata-mata sebanyak itu di dekat Salman. “Zizah bilang dia mau mundur dari paskib.” “Eh?” Deby kaget, ia tahu Zizah. Menurut Deby Zizah rajin latihan ekskul tapi kenapa memutuskan keluar. Deby menjatuhkan tatapan matanya pada Sarah meminta pendapat yang sedari tadi hanya diam mengamati. Tapi Sarah hanya menangkat bahunya, memberi kebebasan pada Deby untuk memutuskan. Atau bisa juga maksudnya ia lepas tangan dengan hal ini. “Eng, jadi mata-mata lo itu ada di mana aja? Kalo yang di kelas 1-6 siapa?” Deby menghindari permintaan Ika dengan pertanyaan. “Namanya... Rahasia, dia teman sekelas Salman. Jadi rencana gue adalah memasang mata-mata sebanyak mungkin di sekolah.” Ucap Ika membeberkan strateginya. Dalam hati Deby berkata “Orang yang bernama Salman ini sungguh buruk nasibnya, bertemu stalker dengan kepribadian kuat sekaligus tangguh.” Meski begitu Deby tidak bisa melarang apa yang Ika lakukan selama belum terbukti merugikan orang lain. Itu hak Ika dan Deby berpikir lebih baik jika Ika punya orang lain yang bisa dipercaya untuk membantunya. Karena Deby cukup terkejut dengan level obsesif Ika dalam menyukai seseorang. “Yang jelas semua ini adalah misi rahasia, lo bisa ‘kan jaga rahasia?” Pinta Ika menuntut kesetiaan Deby. Kepada siapa juga Deby akan menceritakan hal ini, ia tidak punya orang untuk dibagi cerita khususnya di sekolah. “Hmm, kalau begitu karena ini rahasia...” Deby membuat permain kecil antar mereka. Karena terlalu seringnya mereka membicarakan seseorang dan untuk menjaga kerahasiaan dari orang lain. Deby memberi masing-masing dari mereka nickname alias nama samaran yang diambil dari karakter tokoh anime. Dengan menggunakan nickname, mereka dengan bebas leluasa membicarakan orang tanpa harus khawatir ketahuan. Tentu saja kerahasiaan nama samaran ini sangat terjaga, hanya di antara mereka bertiga yang tahu arti dari nama samaran itu. Ada empat nama yang diberi nickname oleh Deby untuk saat ini, tiga di antaranya Ika, Sarah dan Deby gunakan sendiri. Nickname ‘Ai’ untuk Ika, memiliki arti Ai adalah Cinta. Nama ini juga cocok dengan Ika yang memiliki perasaan sepihak pada Salman, alasannya karena masih berhubungan dengan nickname untuk Salman. ‘Sora’ untuk Sarah yang berarti ‘Langit’. Nama itu Deby ambil dari manga Scramble-d yang menjadi titik awal hubungan Sarah dan Deby. Lalu Yuki’ untuk Deby yang berarti ‘Salju’. Deby lahir pada bulan Februari di mana saat itu Jepang masih masuk dalam musim dingin. “Kalau begitu Salman kita kasih nickname apa?” Tanya Ika tak sabar. Masing-masing merasa puas dengan pemberian nama dan alasan dibalik nama itu. “Tentu aja Conan paling cocok.” Kata Deby sudah membulatkan pilihan sejak memberi nama alias untuk Ika. “Conan dari Inspektur Conan?” Kata Sarah yang sedikit tahu tentang anime. “Gimana, pas banget ‘kan! Cerdas ‘kan gue...” Deby merasa puas dengan ide dan pemilihan nama itu. “Yaa boleh juga, cocok sih.” Kata Sarah sependapat. Sementara Ika sama sekali tidak memiliki ide apa pun tentang yang kedua temannya bicarakan. Ika tidak pernah mengenal yang namanya Animasi Jepang, selain Doramon atau Hallo Kitty mungkin. Tontonan di rumahnya hanya siaran produksi dalam negeri, buatan Indonesia. Meski menonton tayangan luar pun itu negara barat, Ika lebih suka menghabiskan waktu membaca buku pelajaran dari pada menonton. Tipe yang sangat bertolak belakang dengan Deby. “Udah lo cari tahu sendiri nanti Conan itu yang mana. Kalau udah liat pasti lo setuju seratus persen!” Kata Deby sangat yakin, mengisi kekosongan diekpresi wajah Ika. Sarah tersenyum melihat Ika yang kali ini terpaksa harus mempelajari seluk-beluk dunia hobi dan kegilaan Deby, anime. Demi mencari tahu sosok kartun bernama Conan, sebagai pemberian nama pada pujaan hatinya. ***bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD