“Hais!! Kamu lapar dan masih ingin lari?” mata Bram menghunjam, “Jangan gila! Mau pulang ke mana? Ke rumah para berandal itu? Asal kamu tahu kamu lebih aman...” gerutu Bram hilang dari pendengaran Mimi. . . “apa yang terjadi padanya?” dokter tak banyak bicara, dia lebih banyak memeriksa pasiennya. Memegang denyut nadi pasien yang baru siuman, sang dokter tidak menjawab pertanyaan Bram. “Anda tak punya anemia, bagian mana yang anda keluhkan?” ini suara sang dokter. Mimi menyentuh perutnya. Perlahan di letakkannya telapak tangan di atas lambung, “sesuai dugaanku, anda telat makan, benar?” Mimi mengangguk. Doter menatap penuh curiga pada Bram. Lelaki dengan balutan hem putih bersih tersebut mengerutkan dahi, bahkan menggeleng-gelengkan kepala, “aku tak menduga, di penthouse semewah in