Mencari Pekerjaan

1076 Words
"Katakan saja apa yang ingin kamu katakan, aku tidak punya banyak waktu sekarang, " ucap Bagaskara sambil melihat arloji miliknya. "Kenapa kamu bisa mengantar Andini kerumahku? apa kalian menghabiskan malam bersama? " tuduh Bastian. Bagaskara tersenyum miring mendengar tuduhan saudara tirinya itu, "Kamu bisa tanya sendiri istrimu Bastian. Apa saja yang kami lakukan semalam. Salah kamu sendiri kenapa kamu menyia-nyiakan wanita sebaik dan secantik Andini. Jangan sampai kamu menyesal Bastian. Kecelakaan yang dialami Mona adalah sebuah ketidaksengajaan, Andini tidak bersalah. Kamu sendiri dengar kan apa kata polisi pada waktu itu? Mona itu mabuk saat berkendara. Kenapa kamu malah menyalahkan dia. " "Aku tidak ingin berdebat denganmu Bagaskara. Aku peringatkan jangan dekati Andini. Dia itu istriku! kalau kamu sadar diri menjauhlah darinya! jika aku melihatmu mendekati Andini lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu! " ancam Bastian sambil menarik kerah kemeja yang dikenakan oleh Bagaskara. "Tenanglah Bastian, aku tidak akan merebutnya darimu. Tapi jika kamu terus menyia-nyiakannya maka aku akan mengambilnya. Lepaskan tanganmu, kau membuat kemejaku kusut. " Bastian melepas cengkramannya dan membiarkan Bagaskara pergi begitu saja. Dia tidak bisa tinggal diam, Bagaskara sudah mengambil perhatian papanya, dia tidak akan membiarkan pria itu mendekati Andini. *** Setelah pulang bekerja, Bastian menginterogasi Andini mengenai hubungannya dengan Bagaskara. Dia ingin memastikan apa benar Bagaskara meniduri Andini semalam. "Apa yang kamu lakukan dengan Bagaskara semalam? katakan padaku Andini!! " tanya Bastian dengan mata nyalang. Andini menyudahi gosokannya lalu berdiri menghadapi Bastian, "Seperti yang kamu lakukan pada Adinda di kantor. Aku bercinta dengannya semalaman. Kejantanannya jauh lebih besar dibandingkan dengan dirimu mas. " Mendengar jawaban Andini membuat Bastian bertambah meradang, " Apa kamu bilang?! beraninya kami tidur dengan pria lain Andini!! rasakan ini!! " Tiba-tiba saja Bastian mencium bibir Andini sangat kasar. Bibir Andini lagi-lagi terluka dan berdarah karena digigit oleh Bastian. "Mmmphh mmphhh, " Andini memukul-mukul d**a Bastian agar melepaskan ciumannya yang menyakitkan. Tapi pria itu tidak melepaskannya dan kembali menyentuhnya di atas ranjang mereka. "Mas pelan-pelan kumohon sakit mas, " Andini sudah lelah menghadapi penyiksaan yang dilakukan oleh Bastian tiap kali mereka bercinta. Air matanya menetes membasahi pipinya mengingat Bastian tak pernah berlaku lembut padanya. "Ahh kamu milikku Andini kamu hanyalah milikku, " Bastian terus menghujamnya tanpa peduli dengan tangisan Andini di bawahnya. Selesai menuntaskan hasratnya dia kembali memakai bajunya dan mencengkram erat dagu Andini, " Ingat ya jika kamu berani tidur dengan pria lain terutama Bagaskara, lihat saja apa yang akan aku lakukan pada keluargamu Andini!! jangan berani menantangku! besok kita akan pindah. Aku tidak mau Bagaskara kembali datang kerumah ini dan menggodamu lagi! " Setelah mengatakan itu, Bastian pergi begitu saja meninggalkannya. Andini hanya bisa menangis menahan rasa perih di bibir dan sekujur tubuhnya. Mati pun dia tidak bisa karena Bastian kerap kali mengancam akan menghancurkan keluarga angkatnya. Tes tes tes Lagi-lagi hidungnya kembali mimisan. Dia segera mengambil obatnya yang berada di tasnya dan segera meminumnya. Denyut di kepalanya perlahan-lahan mulai berkurang. Untuk melakukan kemoterapi dan radioterapi membutuhkan banyak uang yang tidak sedikit. Bahkan yang hasil jual tasnya saja tidak akan cukup untuk menutupi pengobatannya. Dia harus secepatnya menemukan pekerjaan untuk mengobati penyakitnya. Besok dia akan kerumah orang tua angkatnya dan meminta pekerjaan pada mereka. Keesokan harinya, dia menemui orang tua angkatnya dengan maksud meminta pekerjaan di perusahaan. Baru saja melangkah ke dalam rumah, dia disambut oleh Adinda adik angkatnya. "Hai kakak, kenapa wajahmu terlihat pucat sekali hari ini? " sapa Adinda. Andini merasa muak melihat wajah adiknya itu, "Jangan sok ramah kamu Adinda. Apa kamu puas sudah berselingkuh dengan mas Bastian. Kalau saja dia tau bahwa kamulah pelaku tabrak lari kekasihnya yang sudah meninggal, apa dia akan melepaskan kamu begitu saja? " Adinda terlihat marah saat mendengar perkataan Andini, "Apa kamu mengancam ku? dasar tidak tau diri! kamu itu sudah dibesarkan susah payah oleh kedua orang tuaku! seharusnya kamu sadar diri dan tau caranya berterima kasih. Awas saja jika kak Bastian tau yang sebenarnya Andini! mama dan papa tidak akan pernah memaafkanmu!! " "Ada apa ini kenapa kalian bertengkar? " tanya Wulan mama angkatnya Andini. Adinda langsung mengadukan Andini pada mamanya, "Ini ma! kak Andini mengancam aku. Dia bilang mau memberitahu yang sebenarnya bahwa aku adalah pelaku tabrak lari kekasihnya kak Bastian! " Wulan menatap tajam pada Andini, " Benarkah itu Andini? kamu sudah janji sama papa dan mama kalau kamu akan merahasiakan ini. Ingat papa kamu sedang sakit sekarang. Jangan buat banyak masalah. Kamu ngapain datang kemari? " "Anu ma, aku kemari ingin minta kerjaan di perusahaan papa. Aku mau bekerja ma, " jawab Andini. "Kerjaan? kamu nggak lihat apa perusahaan kita ini baru saja mulai pulih setelah hampir mengalami kebangkrutan. Kenapa kamu gak minta kerjaan sama suamimu yang kaya raya itu. Otak itu dipakek Andini, harusnya kamu mikir dong. " Andini sudah mengira akan begini jawaban dari mamanya, " Yasudah kalau begitu aku pulang dulu ma. " Andini mencium tangan mamanya sebelum dia pergi meninggalkan rumah. Setelah ini dimana lagi dia melamar pekerjaan? mas Bastian tidak akan mungkin mau memberikan pekerjaan untuknya. Saat dia sedang berjalan kaki, dia melewati sebuah pabrik produksi mie instan yang didatangi oleh banyak pelamar. Dia mendekat kesana dan bertanya pada salah satu orang pelamar yang sedang berbaris disana. "Permisi kak boleh numpang tanya, apa di pabrik ini sedang ada lowongan kerja kak? " tanya Andini. "Iya kak, pabrik ini baru buka jadi menerima 1.000 pelamar yang beruntung, " jawab orang itu. Andini merasa inilah kesempatannya untuk mencari pekerjaan. Seribu pelamar itu banyak. Siapa tau dia diterima bekerja di pabrik mie ini. Jadi secara dadakan dia membuat surat lamaran dan CV disana. Karena pesertanya banyak jadi dia harus menunggu sampai satu jam lamanya sampai gilirannya dipanggil wawancara akan tiba. "Pelamar selanjutnya silahkan!! " panggil staff HRD. Andini segera masuk ke dalam sambil membawa berkas lamarannya. Dia dipersilahkan untuk duduk di hadapan staff HRD. "Kamu kenapa pakai baju biasa? peraturannya kan harus memakai baju putih dan rok hitam, " tegur staff HRD saat melihat penampilannya Andini. "Maafkan saya bu. Tadinya saya gak tau kalah disini ada lowongan. Jadi semuanya serba mendadak. Tolong kasih saya kesempatan untuk melakukan sesi wawancara ini bu, " ucap Andini memohon. Dia sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk biaya pengobatannya dan biaya sehari-harinya karena mas Bastian tidak memberikan nafkah untuknya. "Tidak bisa kamu harus pulang dulu dan mengganti pakaianmu. Ini tidak adil buat pelamar yang lain, " tolak staff HRD itu mentah-mentah. "Ada apa ini? " tanya seorang pria di belakang mereka. Suaranya terdengar familiar bagi Andini. Saat dia menoleh, dia terkejut melihat Bagaskara ada di belakangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD