BAB 4

1390 Words
Keluarga Max sedang menikmati teh hangat dan beberapa cemilan di ruang keluarga, mereka dengan sesekali bercanda dan tawa mereka memecah, karena cerita lucu yang selalu di ceritakan Jack dan cerita itu benar-benar mengundang tawa mereka. "Jadi jenis kelamin anakmu apa, Nak?" tanya Betrand kepada Andrea. Andrea tersenyum. Javier menatap Andrea penuh tanya. "Anak aku---" "Aku yakin, Ndrea, pasti ponakanku itu perempuan, benar kan?" seru Jack. "Anakku laki-laki, Jack, kamu salah." Andrea tersenyum. Javier terlihat bahagia, ia tersenyum kecil tapi keluarganya tak menyadari senyumnya. "Benarkah? Dia akan menjadi penerus bisnisku," ujar Betrand menunjukkan kebahagiaan di wajahnya. "Sayang, dia cucu kita, dan dia penerus Liam tentu saja," ujar Carolyne "Sama saja, Sayang. Anak Liam pun cucuku, dan dia cucu pertama kita, bukankah begitu?" tanya Betrand. Tawa kecil keluarga memecah, membuat Javier tersenyum. "Jav, kau tersenyum?" tanya Jack membuat keluarga memalingkan wajah menatap Javier. "Apaan sih, Jack, jangan bercanda." "Aku tidak bercanda, Brother, aku melihatmu tersenyum dengan bibir begini," ujar Jack seraya mengangkat bibirnya. Andrea menatap Javier penuh tanya. "Kat, gimana bisnismu?" tanya Carolyne. "Bisnisku lancar, Aunty, aku juga sudah akan membuka cabang baru di Brunei," jawab Katie terdengar seperti membanggakan diri. "Kamu memang wanita yang luar biasa, Nak, semoga kamu sukses selalu, ya." sambung Betrand. "Terima kasih, Uncle." "Katie ini adalah wanita idamanku, tapi sayang, aku tidak suka sama dia, bagiku Katie bukan wanita," ujar Jack dengan merangkul bahu Katie dan membuat wajah Katie berubah ketika mendengar perkataannya. "Kau memang tak pernah menganggap siapa pun sebagai wanita, Kak, sampai kapan pun Kakak akan selalu sendiri," sambung Jenifer. "Jangan menyinggungku, Adik keci," ujar Jack mencubit kecil hidung adiknya. "Auuw. Sakit, Kak. Lepaskan." Andrea merasa sangat kecil ketika mendengar Ibu dan Ayah mertuanya memuji Katie di hadapannya, Katie memang wanita luar biasa itu tak di pungkiri Andrea, Andrea pun mengakuinya, dia bisa menarik perhatian semua orang hanya dengan kesuksesan yang ia miliki. "Mom, Dad dan semuanya, aku akan ke kamar duluan," ujar Andrea dengan beranjak dari duduknya. "Baiklah, Nak, beristirahatlah," kata Carolyne. "Liam antar istrimu ke kamar," pinta Betrand. "Kenapa aku harus mengantarnya?" Javier tak suka. "Jangan lupa, Brother, Andrea pregnant your child," ujar Jack. "Benar kata Jack, Nak, antar istrimu," sambung Carolyne. Betrand beranjak dari duduknya dengan wajah tak ikhlas dan menyusul langkah kaki Andrea yang sudah berjalan duluan, Javier melihat punggung istrinya itu, membuatnya sesekali tertawa, Andrea mendengar dengan samar kekehan Javier dan berbalik dengan menggerutu "Kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" tanya Andrea kesal. "Kau hamil membuatku menderita, Andrea," ujar Javier. Andrea merasakan telinganya panas, mendengar kali pertamanya Javier memanggil namanya. "Aku membuatmu menderita? Apa maksudmu?" "Ocehanmu, kemarahanmu itu yang membuatku stress setiap hari, kau benar-benar wanita yang cerewet." "Aku mengoceh dan aku marah karena aku punya alasan, Tuan Bastard." "Tapi Ocehanmu dan kemarahanmu itu tidak masuk akal, Ber." "Kenapa sih kau selalu memanggilku beruang? Kau pikir wajahku ini mirip beruang?" "Sudah seperti itu." "Apa maksudmu? Tapi tunggu kau sekarang mulai banyak bicara ya, ada apa?" Kekeh Andrea. "Dan ... sekarang waktunya kau yang diam," ujar Javier. "Kau--" "Diamlah, Ndrea," ujar Javier menekan perkataannya. "Cih..." Andrea mendecih kesal sambil merebahkan tubuhnya dengan kasar. Andrea memilih diam dan menatap langit langit kamar. Karena sebuah kesalahan yang tak terkira membuatnya terpaksa berada di sini,. Pernikahan apa ini? Tak ada cinta di dalamnya. Hanya karena cinta semalam membuat Andrea hamil dan dengan terpaksa menikah dengan pria kasar dan sombong seperti Javier. *** "Mom, Kak Liam Seperti tidak menyukai istrinya," ujar Jenifer penasaran. "Bukan tak suka, Sayang, tapi butuh waktu," jawab Carolyne. "Aku juga heran, Aunty, sebelumnya Javier tidak pernah terlihat memiliki seorang kekasih, tapi kenapa sekarang ada seorang wanita asing masuk ke dalam kehidupan Javier? Bukankah masuk akal jika aku sedikit curiga?" tanya Katie membuat keluarga Max kebingungan dan saling melihat satu sama lain. "Jadi maksud kamu, kamu mencurigai jika anak yang di kandung Andrea bukan anak Javier?" tanya Jack. "Tentu saja, Jack, bukankah itu masuk akal? Bisakah cinta satu malam berbuah hasil? Dan benih itu milik Javier?" Katie mengompori keluarga Max. Entah apa niatnya. "Tapi ... Kakak ipar kelihatannya tak seperti itu orangnya," sambung Jenifer membela Andrea. "Jangan lihat seseorang dari tampangnya, Jen," sambung Katie. "Aku percaya jika anak yang di kandung Andrea adalah anak Javier, karena aku sendiri yang menyelesaikan masalah mereka waktu itu," sambung Jack. Katie memicingkan mata membuat keluarga yang lain nya mengangguk mempercayai perkataan Jack. *** Entah sudah berapa lama Andrea terlelap ketika bangun hari sudah pagi, Andrea mengucek-ngucek matanya, melihat sosok wanita cantik di hadapannya karena Andrea belum sadar sepenuhnya, "Kamu sudah bangun, Nak?" Suara samar-samar itu terdengar membuat Andrea berat untuk bangun. Andrea bangun dari tidurnya lalu memposisikan dirinya duduk di atas ranjang. "Mommy?" Andrea terkejut melihat Ibu mertuanya itu sedang membawa nampan berisi sarapan dan segelas s**u. "Bangunlah. Ini sarapanmu. Makanlah, Nak. Dokter Tenly sebentar lagi akan datang, kita periksakan kandunganmu, ya." ujar Carolyne sambil menaruh nampan berisi sarapan itu di atas nakas. "Terima kasih, Mom," ujar Andrea mensyukuri, di saat pria yang bergelar suaminya itu tidak memperdulikannya sama sekali. Tapi masih ada Ibu mertuanya yang masih menyambutnya dan menyayanginya. "Nikmati sarapanmu, Mommy akan keluar sebentar mengurus, Jennifer," Ujar Carolyne sambil melangkah meninggalkan menantunya. Sepeninggalan Ibu mertuanya, Andrea beranjak dari tempat tidur, lalu melangkah menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, Andrea tak pusing dan tak ingin tau kemana pria yang bergelar suaminya itu. Beberapa menit kemudian, Andrea keluar dari kamar mandi dan terkejut mendapati Javier yang sedang berdiri terpaku menatap ke arahnya, memakai bathrobe dan handuk yang di gulung untuk menutupi rambut basahnya, Javier terlihat terpesona karena wanita yang bergelar istrinya itu berpenampilan menarik. Andrea tak pusing dengan tatapan Javier dan langsung masuk kedalam kamar ganti, ia membanting pintu kamar mandi. "Dasar w*************a," umpat Javier lalu mencari sesuatu di dalam lemarinya, Javier menarik brangkas kecil yang ia taruh di dalam lemari dan mengambil apa yang di butuhkannya. "Kau tak bekerja?" tanya Andrea baru saja keluar dari kamar ganti. "Yah." "Oh." Tanpa perduli pada istrinya Javier langsung melangkah keluar kamar. "Sombong!" Umpat Andrea. *** Andrea sedang di periksa oleh Dokter Tenly, Dokter spesialis kandungan yang sejak kehamilan Andrea telah menjadi dokter pribadi Andrea yang setia dan setiap waktu menyediakan waktu untuk Andrea. "Bagaimana bayi dan ibunya, Tenly?" tanya Carolyne. "Bayinya baik-baik saja, tapi sepertinya kondisi Ibu Andrea sedang tak fit, ya?" tanya Dokter seraya memeriksa nadi Andrea. "Sebenarnya beberapa hari ini saya memang cepat lelah dan pusing, Dok," ujar Andrea. "Itu di karenakan perut anda sudah mulai membesar dan bawaan pun sudah mulai berat ya, Bu, saya juga merasakan nadi anda sangat cepat, Ibu harus banyak beristirahat jangan naik turun tangga dulu karena akan berpengaruh pada anda. Ibu demam juga dan demamnya mencapai 40*" "Tapi saya merasa baik-baik saja, Dok." "Merasa baik-baik saja belum tentu terlihat sehat, Bu." "Jadi menantu saya demam, Tenly?" "Iya, Nyonya Hilston." "Jadi apa yang harus saya lakukan?" tanya Carolyne terlihat sangat khawatir. "Untuk sementara Ibu Andrea tak bisa keluar rumah atau pun naik turun tangga dulu, saya juga akan meresepkan obat agar demamnya turun dan yang pasti obat demam yang aman untuk Ibu hamil." Sepeninggalan Ibu mertuanya dan Dokter Tenly, Andrea menatap langit-langit kamar, ia merindukan teman-teman dan keluarganya, tak ada yang tau nasibnya seperti ini, Andrea menghilang seperti di telan bumi. Teman-temannya selalu mencari keberadaannya, kemana dan bagaimana keadaannya, kenapa sampai sekarang Andrea menghilang dan tak ada kabar. Adams dan Jeny pun memilih merahasiakan pernikahan adiknya. Pernikahan Andrea dan Javier memang di lakukan diam-diam. Pernikahannya dengan pangeran dari keluarga bangsawan memang membanggakan, tak ada cela dalam keluarga ini, tapi pernikahan dengan kehamilan ini yang tak bisa di banggakan Andrea kepada semua orang apalagi melihat perlaluan kasar Javier padanya dan tak menghargainya sama sekali. *** Sudah hampir jam 7 malam Javier baru saja pulang dari bekerja, ketika hendak menaiki tangga, Javier di kejutkan dengan kedatangan ibunya yang begitu tiba tiba dan memalang jalannya. "Ya Tuhan, Mom, Mommy mengejutkanku," ujar Javier. "Liam, istrimu sakit, Nak." "Sakit apa?" Javier terlihat biasa saja mendengar hal itu. "Dia demam." "Kan hanya demam, Mom." "Mommy minta lebih perhatianlah pada istrimu jangan mengabaikannya, dia sedang hamil anakmu, darah dagingmu," ujar Carolyne. "Mom, Mommy juga 'tau kan bagaimana pernikahanku? Aku__" "Mommy tau, tapi lihatlah wajah istrimu, Nak, dia butuh perhatian dari kamu, dia butuh sosok suami ketika sedang hamil, Mommy tau itu karena Mommy juga seperti itu waktu menghamilkanmu dan adik-adikmu nak, Istri yang sedang hamil itu butuh perhatian lebih," ujar Carolyne mencoba membuat putranya mengerti. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD