Bab 4

795 Words
"Engh!" Kanaya berusaha menahan diri, dia takut, tapi dia tidak bisa berteriak. Raja menyeringai. "Ada untungnya juga lo bisu, jadi gak bisa teriak!" ujarnya. Pria itu semakin mendekati Kanaya, dia lalu melepas jaketnya membuat Kanaya semakin panik, dia mundur terus, merasa keadaan tidak aman untuknya. "Eh, mau ke mana lo?" tanya Raja saat tiba-tiba Kanaya berbalik, dia lari dan masuk ke dalam kamarnya. Raja tentu langsung mengejar, dia cukup cepat hingga Kanaya belum sempat menutup dan mengunci pintu kamarnya. "Oh, lo sukanya main di kamar ya?" tanya Raja. Kanaya menggeleng, dia semakin takut sekarang. Rasa takutnya membuat gadis itu semakin sulit untuk bersuara. "A, a a ...." Ya Allah, aku harus gimana, kenapa aku gak bisa teriak, batin Kanaya. "Mau teriak, ayo teriak!" ujar Raja. Kanaya menggelengkan kepalanya, ia semakin takut, teringat semua cerita Puri tentang Raja yang playboy dan suka hidup bebas dengan para pacarnya. "Ayo, kita bermain, lo harus bayar tamparan lo tadi, juga gigitan lo semalam." Raja menyeringai, pria itu menunjukkan pergelangan tangannya, lalu menjilat bekas gigitan Kanaya semalam. Kanaya menangkupkan kedua tangannya di depan d**a. Gadis itu semakin takut, dia memohon dan meminta maaf dengan keterbatasan suaranya. "Ma, ma, ma-maf," ucap Kanaya begitu lirih sampai Raja tak mendengar suaranya. Raja puas dengan ekspresi takut di wajah gadis bisu di depannya. Dia ingin sekali membuat Kanaya semakin ketakutan. Pria itu berinisiatif untuk membuka kemeja yang dia kenakan. Melihat itu Kanaya langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ya Allah, tolong hamba, batin Kanaya. Hingga tiba-tiba, Kanaya merasa tubuhnya diangkat, tak lama kemudian dia merasakan tubuhnya dihempas ke ranjang. "Agh ...," rintih Kanaya. "Lo kan yang kasih tau Puri semalam?" tanya Raja, dia sudah mencari tahu dari mana Puri tahu dirinya berpacaran juga dengan Rose, adik Puri. Kanaya menggelengkan kepalanya, dia berusaha bangkit, tapi Raja dengan cepat berada di atasnya. Kanaya mencoba mendorong Raja, tapi pria itu dengan cepat mengunci kedua tangannya di atas kepala. "Lo udah pernah ciuman?" tanya Raja. Sungguh, Raja sangat suka dengan ekspresi takut Kanaya. Gadis itu mulai menangis. "Gimana kalau kita mulai dari ciuman?" Raja menyeringai, pria itu memajukan wajahnya, tetapi dengan cepat Kanaya memalingkan wajahnya sehingga Raja hanya mendapatkan pipinya saja. "Ish, sial," desis Raja, seumur hidupnya, tidak pernah ada yang menolak ciuman darinya. Raja marah, dia tidak suka penolakan. Dengan cepat Raja mencengkram pipi Kanaya agar gadis itu menghadap padanya. "Raja, tidak pernah dapat penolakan, lo ngerti?" tanya Raja, pria itu langsung memaksa sebuah ciuman dari gadis dalam kuasanya. Kanaya membulatkan matanya, itu adalah ciuman pertamanya. Dia merasa sakit hatinya, hal yang sangat berharga untuknya, diambil paksa darinya oleh pria yang dia kenal b******k. Gadis itu memejamkan matanya dan hanya bisa menangis. Raja memejamkan matanya, bibir Kanaya terasa berbeda dari bibir-bibir yang pernah ia cium selama ini. Meski Kanaya tidak membalasnya, tapi bibir itu terasa begitu manis dan hangat, membuat Raja nyaman dan enggan menyudahinya. Namun, beberapa saat kemudian, saat Raja tengah begitu menikmati bibir manis Kanaya, tubuhnya tiba-tiba ditarik oleh seseorang disusul pukulan keras di pipinya. "b******k, kau apakan putriku, hah?" Bugh... Satu pukulan kembali Raja rasakan di pipinya, tubuh kekarnya tersungkur di lantai disusul kungkungan dan jampakan pada rambutnya. "Mas sudah Mas." Mata Raja membulat, rupanya dia ketahuan oleh orang tua Kanaya. Sial, jadi dia tinggal dengan orang tuanya, batin Raja. Bugh... Satu pukulan kembali Raja rasakan di pipinya sebelum pria 40-an tahun di atasnya bangkit dan meninggalkannya. "Sayang, kamu gak apa?" tanya Defan pada Kanaya yang sedang dipeluk oleh ibunya. Kanaya masih syok, dia hanya menangis dalam pelukan ibunya. "Mas sabar, kita lapor polisi aja," kata Kinanti. Mata Raja langsung membulat, dia tidak boleh terkena skandal. "Jangan Om," ucapnya. Defan menoleh pada Raja yang baru saja bangkit. "b******k!" Defan bersiap untuk memukul kembali pria muda di depannya, tetapi Raja dengan cepat menahan tangan ayah dari Kanaya. "Please, jangan Om, lagian saya, em saya dan Kanaya pacaran," ujar Raja tiba-tiba. Mata Defan langsung membulat. "Apa, pacaran?" tanya pria itu dan Raja mengangguk dengan cepat. Defan langsung menoleh pada Kanaya yang masih menangis dalam pelukan ibunya. "Apa kau kira hanya karena kalian pacaran kalian bisa melakukan itu sebelum menikah, hah?" tanya Defan. Sial, aku jadi ingat masa mudaku, batin Defan. "Saya, saya akan tanggung jawab, Om, saya akan tanggung jawab," ucap Raja. "Tanggung jawab?" Defan mengernyitkan dahinya, dia memindai penampilan pria muda di depannya, pada sepatu dan juga jam tangan mewah di tangan pria muda itu. "Siapa namamu?" tanya Defan. "Nama?" tanya balik Raja. "Oh, nama, nama saya Raja Om, Ra-Raja Dewantara," jawabnya. "Dewantara?" Defan mengernyitkan dahinya, pria itu mencoba berpikir mengingat nama yang tidak asing baginya. "Maksudmu, apa mau anak Prabu Dewantara?" tanya Defan. Raja mengangguk. "I-iya Om," jawabnya. "Aku tidak tau, pria sombong itu punya anak," ucap Defan, dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. "Kau berbohong, siap-siap saja!" tegas Defan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD