Bagaskara

1069 Words
Andini mulai memasang sikap waspada ketika ada seorang pria tampan dan tinggi berjalan mendekat ke arahnya. Dia reflek berjalan mundur dan meminta pria itu segera pergi meninggalkan dirinya. "Jangan mendekat! sana pergi kamu!! " usir Andini ketakutan sambil menutup tubuhnya dengan kedua tangannya. Pria itu bukannya pergi tapi malah melepaskan mantelnya dan menutupi tubuh Andini yang nyaris telanjang. "Andini kenapa kamu ada disini dalam kondisi seperti ini? apa ada seseorang yang sudah melecehkanmu? " tanya pria itu padanya. Andini terheran-heran kenapa pria itu bisa mengenalnya, " Siapa kamu? kenapa kamu mengenalku? " "Kamu mungkin sudah lupa padaku kakak ipar. Aku Bagaskara adiknya kak Bastian. Dulu kita pernah bertemu di pesta dansa tahun lalu, " jawab Bagaskara. Andini sedikit merasa lega setelah tau pria itu adalah adik iparnya, "Maaf aku tidak terlalu mengingatmu kak Bagaskara. " Pantas saja Andini merasa wajah Bagaskara terlihat familiar. Ternyata dia adalah adiknya Bastian. Kalau tidak salah dengar, Bastian dan Bagaskara adalah saudara seayah tapi lain ibu. Ibu Bastian adalah istri pertama sedangkan ibunya Bagaskara adalah istri kedua. Hanya saja dia sudah lupa dengan wajah Bagaskara karena baru satu kali bertemu dengannya satu tahun yang lalu di sebuah pesta dansa. Pria itu juga tidak datang di hari pernikahannya. "Kenapa bajumu compang camping begini Andini? apa ada seseorang yang sudah melecehkan kamu? apa kamu baik-baik saja? " tanya Bagaskara cemas. Andini menggeleng pelan, " Ceritanya panjang, tapi bisakah kamu membawaku pergi dari sini? aku sudah kedinginan. " "Baiklah ayo naiklah ke dalam mobilku, " Bagaskara membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Andini untuk masuk ke dalamnya. "Terima kasih kak Bagaskara, " ucap Andini sambil masuk ke dalam mobilnya Bagaskara. Setelah itu Bagaskara menutup pintu mobilnya lalu duduk di kursi kemudi di samping Andini. "Kak Bagaskara, malam ini aku tidak mau pulang kerumah mas Bastian. Bisakah kakak antarkan saja aku ke motel? " tanya Andini. "Motel? apa kamu bertengkar dengan Bastian? "tanya Bagaskara. Andini mengangguk, " Iya kak, dia juga yang sudah menurunkan aku di jalanan dengan kondisi hampir bugil seperti ini. " Wajah Bagaskara terlihat memerah menahan amarah saat mendengarnya, " Anak itu tidak pernah berubah dari dulu. Aku akan memberikan pelajaran untuknya. Bagaimana kalau ada orang jahat tadi? untung saja kamu bertemu denganku Andini. " "Jangan kak. Ini adalah urusan rumah tanggaku. Aku bisa mengatasinya sendiri. " Bagaskara mendesah pelan, " Baiklah kalau begitu. Tapi jika dia sudah sangat keterlaluan tinggalkan saja dia Andini. Masih banyak pria lain yang menginginkan wanita secantik dirimu. " Andini mengulum senyum dan menggodanya, " Pria lain? siapa? apa termasuk kamu kak? " Bagaskara mendadak salah tingkah dibuatnya, "Kamu cantik, pasti banyak pria diluar sana yang menginginkanmu. Sebaiknya kamu pulang saja ke apartemenku. Sekarang sudah malam. Besok aku akan mengantarkanmu pulang. " "Iya kak, sekali lagi terima kasih banyak karena sudah menolongku. " ucap Andini bersyukur. Jika dia tidak bertemu dengan kak Bagaskara malam ini entah apa yang akan terjadi padanya tadi. Sementara itu Bastian baru saja sampai di rumahnya. Saat dia melihat kaca spion mobilnya, dia baru menyadari kalau tas milik Andini ketinggalan di dalam mobilnya. "Sial!! kalau terjadi sesuatu pada Andini di jalan, apa kata orang tuanya nanti, " Bastian segera putar balik ke club malam untuk mencari keberadaan Andini. Sesampainya disana dia tidak dapat menemukan keberadaan istrinya itu. "Kemana wanita itu? apa jangan-jangan dia diperkosa? sialan! menyusahkan saja! " Bastian mencari Andini di segala tempat namun setelah mencari selama satu jam mengelilingi kota, dia tidak dapat menemukannya. *** Tin tin tin! Sebuah mobil Royce Rolls berwarna hitam baru saja memasuki halaman rumah Bastian. Mayang, mamanya Bastian melihat ke arah jendela dan melihat siapa yang bertandang ke rumahnya pagi hari ini begini. "Loh bukannya itu mobilnya Bagaskara? mau ngapain anak haram itu kemari? " batin Mayang bertanya-tanya. Sedetik kemudian dia terkejut saat melihat Andini turun dari mobilnya Bagaskara. Ternyata menantunya yang kurang ajar itu pergi bersama Bagaskara kemarin sampai lupa pulang kerumah. "Siapa ma yang datang? " tanya Bastian saat melihat mamanya mengintip ke arah jendela. "Kamu akan terkejut melihat siapa yang datang kemari, " jawab Mayang membuat Bastian semakin penasaran. Ting nong ting nong Suara bel rumah mereka berbunyi, Mayang segera membuka pintu rumahnya dan menyambut kedatangan mereka. Saat pintu terbuka, Bastian terkejut melihat Bagaskara datang bersama istrinya. "Eh Bagaskara, kok kamu gak bilang sih mau datang kesini? kamu kapan balik ke Indonesia? "sapa Mayang dengan ramah walau sebenarnya dia sangat membenci anak tirinya itu. Bagaskara mencium tangan Mayang sebentar dan berkata, " Kemarin aku baru balik dari UK ma, kedatanganku kesini hanya untuk mengantarkan Andini kemari." Bastian yang sudah emosi langsung menarik tangan Andini untuk masuk ke dalam rumah, " Masuk kamu!! kemana saja kamu semalam? bukannya pulang tapi kamu malah nginep di tempat pria lain! " "Mas gak salah ngomong kayak gitu padaku? kan mas sendiri yang menurunkan aku di pinggir jalan. Aku mana bisa pulang karena tasku ketinggalan di dalam mobilmu! " seru Andini seraya menghempaskan cengkraman tangan Bastian dari pergelangan tangannya. "Ada apa ini? kenapa kalian ribut pagi-pagi begini. Sudahlah tidak enak sama Bagaskara. Ayo Bagaskara masuklah dulu ke rumah, " Mayang mempersilahkan Bagaskara untuk masuk ke dalam rumahnya. Dia bersikap baik pada anak tirinya itu semata-mata karena tidak ingin membuat suaminya marah. "Urusan kita belum selesai Andini, " bisik Bastian dengan nada mengancam. Mereka semua masuk ke dalam rumah dan duduk di meja makan. "Bagaskara tumben kamu kemari nak? " tanya Handoko papanya Bastian dan Bagaskara. Bagaskara mencium tangan papanya lalu duduk di sampingnya, " Iya pa, pengen aja main kemari dan melihat keadaan papa. Bagaimana apa papa sehat? " "Iya papa baik-baik saja. Papa beruntung memiliki anak seperti kamu dan Bastian. Kalian berdua adalah andalan papa, " jawab pak Handoko. Bastian hanya bisa mengepalkan tangannya karena tidak suka dengan kedekatan Bagaskara dan papanya. Bagaskara adalah anak haram papanya dan sekretarisnya. Selama ini Bastian merasa kasih sayang papanya terhadap Bagaskara lebih besar dibandingkan dirinya. Padahal dia adalah anak pertamanya tapi entah kenapa papanya malah pilih kasih. Mungkin itulah kenapa dia sangat membenci Bagaskara dan mama tirinya. "Ayo dimakan dulu semuanya, ayo makan dulu Bagaskara, " ucap Mayang seraya tersenyum di depan anak tirinya itu. "Iya ma, " sahut Bagaskara. Mereka semua sarapan pagi bersama dan sesekali berbincang-bincang mengenai masalah pekerjaan. Sementara Andini hanya diam saja memakan sarapannya tanpa memperdulikan obrolan mereka. Selesai sarapan, Bagaskara pamit untuk pergi bekerja pada papa Handoko dan mama Mayang. Saat dia ingin masuk ke dalam mobilnya, Bastian tiba-tiba saja memanggilnya. "Bisa kita bicara berdua sebentar? " tanya Bastian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD