Flashback

2142 Words
“Oh hahaha ... bukankah itu hal yang wajar jika aku harus bersikap waspada terhadap orang asing yang datang tengah malam sepertimu, nak Adam? Lagi pula tempat ini dekat dengan hutan lebat. Bisa saja hewan liar datang ke tempat ini. Jadi lebih baik kau juga berhati-hati.” jawab pria paruh baya itu dengan sewajarnya. Walau sebenarnya Adam sempat menangkap ada gelagat aneh yang tengah disembunyikan oleh pria itu. Sedangkan nyonya Lauren hanya tersenyum canggung dan menganggukkan kepalanya saja mendengar perbincangan mereka berdua.   “Ah benar juga, Tuan.” jawab Adam kemudian. Pria itu melempar senyum maklum kepada tuan pemilik rumah.   “Kalau begitu, mari aku antar ke kamarmu nak Adam. Lauren, lebih baik sekarang kau kembali ke kamar. Kasihan anak-anak pasti sudah mengantuk. Biar aku yang menyiapkan kamar untuk nak Adam.” ucap pria paruh baya itu kemudian kepada istrinya Lauren, yang lalu diangguki kepala oleh wanita paruh baya itu. Wanita bernama Lauren itu mengajak kedua anaknya untuk memasuki kamar mereka di sisi lain. Setelah itu tuan Bije lalu berdiri terlebih dahulu dan diikuti oleh Adam. Mereka melangkah menuju kamar yang akan disiapkan untuk Adam.   Tuan Bije membuka salah satu pintu kamar dan lalu menyalakan lampunya. Nampak sebuah kamar dengan cat berwarna biru muda dengan ukuran sedang. Tidak banyak isi di dalamnya. Adam memasuki kamar itu sembari melihat ke sekitar dengan mata hijaunya. Sementara tuan Bije sendiri membuka lemari pakaian dan mengambil selimut di dalamnya.   “Ini selimutmu. Semoga kau nyaman.” ucap tuan Bije sembari menyerahkan selimut itu kepada Adam. Memang udara di desa itu cukup dingin saat ini. Namun sejujurnya tidak masalah untuk tubuh berotot milik Adam sendiri. Dengan sopan pria itu menerima selimut yang diberikan kepadanya.   “Ah, terima kasih tuan Bije.” balas Adam.   “Baiklah. Kalau begitu aku tinggal. Selamat beristirahat nak Adam. Besok pagi akan kuantar kau menemui kepala desa.” ucap tuan Bije kemudian, yang lalu bergerak melangkah menuju pintu hendak menutupnya. Dan sebelum pintu itu tertutup rapat, tuan Bije kembali membukanya sedikit dan menatap wajah Adam yang hendak memalingkan muka ke arah lain.   “Oh ya, nak Adam. Lebih baik cepat tidurlah, dan jangan pedulikan suara-suara lain yang mungkin terdengar dari luar. Jika ada yang mengetuk pintu, lebih baik abaikan saja. Itu mungkin hanya orang iseng. Aku harap kau tidak keluar malam-malam, kau mengerti kan?!” pesan tuan Bije dengan wajah seriusnya menatap Adam. Meski Adam kembali lagi merasa aneh, namun pria itu akhirnya tetap menganggukkan kepalanya saja. Lagi pula ini juga bukan rumahnya. Mau menerima tamu atau tidak, itu bukan urusan Adam, bukan? Begitulah isi pikiran pria itu. Dan setelah mendapat anggukan kepala dari Adam, tuan Bije akhirnya benar-benar menutup pintu Adam.   Kini menyisakan Adam yang masih berdiri diam di tempat. Pria itu menghela napas dengan lega. Kedua mata hijaunya kembali melihat ke sekitar. Terdapat lemari pakaian berukuran sedang, lalu meja belajar, dan ranjang berukuran single juga. Ranjang itu berada menempel di dinding kamar.   Di atasnya juga ada jendela kecil yang tertutup dengan tirai jendela sebagai satu-satunya jendela di kamar itu. Adam meletakkan selimut dalam pelukannya ke atas ranjang dan lalu duduk di atas ranjang itu. Tidak buruk juga, pikir Adam. Besok dirinya harus bertemu dengan kepala desa pagi hari, sekaligus mencari tempat penginapan.   Pria itu mulai kembali memikirkan barang-barang berharganya yang masih berada di dalam mobil. Apa akan aman jika dibiarkan tetap di sana? Sudahkah dirinya mengunci mobil dengan benar tadi? Adam mencoba mengingat-ingat kembali. Dirogohnya saku celana yang berisi kontak mobil. Bahkan dirinya lupa tidak membawa ponselnya juga. Rasanya Adam ingin keluar kamar dan mengecek sendiri barang-barangnya di luar, sekaligus mengambil benda pipih bertekhnologi tingginya. Namun dirinya sudah berjanji pada pemilik rumah untuk tidak keluar kamar. Adam mendesah lelah. Ya sudahlah. Biarkan saja barang-barang itu. Hanya semalam saja mungkin tidak akan apa-apa jika dirinya terpisah dengan benda pipih itu. Lagi pula dirinya datang ke sini memang karena ingin menjauh sejenak dari aktifitas metropolitan yang selama ini padat dan membuatnya penat. Rasanya itu tidak akan masalah jika menjauh sejenak dari benda pipih yang sering kali berdering karena klien-kliennya, dan juga dia.   Adam termenung sejenak ketika tanpa sadar memikirkan dia dengan tiba-tiba. Pria berambut gondrong itu kembali menghembuskan napas berat. Tidak seharusnya pria itu memikirkan masa lalu yang tengah berusaha dilupakannya. Direbahkannya tubuh besar nan tingginya itu di atas ranjang. Nampaknya ukuran ranjang itu lebih pendek dari ukuran panjang tubuhnya. Namun tetap itu bukan masalah untuk Adam. Pria itu menatap langit-langit kamar yang terlihat remang-remang. Adam memang sengaja tidak menyalakan lampu kamarnya, dan membiarkan bias cahaya malam dari luar masuk ke dalam, menyinari kamar tersebut. Di luar sana terdengar suara-suara khas pemukiman desa. Jangkrik-jangkrik dan suara burung-burung hutan saling bersahutan ikut meramaikan suasana malam di desa itu. Tentu saja akan menjadi ramai, dan bisa lebih menjadi ramai ketika kau tinggal di dekat hutan seperti desa yang tengah Adam kunjungi ini. Berbeda sekali dengan suasana kota yang ditinggali Adam selama ini. Yang terdengar hanya suara deru mesin mobil dan mesin-mesin yang lain, atau suara musik dan ramainya penduduk kota yang tidak pernah lelah untuk berhenti beraktifitas dari pagi hingga ke pagi lagi. Orang-orang dengan minuman keras sudah biasa terlihat jatuh di jalanan sembari tidak henti menggoda gadis-gadis manis yang berjalan di sekitarnya.  Hal yang terlalu membosankan bagi Adam saat ini, sehingga membuatnya berakhir kabur ke tempat seperti ini. Berharap dirinya bisa merilekskan diri dari riuhnya suasana kota metropolitan, meski hanya untuk sejenak saja.   Tenggelam dalam kesunyian membuat pria itu mau tidak mau kembali mengingat hari itu, hari di mana dirinya bersumpah untuk tidak bersikap mudah lagi kepada seorang gadis dan mempercayai orang lain sepenuh hati.   Saat itu adalah saat di mana Adam benar-benar terluka akan pengkhianatan dari kedua orang yang telah dipercayainya. Akhirnya Adam bisa melihat dengan jelas betapa buruknya tingkah mereka di belakang Adam. Tunangan yang selama ini dikasihinya tertangkap basah tengah asik bercinta dengan teman kecilnya yang selama ini sudah dianggap Adam sebagai saudara sendiri. Bahkan mereka melakukan hal itu di rumah Adam sendiri ketika dirinya sengaja berpura-pura untuk pergi ke luar kota, urusan pekerjaan. Tadinya Adam tidak ingin mempercayai hal itu. Selama ini Adam selalu menjaga hubungan baik di antara keduanya, karena mereka berdua adalah orang-orang berarti bagi Adam. Namun ternyata hubungan baik di antara keduanya menjadi terlalu baik hingga sampai melewati batas. Terdengar desas-desus mengenai hubungan keduanya dari orang-orang di sekitar Adam. Hingga akhirnya Adam mencoba memberanikan diri untuk membuktikan semuanya. Dan sangat disayangkan hal inilah yang terjadi. Mereka dengan liarnya bercinta di atas ranjang milik Adam. Membuat dirinya merasa begitu muak setengah mati dengan tingkah laku keduanya.   Tentu saja Adam langsung murka setelah itu. Dirinya langsung menyeret dengan paksa teman kecilnya itu dan memukulinya dengan brutal, melampiaskan segala amarah yang sudah berada di ubun-ubun Adam.   “Adam, Adam apa yang kau lakukan ini?! Hentikan! Dia bisa mati, kau tau?!” cegah gadis itu. Dia berusaha menarik Adam menjauh dari tubuh pria selingkuhannya. Berusaha menghentikan aksi Adam yang masih gencar memukuli pria gelapnya saat itu.   “Aku sudah tidak perduli dengan si b******k ini lagi, Stella! Dan kau! Bagaimana kau bisa melakukan ini kepadaku ha?! Apa kau sudah melupakan cincin tunangan yang masih ada di jari manismu ha?!” Adam memandang sengit ke arah gadis bernama Stella, tunangan yang sebentar lagi akan dinikahinya itu. Gadis yang selama ini telah mengisi relung hatinya. Kedua mata Adam tentu tidak bisa menyembunyikan betapa terlukanya pria itu saat ini.   Melihat betapa marahnya pria itu saat ini membuat Stella merasa ngeri juga. Gadis itu mencoba bersikap lebih tenang untuk melunakkan hati Adam. “Adam, aku mohon kau tenanglah lebih dulu. Kita bisa membicarakan hal ini baik-baik, oke?”   “Apa yang mau kau bicarakan ha? Aku tidak percaya kau bisa melakukan hal ini padaku, Stella! Dan kau b******k! Bisa-bisanya kau melakukan ini padaku, temanmu sendiri! Kupikir kita sudah berteman dekat. Aku bahkan juga meminjami uang untukmu membangun usaha baru. Kau sialan!” umpat Adam sembari menunjuk pria yang masih terbaring di atas lantai dengan kondisi babak belur dipukulinya. Mendengar ucapan Adam membuat Stella memelototkan kedua bola matanya seketika. Merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.   “Apa?! Kau bilang uang itu hasil dari kerja kerasmu sendiri selama ini, Sam! Kau membohongiku ha?! b******k kau!” teriak Stella kepada pria bernama Sam itu dengan kesal. Dirinya telah memberikan semuanya pada pria itu, bahkan sampai mengkianati Adam, berpikir jika pria itu akan membuatnya menjadi lebih baik lagi. Berpikir bahwa pria itu akan bisa memberikan hal lebih dibanding yang diberikan Adam selama ini. Namun ternyata perkiraannya itu telah salah. Pria itu hanya pria kredit yang bisanya meminta pinjaman uang ke sana ke mari demi bisnis yang entah kapan bisa berdiri tegak. Gadis itu sontak merasa dibodohi seketika. Dengan segera gadis itu beralih menatap Adam dan memasang wajah memelas kepada pria itu.   “Adam maafkan aku Sayang. Dia telah menipuku. Aku tidak bersalah Adam. Dia yang memaksaku untuk melakukan semua ini.” sesal gadis itu. melihat betapa menyedihkannya gadis itu ketika mengemis kepadanya membuat Adam semakin menjadi muak. Ditepisnya dengan kasar tangan gadis itu yang tengah mencengkeram kedua lengannya.   “Bulshit! Menjauhlah dariku, dasar jalang kau! Hubungan kita sudah berhenti sampai di sini saja. Dan jangan pernah temui aku lagi. Kau puas ha?!” bentak Adam membalas gadis itu.   “Sekarang pergi kalian dari rumahku, dan jangan pernah berani menginjakkan kaki ke sini lagi, sialan! Cepat pergi!!” raung Adam yang begitu keras memenuhi ruangan itu.   Wajahnya sudah merah padam menahan amarahnya. Dan itu semakin membuatnya terlihat begitu mengerikan. Dengan terpaksa keduanya segera menjauh pergi meninggalkan Adam sendirian di tempat.   Setelah kepergian mereka berdua, Adam langsung berteriak meraung sejadi-jadinya. Dilemparkannya segala barang yang bisa dijangkaunya asal. Adam begitu marah dan terluka. Terlebih ketika kemudian pandangan matanya menangkap sprei kusut yang baru saja dipakai bercinta oleh kedua manusia sialan itu.   Sontak saja Adam langsung menarik sprei itu dengan kasar dan mengambil gunting yang tidak jauh darinya. Dengan sepenuh hati Adam menancapkan gunting itu ke arah sprei lalu sekuat tenaga menariknya hingga membuat sprei itu robek. Dilakukannya berkali-kali hal itu hingga membuat sprei itu tidak berbentuk lagi.   Tidak selesai di situ saja Adam juga bergerak menghampiri kasur dan menancapkan gunting itu di sana. Kondisi kasur itu tidak lama menjadi tidak jauh berbeda dengan kondisi spreinya tadi. Adam layaknya orang yang tengah kesurupan saat ini.   Dirinya bahkan tanpa sadar menangis, meneteskan air matanya dalam diam. Memandang jijik ke arah ranjangnya sendiri. Pria itu berpikir akan segera mengganti ranjangnya dengan ranjang yang baru, dan membuang ranjang menjijikkan itu jauh-jauh ke tempat sampah.   Setelah itu, Adam mengurung dirinya di kamar sendirian. Menutup diri dari suasana luar untuk sejenak. Berusaha menenangkan hati dan pikirannya yang baru saja terkhianati oleh dua orang paling berharga dalam hidupnya. Hingga akhirnya dirinya berakhir di tempat ini. Mencoba mencari suasana yang baru untuk melepas penatnya selama di kota. Mencari celah untuk menyalurkan hobinya dalam memfoto sekaligus mencari bahan untuk tema foto project selanjutnya.   Adam menghela napas berat setelah menaungi kenangan itu lagi. Satu lengannya yang terlipat di belakang kepalanya kini beralih ke depan, menutup kedua matanya yang begitu lelah. Dirinya telah menyelesaikan perjalanan panjang sejak pagi tadi. Dan baru ini dirinya bisa beristirahat dengan benar. Tidak disangkanya perjalanan yang dikiranya hanya membutuhkan waktu setengah hari jadi berubah menjadi seharian ini. Lebih baik dirinya mulai beristirahat malam ini.   Adam kembali membuka sedikit kelopak matanya yang telah menutup dan memandang kamarnya dari celah lipatan lengannya. Tanpa disangka dirinya seperti menangkap bayangan seseorang yang tengah berdiri diam dari jendela kamar. Dengan perasaan terkejut pria itu langsung membuka lipatan tangannya dan memandang jendela tersebut. Namun tidak ada bayangan apa pun di sana. Merasa penasaran, akhirnya pria itu mengulurkan tangan untuk menyibak tirai jendela itu. Pandangannya langsung tertuju pada bagian halaman depan rumah yang bersambung dengan halaman samping, yang nampak begitu gelap. Mata Adam menjelajah ke sekitar. Jarak dari rumah ke rumah masih terbilang cukup jarang. Mata Adam bergulir ke arah sisi kanan, di mana dirinya masih bisa melihat mobil kesayangannya yang terparkir sendirian di tepi jalan. Adam merasa dirinya telah melihat sesuatu tadi, namun sepertinya itu hanyalah perasaannya semata. Dirinya menghela napas lega ketika melihat keadaan mobilnya yang masih baik-baik saja. Pandangan mata Adam kembali bergulir ke arah depan. Di mana di sana terdapat jalanan yang begitu sepi. Di seberang jalan juga terdapat beberapa pohon tinggi dengan beberapa rumah di seberangnya lagi. Suasananya tidak jauh berbeda dengan rumah yang Adam tempati ini. Terlihat begitu sepi tanpa banyak lampu yang menghiasi. Sekali lagi mata Adam seperti menangkap sesuatu di celah-celah pohon, di keremangan malam pada seberang jalan. Sesuatu seakan tengah berdiri memerhatikan dirinya. Mata Adam semakin memicing, menajamkan penglihatannya yang dirasa tidak fokus pada objek tersebut. Tanpa disangka objek itu lalu bergerak membalikkan tubuhnya dan pergi menghilang dalam keremangan malam. Kening pria tu sontak mengerut seketika. Siapa dia? Apa yang dilakukannya tengah malam seperti ini? Apa dia manusia? Adam harap dia bukan manusia, karena jika dia manusia, itu bisa membuat Adam menjadi tidak tenang meninggalkan barang-barang pentingnya dalam mobil sendirian di sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD