Susi yang mengetahui kalau asistennya diusir oleh sang suami tak bisa banyak bicara setelah ada pembantu baru yang dipekerjakan oleh suaminya. Mereka pun bertengkar karena Susi tidak suka dengan pembantu yang dipilih oleh suaminya. Ia yang kesal, pergi meninggalkan rumahnya dengan membanting pintu cukup keras.
Fiona yang tengah menanam bibit sayuran di halaman depan pun sampai kaget dibuatnya. Fiona melihat Susi begitu marah dan pergi meninggalkan rumahnya. “Kenapa lagi mereka? Kadang adem, kadang berantem. Hm..” gumam Fiona. Menjelang malam, Fiona mengajak putranya makan bersama.
Hari ini Fiona masak cukup banyak. Tadinya ingin mengajak tetangga barunya itu makan bersama dirumahnya sekaligus untuk membayar biaya pengobatan putranya. “Dek om dokter sama tante Susi kayaknya lagi berantem. Mami tidak enak untuk mengundang mereka makan malam bersama. Jadi, kita harus bagaimana nih? Tidak mungkin juga kita menghabiskan semua makanan ini," ucap Fiona menatap menu makanan yang tersaji di meja makan.
“It's oke, Mom. Yang penting kan Mommy sudah menawari mereka makan malam bersama. Kalau mereka menolak ya sudah tidak apa-apa.”
"Iya juga ya dek. Ya sudah Mommy ke rumah sebelah dulu ya. Adek tunggu Mommy dirumah. Jangan kemana-mana," ucap Fiona kepada putranya. Reyhan mengangguk. Fiona pun melangkahkan kakinya menuju rumah Ardian.
Fiona agak was-was saat akan mengetuk pintu rumah itu. Tapi ia sudah berniat mengundang mereka. Tepat sebelum Fiona mengetuk pintu, ternyata Ardian sudah terlebih dahulu membuka pintunya. Keduanya saling berpandangan. “Eh Pak dokter. Maaf mengganggu malam-malam.” Ucap Fiona kikuk. Ardian tersenyum.
“Tidak apa, Fiona. Ada apa? Reyhan sakit lagi?” Fiona menggelengkan kepalanya.
“Oh ngga dok. Reyhan sehat. Dia sudah aktif lagi.” Ardian beroh ria. “Lalu?” tanya Ardian penasaran.
“Emm…Tadinya Fiona mau mengajak dokter dan mba Susi untuk makan malam bersama. Tapi sepertinya dokter ada acara ya. Ya sudah mungkin lain kali saja.”
“Eh aku bisa. Kebetulan aku mau pergi makan malam," ucap Ardian sambil menahan tangan Fiona saat akan hendak pergi. Fiona membalikkan badannya. “Loh kok makan malam diluar? Memang mba Susi kemana?” tanya Fiona spontan. Melihat Ardian berubah ekspresi wajahnya Fiona buru-buru meminta maaf. “Maaf.”
“It’s Ok. Aku sudah biasa tidak makan dirumah. Lebih sering makan diluar. Susi tidak suka memasak.”
“Oh begitu.” Fiona makin merasa tak enak. Tiba-tiba keadaan menjadi canggung. “Jadi, undangan makan malamnya masih berlaku kan," tanya Ardian. Fiona dibuat bingung olehnya. Ia tak ingin di cap sebagai wanita tidak baik dengan mengundang lelaki lain yang bukan pasangannya untuk masuk ke dalam rumah. Tapi ia sudah terlanjur mengajak dan Susi juga tak ada disana, Fiona pun mengajak Ardian masuk ke dalam rumah sederhananya.
***
Ardian masuk ke rumah sederhana milik Fiona. Rumah bergaya minimalis itu terlihat tertata dan rapi. “Silahkan masuk dok. Maaf agak berantakan. Reyhan baru selesai belajar," ucap Fiona mempersilahkan Ardian duduk di meja makan.
Ardian terlihat takjub dengan berbagai macam masakan rumah di hadapannya. Ia tidak menyangka Fiona memasak sebanyak itu. Sementara itu Fiona tengah sibuk menyiapkan piring, gelas dan sendok untuk mereka pakai.
Ardian tersenyum ramah kepada Reyhan yang duduk manis di depannya. Tangannya terulur mengacak rambut bocah tampan itu. “Halo sayang. Gimana udah enakan sekarang?” tanya Ardi kepada Reyhan.
Reyhan terlihat malu-malu. Ia hanya menganggukkan kepalanya. "Di jawab dong sayang kalo ditanya," ucap Fiona yang muncul dari dalam dapur dengan membawa piring, gelas dan sendok masing-masing tiga buah. Ia meletakkan semua benda-benda itu di atas meja. Ardi ingin membantu tapi di tolak Fiona.
Dengan cekatan pula Fiona mengalasi nasi di piring Ardian. Ardian tak pernah diperlakukan seperti ini oleh istrinya sendiri selama keduanya berumah tangga. “Eh…Maaf Dok. Saya lancang," ucap Fiona tersadar akan kelakuannya yang tak seharusnya. Ia menundukkan kepalanya saking malunya. Begitu juga dengan Ardian. Tapi ia menikmatinya.
“Tak apa. Saya merasa terhormat diperlakukan seperti tadi karena jujur saya tidak pernah diperlakukan seperti itu. Makasih ya," ucap Ardian sambil tersenyum. Fiona mengangguk malu.
Mereka pun makan malam bersama. Ardian beruntung bisa menikmati makan malamnya dirumah Fiona. Ibu satu anak itu begitu hangat dan pandai memasak. Ia sangat pandai mengurus keluarganya. Itu yang membuat Ardian langsung nyaman berada di sekitar Fiona. Belum lagi Reyhan yang sangat lucu dan pintar. Bocah kecil itu tak sungkan sungkan meminta Ardian menyusapinya. Tidak hanya itu, Reyhan juga duduk tenang dipangkuan Ardian sambil disuapi.
Ketiganya terlihat seperti keluarga yang bahagia. Ardian bertanya-tanya bagaimana bisa mantan suami Fiona menyia-nyiakan wanita selembut dan sebaik Fiona. Apakah pria itu bodoh tidak melihat ketulusan Fiona? Entahlah hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Yang pasti saat ini, Ardian begitu menikmati kedekatan mereka satu sama lain.
***
Fiona kaget melihat Ardian masih ada dirumahnya. Ia mengira Ardian sudah pulang saat dirinya meninggalkannya sendirian karena harus menemani Reyhan tidur. Tak disangka Ardian masih duduk santai di depan ruang TV sambil menonton berita.
"Loh... kok"
Ardian tersenyum lalu memberi kode kepada Fiona untuk mendekat. Fiona mendekat lalu duduk di sofa samping Ardi. “Reyhan udah tidur?” Fiona mengangguk. “Aku kira dokter sudah pulang. Ngga tahunya malah nonton TV," ucap Fiona. Ia duduk di samping Ardian.
“Saya sengaja menunggu yang punya rumah, takutnya masih kangen," goda Ardian. Fiona tersipu malu. “Pak dokter nih ada-ada aja.” Ardian ikut tertawa. "Panggil Ardi aja jangan pak dokter. Ngga enak dengernya.”
“Eh…Ngga enak ah. Masa panggil nama.”
“Kalo gitu Mas Ardi saja ya. Please jangan pak dokter. Ngga enak di dengernya.”
“Tapi…” Ardian menatapnya dengan tatapan memohon. Fiona menundukkan kepalanya. Ardian mengangkat wajah Fiona. Ditatapnya wajah yang tertunduk itu. “Fiona tatap aku," ucap Ardian lembut tapi terkesan tegas. Fiona masih setia menundukkan wajahnya.
"Fiona," ucapnya lagi membuat Fiona merinding. Mau tak mau akhirnya Fiona pun mengangkat wajahnya perlahan.
Fiona tercekat. Secara tak sadar ia menahan nafasnya. Pasalnya wajah Ardian terlalu dekat. Bahkan Ardian semakin mendekatkan wajahnya. Hidung mereka bersentuhan. "Rileks Fiona…Bernafaslah," Ardian tanpa melepaskan tatapan matanya dari Fiona.
Dengan perlahan Fiona menghembuskan nafasnya. Belum juga selesai dari rasa terkejutnya, lagi-lagi Fiona dikejutkan dengan menempelnya benda kenyal dan hangat di bibirnya. Persekian detik Fiona terdiam dan saat ia mencoba melepaskan diri, Ardian justru semakin memperdalam ciumannya.
Tubuhnya di peluk dengan erat. Fiona menyerah dan membiarkan Ardian mencium bibirnya. Tapi lambat laun Fiona pun membalas ciuman mesra Ardian. Kedua tangan Fiona melingkar di leher Ardi. Meremas rambut dan menekan tengkuk Ardian seolah meminta memperdalam ciumannya.
Tanpa basa basi lagi Ardian semakin memperdalam ciumannya. Lumatan dan hisapan kuat pada bibir Fiona membuatnya hilang kendali. Ardian melepaskan ciumannya. Fiona terengah-engah menghirup oksigen sebelum kembali dilumat oleh Ardian. “Hummmph…. Aaaakkh…” desah Fiona saat Ardian mulai mencumbu lehernya.
Fiona meremas kemeja Ardian. Ia mendorong tubuh Ardian. Ardian tersadar dan segera meminta maaf.
"Maafkan aku, Fiona. Aku tidak bermaksud..."
"Aku mengerti mas. Tolong lain kali jangan bersikap seperti itu. Lebih baik mas pulang. Ini sudah malam, aku ingin istirahat," usir Fiona sambil memalingkan mukanya. Ardian kembali meminta maaf lalu keluar dari rumahnya.
Fiona memegang dadanya yang berdetak kencang. Jujur awalnya ia kaget saat Ardian menciumnya, tapi lambat laun ia menikmati ciuman tersebut. Ciuman lembut yang penuh kerinduan dirasakan olehnya. Tapi ia kemudian tersadar, kalau apa yang dilakukannya adalah salah. Ardian adalah suami Susi, tetangganya.
Ia tak ingin menjadi orang ketiga diantara keduanya.
***
•TO BE CONTINUE •