kisah om yasa 2

1241 Words
pagi ini aku merasa sangat bersemangat, karna ingin mencari tempat kerja ani di tempat wisata. setelah membersihkan badan dan makan sarapan yang sudah asih siapkan, aku bergegas mengeluarkan motor ku dan bersiap mengantarkan istri ku bekerja di hari pertamanya. setelah kurasa asih sudah menaiki motor ku, ku lajukan motor dengan perlahan. setibanya di toko souvenir tempat ani bekerja, ku parkirkan motor yang tak jauh dari toko itu. aku berjalan mengiringi istriku sampai saat mataku melihat sosok yang sangat membuat ku bahagia belakangan ini masuk ke dalam toko souvenir tempat istriku bekerja. 'ternyata dia bekerja disini juga.' hatiku berkata senang. ku dengar ada percakapan di dalam toko dan tak lama setelah itu, ani keluar dengan satu kardus mie di tangannya. tanpa buang waktu lagi aku segera menyapa nya. "hai ani." hanya sapaan singkat yang kulihat membuatnya terkejut. tanpa jawaban hanya senyuman tipis lalu menundukkan wajahnya . entah malu atau takut aku tak bisa membaca ekspresi di wajahnya. ku lirik lehernya sekilas, kenapa dia tak memakai kalung pemberian ku? apa putra belum sempat bertemu dengannya?. segera ku berbalik dan melangkahkan kaki menuju parkiran motor dan menemui putra. ku lajukan motor dengan cepat, agar bisa secepatnya menanyakannya agar tau apa alasannya. sampai di depan rumahnya, aku segera turun dan melangkah menuju pintu rumahnya. "Assalamualaikum." ucap ku memberi salam. "Waalaikum salam." jawab orang yang ada di dalam. tak lama putra keluar dari dalam. 'bagus jadi aku tak perlu menanyakan dimana putra.' ucap ku dalam hati. "oh om yasa, masuk om." "gak usah, di luar aja." "oh gtu, ada apa ya?" dia bertanya sambil berjalan menuju kursi di depan rumahnya dan mempersilahkan ku duduk. setelah aku duduk langsung ku utarakan maksud ku. "kamu belom memberikan hadiah dari saya ke ani?" ucap ku langsung bertanya. "saya sudah memberikannya ke ani, tapi dia menolak setelah melihat isinya." "kenapa?" "katanya terlalu besar dan dia gak pantas memakainya." ucap putra sambil menyodorkan hadiah itu padaku. aku pun diam sambil menghembuskan nafas kecewa. kenapa di fikir gak pantas? aku fikir itu kalung yang sangat bagus untuknya. "bilang sama ani, dia harus terima hadiah itu. kalau dia tidak mau terima saya akan membuangnya." ucapku memaksa putra tanpa mengambil kembali hadiah yang ku berikan. "ya sudah nanti saya coba kasih ke ani. tapi kalau dia tetap menolak saya gak bisa paksa dia." jawab putra sedikit terpaksa. "tolong pastikan dia menerimanya ya. terima kasih atas bantuannya ya." "iya om sama-sama." aku pun langsung berdiri dan berjalan menuju motor, ku putuskan untuk pulang kerumah. tak banyak kegiatan yang ku lakukan, hanya diam dan memikirkan ani sampai jam menunjukkan jam empat sore. sudah saatnya aku menjemput istriku. ku lajukan motor menuju tempat istri ku bekerja, hanya butuh waktu kurang dari setengah jam aku sudah berada di parkiran dekat toko. tapi aku tidak langsung turun, karna masih ada sedikit kesal dalam hati ketika tau ani menolak pemberian ku. aku memperhatikannya dari jauh dia sangat ceria, hati ku jadi merasa tenang saat getaran itu kembali ke dalam dadaku. sampai ku lihat mulai membereskan barang-barang, aku tersenyum sejenak. 'gadis yang rajin dan mandiri.' bisik ku dalam hati. setelah ku lihat pekerjaannya hampir selesai, ku langkah kan kaki ku untuk mendekatinya. "hai ani." sapaan singkat ku lagi. seketika dia terkejut. ada apa dengannya? jika melihat ku dan ku sapa wajahnya berubah tegang dan sedikit pucat. seperti orang yang melihat hantu. apakah seseram itu wajahku di matanya? "hai om." akhirnya mau menjawab ku, walau singkat dan berusaha menghindar. karna dia langsung masuk ke dalam toko. tak lama istriku menghampiri. "sebentar ya mas, dikit lagi selesai. tunggu sebentar." ucap istri ku. aku hanya tersenyum dan mengangguk kan kepala, dan dia pun kembali masuk ke dalam toko. setelah beberapa lama mereka keluar tapi ani tak ikut keluar dengan mereka. ku putuskan membantu menurunkan pintu besi itu. baru tanganku akan menarik tiba-tiba dia keluar dan berpamitan pada teteh lalu segera berjalan dengan cepat seperti orang ketakutan. aku pun meliriknya sambil sedikit tersenyum melihat tingkahnya. setelah pintu tertutup rapat dan terkunci, lalu aku melangkah bersama istriku ke parkiran motor. ku sempat kan berkeliling bersama istriku sambil bersenda gurau di atas motor, setelah itu kami pun pulang dan langsung beristirahat. keesokan harinya setelah pulang bekerja, membersihkan diri, dan makan malam bersama asih. aku pun kerumah putra, sepertinya sudah jadi rutinitas ku ke sana untuk menanyakan apakah ani sudah mau menerimanya atau belum. setelah aku menemuinya langsung bertanya pada putra. "gimana put, ani sudah terima hadiahnya?" "udah om, kemarin malam sudah saya kasih ke ani." "dia langsung menerima hadiah dari saya?" "enggak, tadinya dia tetap gak mau nerima. tapi saya bilang kalau om mau buang hadiahnya, kalau dia gak mau terima. akhirnya dia terima, mungkin karna paksaan dari saya. he. he. he." "apa menurut kamu hadiah yang saya berikan gak pantas buat ani?" tanya ku penasaran, kenapa dia menolaknya. "mungkin, abis hadiah om terlalu bagus dan besar menurut saya. ani itu gadis yang sederhana, dia tidak suka barang mewah. nah hadiah om terlalu mewah buat dia. jadi dia merasa gak pantai memakainya. dan saya yakin dia gak akan pernah memakainya karna dia fikir kalung itu gak cocok buat dia." "oh jadi begitu. tapi nanti kamu lihat ya dia pakai atau tidak kalung dari saya." "oke om, nanti kalau dia pakai saya yang akan kerumah om, kasih tau ke om kalau ani pakai kalungnya." "baik lah, saya tunggu kabarnya ya put. saya pamit dulu udah malem. makasih sebelumnya." "sama-sama om." aku pun segera pulang dengan sedikit kecewa dan khawatir ani tidak mau memakainya. tapi mudah-mudahan dia mau memakainya walau hanya sekali. akhirnya minggu ini aku melihatnya memakai kalung pemberian ku, walau ku tau ada keterpaksaan di dalam hatinya karna ku lihat dia membalikkan kalung itu. menyembunyikan hiasan bunga di belakang lehernya dan menempatkan yang polos di depan. sedikit kecewa karna dia tidak memakai kalung itu dengan benar tapi aku senang tentang apa yang putra sampaikan benar. dia gadis sederhana yang tidak ingin menunjukkan kemewahan yang dia miliki. ke esokkan harinya setelah pulang kerja aku kembali kerumah putra. seakan sudah menjadi rutinitas ku setelah pulang kerja datang kerumah putra untuk menanyakan perihal ani. ku rasa ini hari keberuntungan ku, karna dari jauh aku mendengar suara ani yang sedang berbicara dan tertawa bersama putra. dan ternyata benar dia sedang bercanda dengan putra. tapi kenapa hanya ada mereka berdua disini. ada rasa cemburu dalam hati melihat mereka yang hanya berdua. aku pun masuk setelah putra mempersilahkan nya dan duduk di samping putra agar terlihat jelas wajah ani. putra pun dengan sengaja pergi meninggalkan kami dengan alasan ingin membuatkan minum untukku. aku pun senang karna putra pengertian juga. sekilas ku lihat di lehernya hanya ada kalung kecil yang bertengger disana, kutanyakan perihal kalung tersebut dan dia berkata dengan mudahnya sudah di tukar ibu dengan yang dia gunakan sekarang. lalu ku tanyakan sisa uang penukarannya, ternyata dia tidak tahu dengan sisa uang penukaran kalung yang selisih gram yang sangat jauh dengan yang dia pakai sekarang. kalung yang dia pakai sekarang sangat kecil nyaris tidak terlihat. ya tuhan sepolos itu kah ani, sampai dia tidak tau berapa banyak uang selisih penukaran kalung itu. apa dia tidak tahu berapa harga emas sekarang. jika memang dia tidak tau apa-apa, tak apa yang penting dia masih memakai kalung dari pemberian ku walau sudah di tukar dengan yang sangat kecil, tapi dia selalu memakainya dengan senang. ya itu yang aku ingin kan, membuatnya merasa senang. tak ada yang bisa membuatku bahagia kecuali melihatnya senang dan tertawa. aku akan selalu berusaha untuk kebahagiaannya. semoga tuhan merestui hubungan ku dengannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD