14. Kejadian hari Valentine

1309 Words
Bab 14  Tegar terkejut saat melihat daftar partisipan olimpiade matematika, nama Salman tidak ada di sana. Tegar pikir Salman juga akan ikut olimpiade karena anak cupu satu itu yang tahunya hanya belajar dan menumpuk prestasi tidak akan membiarkan kesempatan ini lewat begitu saja. “Kok lo gak ikut olimpiade matematika Man?” Tanya Tegar heran. Salman sedang anteng sendiri dimejanya mengerjakan latihan soal saat Tegar mendatanginya. “Maunya sih juga ikut. Tapi guru saranin gue fokus satu aja, biar anak yang laen punya kesempatan juga.” “Oalah... Kasian.” Goda Tegar yang tak tersirat ekspresi perihatin sama sekali di wajahnya. “Kalo elo gimana Ri?” Tanya Tegar pada Fahri yang duduk tidak jauh dari Salman berada. Fahri mana paham apa yang Tegar maksudkan, sedari tadi dia juga sibuk sendiri mengamati satu benda asing yang tengah ditatapnya dengan seksama. “Gue? Gue kenapa?” Perhatian Fahri teralihkan dari benda asing dalam genggaman tangannya itu saat mendengar namanya dipanggil. Wajah Tegar berubah masam, pegal hati melihat tingkah Fahri. “Sampe kapan lo mau santai-santai begitu. Lo tolak tawaran buat partisipasi di olimpiade ‘kan?” “Wuih... Canggih juga lo. Tau dari mana?” Fahri malah mesem menyebalkan. “Ih! Kalo ditanya tuh bisa serius dikit gak sih?” Tatap Tegar galak geregetan sama respon Fahri. “Eh, bener ya nih! Lo mau gue seriusin, yakin?” Kali ini Fahri malah berubah serius dengan maksud menggoda Tegar. Tegar melempar Fahri dengan buku catatan Salman, jengkel sendiri dengan kelakuan teman lamanya itu. “Apa sih yang dari tadi lo pegang-pegang gak jelas gitu? Lo dapet hadiah?” Tiba-tiba Tegar mengalihkan topik pembicaraan. “Oh ini?” Fahri menganggkat benda asing digenggaman tangannya. “Gak tau juga deh. Bukan punya gue sih.” Aku Fahri polos. “Man, tadi gue nemu ini dilaci meja lo, yang mana kemungkinan besar gue perkirakan benda ini buat lo deh kayanya.” Laga Fahri berasa menjadi detektif dengan intuisi tajam. “Hah! Apaan tuh?” Tegar histeris penasaran. “Kado dari cewek deh kayaknya, gue yakin seratus persen!” “Kado dari cewek?!” Teriak seseorang dari belakang mereka. “Apa? Siapa yang dapet kado dari cewek? Siapa?!” Reaksi norak dari yang lain. “Hah! Mana orangnya mana?” Satu ini dengan reaksi seperti orang keberatan. “Wah bener itu pasti gak salah lagi.” Seorang anak agresif bergerak cepat mengambil bungkusan yang berada ditangan Fahri mulanya. Dan kini benda asing tak dikenal itu telah berpindah tangan. “Nih liat nih! Dari bungkusnya yang rapi aja, gak salah lagi pasti cewek.” Dan benda itu berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya, semakin jauh memutari seisi kelas. Fahri, Salman dan Tegar sesaat bengong karena kejadian tercurinya benda itu pada tangan Fahri terjadi begitu cepat. Saat tersadar sudah terlambat. Keadaan kacau tidak terkendali lagi, anak-anak penghuni kelas 1-6 ramai bersorak. Menyuarakan satu nama, mengulas peristiwa itu dengan berbagai reaksi beragam, heboh, tertawa, menggoda iseng dan lain sebagainya. Bungkus hadiah itu sudah tak berupa cantik dan rapih seperti semula. Saat bungkusan hadiah dibuka, pada bagian dalam terdapat batangan bungkus coklat dan identitas si pengirim. Pada siapa hadiah itu ditujukan juga tertera jelas di sana, Salman Faris. *** Di awal tahun, bulan Februari. Terjadi peristiwa besar bagi Ika. 14 Februari yang dikenal dengan Valentine Day, di mana hari para gadis memberikan coklat pada orang terkasih. Menjadi hari di mana Ika kehilangan harapannya. Setelah cukup lama mengamati Salman, padahal itu adalah keputusan berani yang Ika ambil selagi momennya tepat. Hari kasih sayang, Ika bermaksud ingin memberikan coklat pada Salman. Namun rencana itu berakhir dengan malapetaka besar yang menjadi perbincangan ramai di daratan kerajaan penguin. Dan berikut ini adalah berbagai reaksi muncul di berbagai tempat. “Breaking news! Breaking news!” Seseorang sengaja keliling sekolah mengabarkan berita ini. “Ika dari kelas 1-3 kasih coklat ke Salman!!” Teriaknya sambil lalu. “Gilaa seriusan?!!” Reaksi heboh anak lain. “Pasti seratus persen ditolak!” Tandas satu anak. “Bukan nembak oneng, cuma kasih coklat.” Ralat seorang dari mereka. Benar, Ika memberi coklat bukan menyatakan cintanya. “Lah apa bedanya, sama aja kali. Intinya Salman itu sama sekali gak tertarik sama cewek.” Pernyataan ini keluar dari mulut teman lama Salman. Reaksi tidak percaya seseorang. “Masa? Sama sekali?!” “Iya serius, percaya deh! Dia itu gak suka kalah dari pelajaran, jadi kerjanya cuma belajar.” Jamin teman lama tersebut. Rumor tentang Salman satu ini juga tidak sepenuhnya salah. Kesaksian dari teman satu sekolah sebelumnya pun mengatakan hal yang sama. Salman tidak pernah terlihat dekat secara khusus pada satu gadis, semua ia perlalukan secara sama hanya sebatas teman. Reaksi penonton semakin antusias. “Terus-terus gimana akhirnya soal coklat valentine itu? Ayo ceritain lebih banyak!” Kronologis kejadian pun berkembang luas. Seorang saksi mata yang ada di tempat kejadian perkara menceritakan, mulanya coklat itu Ika percayakan pada seorang teman. Tapi entah bagaimana cerita detail kejadian hingga coklat itu tidak sampai ke tangan Salman sendiri, melainkan jatuh kepada orang lain. Tahu-tahu coklat sudah di tangan salah seorang teman Salman lalu mereka beramai-ramai meledekinya. Disitulah kehebohan dimulai dan petaka terjadi, Salman merasa terganggu dicemooh teman-temannya karena coklat itu. Kesalahpahaman pun terjadi yang berimbas pada Ika si pengirim coklat. Walau tidak ada maksud Ika mempermalukan Salman di depan teman-temannya, tapi peristiwa coklat itu sudah terlanjur berakhir tragis. Dan di sinilah Ika sekarang, berselimut sedih dengan apa yang telah terjadi. “Gue memang mau dia sadar keberadaan gue, tapi bukan dengan cara seperti ini... Bukan dengan perhatian satu sekolah juga.” Ratap Ika menyesali keputusannya. “Udahlah Ai, itu cuma kecelakaan.” Hibur Sarah. “Lagi kenapa bisa jatuh ke tangan orang lain?” Pikir Deby tak habis mengerti. “Yang gue dengar gara-garanya si Fahri! Coklatnya dia yang pegang.” Sarah menjelaskan secara garis besar. “Fahri?” Tampaknya Deby tidak mengenali orang yang dibicarakan Sarah. “Temannya Salman yang ekskul paskib juga, mereka selalu bareng kok. Orangnya tinggi, anaknya emang rese, terus―” Sarah masih semangat menjelekkan seorang bernama Fahri itu tapi Ika menyela ucapannya. “Gak ada gunanya melempar kesalahan pada orang lain, memang salah gue. Harusnya gue gak pernah Kasih coklat.” Potong Ika pada perkataan Sarah. “Lagi harusnya gue sadar, dia bahkan gak kenal gue.” “Gak gitu Ai...” Deby merasa kasihan tapi tidak ada yang dapat diperbuatnya. “Lo cuma lagi sial aja. Apa mau gue coba bantu jelasin ke Salman?” Di antara mereka bertiga hanya Sarah yang bisa bicara langsung dengan Salman saat ini, karena Salman mengenal Sarah. Ika menolak bantuan Sarah. Setelahnya dihibur seperti apa pun dengan berbagai cara tidak berpengaruh untuk memperbaiki suasana hati Ika. Yang mengejutkan Ika malah bangkit sendiri dengan semangat dalam dirinya. “Pokoknya gue harus jago matematika! Gue bakal tunjukin kalau gue juga punya kelebihan. Gue bakal buat dia berpaling karena kalah dari pelajaran. From nothing to something. From anyone become someone!” Ika sangat bertekad untuk mendapat pengakuan Salman. Disamping itu Deby berpikir Ika memang punya pribadi yang kuat, bisa mengubah situasi krisis yang dihadapinya menjadi energi positif untuk bangkit. Deby dan Sarah merasa heran dari mana semangat bergelora Ika itu datang. Sesaat lalu ia masih terpuruk sulit untuk bangkit, tapi sekarang Ika sudah menemukan tujuan baru lagi. Selama Ika belum menangisi perasaan hatinya yang hancur, Sarah dan Deby akan mengawasi sahabatnya itu dalam diam. Karena rasanya mereka juga tidak bisa melarang Ika untuk menyukai siapa yang ia kehendaki, atau memintanya untuk berhenti. Sejujurnya peristiwa tentang coklat ini Deby sendiri tidak pernah tahu bahwa Ika berencana ingin memberi coklat pada Salman. Deby tahu setelah kejadian heboh di kelas 1-6 karena memang kelas Deby bersebelahan. Di hari kasih sayang anak-anak kelas sebelah ramai bersorak, saat itu Deby tidak tahu ternyata kehebohan itulah di mana peristiwa coklat terjadi. Ingin membantu pun Deby tidak dapat melakukan apa-apa untuk Ika, takutnya yang ada nanti memperburuk keadaan. ***bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD