Kanaya mengangkat kepalanya saat mendengar seseorang menyebut namanya. Seketika, gadis itu merasa takut.
"Santai, gue gak bakal ngapa-ngapain lo," ujar Raja.
Pria itu menghela napasnya panjang, lalu mengeluarkan saputangannya dari dalam jaket yang dia kenakan. Sekali lagi, Raja melihat pada sapu tangan miliknya.
Kemudian, dengan ragu-ragu ia mengulurkan saputangan itu pada Kanaya. "Nih, hapus air mata lo," ujarnya.
Kanaya yang masih menangis, dia menatap sapu tangan di depannya. Dia ragu.
"Hais, cepet ambil, jangan sampai gue dikira ngapa-ngapain, lo," ujar Raja tak sabar.
Kanaya menghela napasnya panjang, lalu ia menerima saputangan dari Raja itu.
Setelah itu, Raja kembali ke mobil dan masuk, membiarkan Kanaya menenangkan dirinya.
Baru saja Raja selesai memakai sabuk pengamannya, tiba-tiba pintu mobilnya dibuka, Kanaya masuk dan duduk di sebelahnya.
"Heh, ngapain lo?" tanya Raja
Kanaya langsung menggerakkan jemarinya yang membuat Raja bingung. "Apaan sih, gak ngerti gue," ujarnya.
Sampai kemudian, Kanaya melihat ke arah cafe di mana Andreas tengah melihat ke sekelilingnya.
"Oh, lo mau ngehindari dia?" tanya Raja dan Kanaya menganggukan kepala.
Raja menyeringai, ia pikir sekarang saat yang tepat untuk membalas rasa kesalnya pada Kanaya akibat gigitan gadis itu semalam. Pria itu, tiba-tiba memiliki satu ide. Dia buka penutup mobilnya hingga mobil sport itu menjadi terbuka.
"Eh." Kanaya terkejut, dia panik melihat Andreas berjalan ke arahnya.
Baru saja Kanaya ingin protes pada Raja, tiba-tiba Raja mendekatinya, lalu membantu memakaikan sabuk pengaman pada gadis itu membuat Kanaya langsung terdiam. Jantung Kanaya, tiba-tiba berdegup begitu cepat.
"Nay," ucap Andreas yang baru saja mendekati mobil.
Namun, Raja dengan cepat menyalakan mobilnya, lalu pergi meninggalkan area itu bersama Kanaya.
"Marah habis ditolak?" tanya Raja sambil fokus mengemudi.
Kanaya hanya menunduk dan menghapus air matanya. Dia sedih, tapi dia lebih ke malu karena lebih dulu mengungkapkan perasaannya tadi, apalagi dia harus ingat alasan Andreas menolaknya, pria itu belum siap dan ingin fokus sampai selesai kuliah katanya.
"Sudah, jangan nangis, dia itu cowok b******k, mending pacaran sama gua, gua janji bakal bikin lo happy, bilang lo mau apa, duit, atau apapun, yang penting satu, lo muasin gue," kata Raja.
Kanaya langsung membulatkan matanya, dia menoleh menatap pada Raja dengan menahan amarahnya.
"Gimana, mau ya?" tanya Raja. "Ya meski lo bisu, it's okay, lo cantik, gue juga belum pernah main sama orang bisu, gue penasaran apa orang bisu bisa mendesah?"
Plakkk...
Raja langsung menghentikan mobilnya sehingga membuat Kanaya terkatuk dasbord.
"Gila lo, mau mati? Buta lo, gue lagi nyetir!" bentak Raja.
Kanaya menatap tajam pada Raja, lalu dengan cepat dia lepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil pria yang menurutnya b******k itu.
"Sial!" umpat Raja, dia menahan amarahnya menatap kepergian Kanaya.
"Awas lo." Mata tajam Raja terus tertuju pada Kanaya yang baru saja menyetop taksi.
Dengan hati yang masih berselimut emosi, Raja kembali menjalankan mobilnya, ia tekan dengan keras pedal gas di bawah kakinya.
Tak lama kemudian, Raja sudah sampai apartemen. Dari basement ia menuju lobi.
"Eh, bukannya dia Kanaya," gumam Raja, ia menatap penasaran pada Kanaya yang berada di depan lift.
"Apa dia mau minta maaf sama gue soal tadi?" Raja menyeringai, pria itu berjalan menghampiri Kanaya.
Namun, Kanaya lebih dulu masuk ke dalam lift. "Eh, lantai 25," ucap Raja penasaran karena melihat lift yang dinaiki Kanaya menuju lantai 25 sedang unit milik Raja di lantai 30.
Raja segera menaiki lift lain dan menekan lantai 25. Berharap dia masih bisa mengejar Kanaya. Dia harus buat perhitungan dengan Kanaya atas tamparan gadis itu tadi.
Sementara Kanaya, gadis itu baru saja membuka unit apartmentnya, dia pun masuk. Namun, saat hendak menutup pintu, sebuah kaki menahan pintu itu. Kanaya panik, dia segera membuka pintu itu kembali.
"Hai cantik," sapa Raja.
Mata Kanaya langsung membulat, dia berniat menutup kembali pintu apartemennya, tetapi dia kalah kuat, Raja lebih dulu membuka pintu itu lebar-lebar lalu masuk ke dalamnya.
"Engh ...!" kata Kanaya dengan tujuan meminta Raja pergi dari apartemennya.
"Apa? Gue gak ngerti lo ngomong apa, ngomong dong, jangan cuma eh eh, kalau mau mendesah, nanti di atas ranjang," ujar Raja mengejek Kanaya membuat Kanaya merasa kesal dan sakit hati.
Kanaya berusaha mendorong Raja agar keluar lagi dari apartemennya, tetapi tubuhnya yang kecil tentu saja kalah tenaga dari Raja, pria itu berbalik lalu menutup pintu apartemen itu dan menguncinya.
Kanaya semakin panik, apalagi ketika Raja mendekatinya, ia mundur terus masuk ke apartemennya.
"Kenapa, takut?" tanya Raja.
Kanaya menggelengkan kepalanya, lalu dia membuka tas yang ia bawa berniat mencari ponselnya, tapi dia baru ingat jika ponselnya hilang dan diduga ada di apartemen Raja.
"Lo tau, gue gak suka ditampar, dan apa, lo tadi nampar gue, sekarang, lo harus bayar tamparan lo tadi!" ujar Raja.