Episode 6 Bab 37

1698 Words
Aileen menatap langit malam dengan pandangan kosong. Malam ini, sama seperti malam yang biasanya, Aileen memilih duduk di taman bunga yang ada di dalam rumahnya. Aileen menatap bintang dan bulan yang tampak sangat terang di langit yang gelap. Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Hatinya kembali sesak ketika dia menyadari jika ada sesuatu yang kosong, sesuatu yang hilang dari hidupnya. Aileen menikmati angin yang menerbangkan helaian rambutnya. Malam ini angin berhembus cukup kencang sehingga Aileen jadi merasa sedikit kedinginan. Sekalipun tidak turun hujan, tampaknya malam ini semua orang akan bergelung di dalam selimut ketika mereka tidur. Angin membawa hawa dingin yang semakin menusuk ke tulang Aileen. “Kenapa kamu berada di sini ketika angin sedang berhembus kencang, Aileen?” Aileen menolehkan kepalanya, dia menemukan ibunya yang sedang menghampirinya sambil membawakan selimut untuk Aileen. Selimut yang diberikan oleh ibunya bukanlah selimut sembarangan. Selimut ini telah dilengkapi oleh teknologi penghangat sehingga tubuh Aileen langsung terasa seperti berada di dalam ruangan dengan mesin penghangat begitu kain ini menyelimuti dirinya. “Terima kasih, Mama..” Kata Aileen sambil tersenyum. “Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu masih di sini padahal kamu sedang kedinginan? Apakah ada masalah?” Tanya ibunya. Aileen mengendikkan bahunya. Sepanjang hari Aileen selalu menghadapi masalah. Tidak ada manusia yang hidup tanpa masalah. “Apakah Aruna mengganggumu?” Tanya Ibunya. Aileen menganggukkan kepalanya. Bukan hanya mengganggu, Aruna bahkan berusaha untuk membunuh Aileen. Ah, tidak.. Aileen tidak akan menceritakan apapun kepada ibunya. Aileen tidak ingin menambah beban pikiran wanita yang sedang duduk di sampingnya itu. “Apa lagi yang dilakukan oleh kakakmu itu? Mama sudah lelah menghadapi sikapnya, Aileen..” Kata ibunya. Aileen tersenyum lalu mengusap bahu ibunya dengan pelan. Aileen tahu kalau ibunya adalah orang yang paling direpotkan oleh masalah yang dibuat oleh Aruna. Selama ini seorang anak hanya tahu cara untuk membuat masalah, bukan menyelesaikannya. Aruna juga demikian, Kakaknya itu sering membuat masalah, tapi dia sama sekali tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Pada akhirnya, ibunya akan turun tangan untuk menangani masalah yang dibuat oleh Aruna. “Tidak apa-apa. Dia hanya sedikit menggangguku, tapi aku sudah menanganinya..” Kata Aileen dengan tenang. “Kalau ada sesuatu, jangan merahasiakannya dari Mama. Mama tidak ingin kamu terbeban dengan keadaan ini..” Kata Ibunya. Aileen tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku bisa menangani semuanya sendiri..” Kata Aileen. Aileen memeluk ibunya dari samping. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak duduk berdua seperti ini. Aileen semakin sibuk dan sulit meluangkan waktu untuk ibunya, begitu juga sebaliknya. Sebagai istri seorang Elysium, ibunya juga disibukkan dengan urusan kenegaraan. “Ma, apakah dulu Mama juga berteman dengan orang tanpa kasta ketika Mama menjadi relawan?” Tanya Aileen dengan pelan-pelan. “Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah kamu berteman dengan mereka?” Tanya ibunya dengan cepat. Aileen menganggukkan kepalanya. Aileen tidak ingin berbohong dari ibunya. “Siapa?” Tanya ibunya. Aileen mendongakkan kepalanya sambil mengernyitkan dahi. Apa yang sedang ditanya oleh ibunya? “Maksud Mama bagaimana?” Tanya Aileen. “Apakah dia orang yang memelukmu waktu itu?” Tanya ibunya. Aileen kembali menganggukkan kepalanya. “Namanya Eros. Dia pemuda yang sangat baik. Yang satu lagi bernama Ethan, dia juga baik.. dan sedikit lucu. Dia suka mengatakan lelucon ketika sedang berbicara.” Kata Aileen sambil tersenyum. “Kamu menyukainya?” Tanya ibunya. “Tentu saja, aku senang karena bisa berteman dengan mereka. Pemukiman tanpa kasta terasa sangat menyenangkan. Di sana, anak-anak kecil akan bermain sambil berlarian. Mereka terlihat sangat bahagia, tidak seperti anak kecil di kota ini, mereka selalu sibuk dengan komputer dan hologram..” Kata Aileen. “Bukan itu yang Mama maksud, Aileen. Apakah kamu menyukai salah satu dari mereka? Eros, apakah dia yang membuat kamu duduk di luar rumah pada cuaca dingin seperti ini? Apakah kamu sedang memikirkannya?” Tanya ibunya. Aileen menundukkan kepalanya. Dia tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan yang satu ini. Jujur saja sekarang Aileen sedang memikirkan banyak hal, bukan hanya Eros saja. “Apa yang Mama katakan? Aku tidak mengerti..” Kata Aileen sambil menundukkan kepalanya. “Kamu tidak mengerti? Tapi Mama mengerti apa yang kamu rasakan sekarang...” Kata ibunya sambil mengusap rambut Aileen dengan pelan. Aileen semakin mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. “Jangan jatuh cinta padanya, Aileen.. jangan..” Kata ibunya. Aileen kembali menundukkan kepalanya. Semakin banyak orang yang berusaha untuk melarangnya, Aileen merasa semakin menyadari jika dia memang mencintai seorang pemuda asing yang sekarang dekat dengan hatinya. Eros.. dia bukan orang yang berasal dari kastanya, pemuda itu hanyalah manusia biasa yang terlatih untuk menjalani kehidupan yang sengsara.. tapi Aileen mencintainya. Rasanya sangat menyakitkan ketika Aileen berusaha untuk menyangkal perasaannya sendiri. Aileen tidak sadar jika selama ini dia telah terjatuh terlalu jauh. Dia jatuh tanpa tahu bagaimana caranya berdiri. Eros tidak melakukan hal yang luarbiasanya, pemuda itu tidak memberikan permata dan berlian, dia juga tidak memberikan pakaian mahal ataupun rumah mewah kepada Aileen. Tapi Eros rela mempertaruhkan nyawanya untuk Aileen. Iya, mempertaruhkan nyawanya sendiri, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh orang lain. “Jika Mama berada di ujung tebing yang akan runtuh, apakah Papa akan memegang tangan Mama dan berusaha untuk menyelamatkan Mama? Apakah Papa akan mempertaruhkan nyawanya untuk Mama?” Tanya Aileen dengan pelan. Aileen mendongakkan kepalanya, dia menatap ibunya yang tampak sedang tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan. Iya, Aileen tahu kalau ibunya pasti akan menggelengkan kepala. Aileen tahu kalau ayahnya tidak akan mau mempertaruhkan nyawanya bahkan untuk seorang wanita yang rela memberikan segalanya kepadanya. “Tapi Eros melakukan semua itu, Mama. Dia terus memegang tanganku, dia mempertaruhkan nyawanya untukku..” Kata Aileen dengan pelan. Masih teringat dengan jelas bagaimana tangisan Aileen saat itu. Aileen bukan hanya merasa takut, dia juga merasa kecewa dengan Kakaknya sendiri. Seseorang yang selama ini Aileen anggap sebagai saudaranya ternyata menyakitinya dengan begitu luar biasa. Dia tega mendorong Aileen, dia ingin membunuh Aileen. “Jadi kamu ingin mempertaruhkan nyawanya untuk yang kedua kali? Dia akan berada dalam bahaya jika kamu masih menemuinya, Aileen. Bukan kamu, tapi dia..” Kata ibunya. Aileen mengusap air matanya yang menetes secara perlahan. Iya, Aileen tahu kalau Eros pasti akan mendapatkan masalah jika Aileen nekat menemuinya lagi. “Apa yang harus aku lakukan untuk bisa menemuinya, Mama?” Tanya Aileen dengan pelan. “Tidak ada. Kamu tidak bisa menemuinya.. Papamu pasti akan melakukan hal buruk kepadanya. Jangan buat dirimu hidup dalam masalah, Aileen..” Kata ibunya sambil memeluk Aileen. Selama masih bernapas, manusia akan tetap hidup dalam masalah. Tidak peduli besar atau kecil, muda atau tua, bahkan kaya atau miskin, manusia akan tetap memiliki masalah. Eros rela mempertaruhkan segalanya untuk datang ke kota dan menemui Aileen. Pemuda itu menyelamatkan nyawa Aileen tanpa peduli dengan nyawanya sendiri. Lalu apa yang bisa Aileen lakukan? Duduk diam di rumahnya sambil merenung seperti ini? Aileen merasa sangat tidak berguna. “Sekali saja, aku ingin menemuinya sekali saja, Mama. Apakah tidak ada cara untuk menemuinya malam ini? Bukankah Papa sedang pergi ke luar kota?” Tanya Aileen sambil menatap ibunya penuh harap. “Tidak, Aileen. Sekalipun Papamu ada di luar kota, dia memiliki banyak mata-mata di sekelilingmu. Mama tidak ingin membuatmu berada dalam masalah..” Kata ibunya. “Aku akan berusaha untuk menghindari mata-mata itu. Aku tidak akan pergi menggunakan mobilku, aku akan menemuinya sebentar lalu kembali pulang dengan cepat..” Kata Aileen. Ibunya menghembuskan napas sambil menggelengkan kepalanya. Aileen tersenyum masam. Benar, memang tidak ada cara yang bisa dia lakukan untuk menemui Eros di pemukiman tanpa kasta. Seharusnya, ketika Adeline memperingatkan Aileen untuk mempersiapkan hatinya jika sewaktu-waktu dia akan patah hati, Aileen mendengarkan adiknya itu. Aileen terlalu naif, dia tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. “Jangan menyiksa dirimu lagi. Jangan membuat masalah, Aileen.. Mama sudah lelah mengurus semua ini” Kata ibunya. “Kalau begitu berhentilah, Ma. Berhentilah mengurus masalahku. Selama ini Mama sibuk mengurus Aruna, bukan? Urus dia saja, jangan ikut campur dengan hidupku!” Kata Aileen sambil bangkit berdiri. Dia mengusap air matanya dengan kasar. Ah, menyadari jika cinta pertamanya akan berujung dengan patah hati yang menyakitkan membuat Aileen jadi emosional. Aileen menghembuskan napasnya sambil menutup matanya sejenak. Tidak, seharusnya Aileen tidak mengatakan ini kepada ibunya. Aileen melakukan kesalahan dengan membentak ibunya sendiri. “Maaf.. maafkan aku, Mama. Aku tidak bermaksud seperti itu..” Kata Aileen sambil tersenyum. Aileen melangkahkan kakinya untuk meninggalkan kursi taman. Malam semakin gelap, begitu juga dengan hati Aileen. Jika Aileen tetap duduk di sini bersama dengan ibunya, bisa saja Aileen kembali mengatakan kalimat menyakitkan. Aileen tidak ingin membuat ibunya semakin terbeban. Aileen yang jatuh cinta, dia tahu konsekuensi apa saja yang harus dia terima. Sudahlah, hari ini Aileen sudah cukup lama merenungi segalanya. Ini waktunya untuk ke kamarnya. Aileen harus tidur karena patah hati juga butuh energi. “Aileen?” Aileen menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya. “Aku akan kembali ke kamarku, Mama. Aku rasa aku harus segera tidur..” Kata Aileen dengan pelan. “Papamu sedang ke luar kota, bagaimana jika kita menemui pemuda itu? Menemui orang yang kamu sukai..” Kata ibunya. Aileen tersenyum lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tidak, Aileen tidak ingin membuat ibunya berada dalam masalah. “Aku akan menemuinya sendiri, tapi tidak sekarang..” Jawab Aileen. “Selama ini Mama selalu tunduk dengan Papamu, Mama selalu melakukan apapun yang dia katakan. Sesekali, Mama juga ingin membuatmu bahagia. Bagaimana jika kita melanggar peraturan Papamu? Mungkin Mama tidak akan bisa melakukan ini lagi lain kali..” Kata ibunya. Aileen terdiam, dia menatap ibunya yang tampak tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Seorang ibu selalu rela berada dalam masalah untuk anaknya. Tapi, apa yang bisa dilakukan oleh seorang anak untuk ibunya? Benar, seorang ibu memang bisa membahagiakan tiga orang anak di saat yang bersamaan, tapi tiga orang anak tidak bisa melakukan apapun untuk ibunya. “Kita akan menemuinya malam ini. Mama ingin tahu siapa pemuda yang bisa membuatmu sampai menangis di malam hari seperti ini..” Kata ibunya sambil tersenyum. Aileen menggelengkan kepalanya. Untuk sesaat Aileen takut kalau hal buruk terjadi pada mereka, tapi begitu memeluk ibunya.. Aileen tahu kalau tidak akan ada hal buruk selama Aileen bersama dengan ibunya. Pelukan ibunya terasa begitu menenangkan, sama seperti pelukan yang Eros berikan. “Kita akan pergi malam ini?” Tanya ibunya sambil tersenyum. Aileen menganggukkan kepalanya dengan cepat. “Baiklah, kita harus segera pergi sebelum Adeline merengek untuk ikut..” ***                   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD