"Kak Bagaskara?! " Andini begitu terkejut saat melihat Bagaskara di belakangnya rapi dengan pakaian setelan kerjanya. Apa adik iparnya itu bekerja disini juga.
"Pak Bagaskara, wanita ini tidak memakai baju formal yang sesuai dengan prosedur wawancara. Jadi saya menyuruhnya untuk segera pulang, " jawab staff HRD memberitahu Bagaskara.
"Lanjutkan saja wawancaranya. Saya mengenal wanita ini, " ucap Bagaskara mengejutkan semua orang yang ada disana termasuk staff HRD tersebut.
"Baik pak, " ucap staff HRD itu sama sekali tidak bisa berkutik dan terpaksa mengikuti perintah dari Bagaskara. Para peserta wawancara yang lain merasa cemburu karena Andini mendapatkan keistimewaan dari bos pemilik pabrik mie instan ini. Mereka yang masih berbaris di belakang sibuk berbisik-bisik membicarakan Andini.
Sementara itu Andini baru saja selesai melakukan sesi wawancara. Pengumuman hasil wawancara akan diberitahukan di website satu minggu lagi. Semoga saja dia diterima bekerja di pabrik ini. Dia bersyukur karena Bagaskara sudah memberikan kesempatan untuknya, jika tidak mungkin dia sudah disuruh pulang tadi. Tadinya dia ingin mengucapkan terima kasih tapi dia tidak melihat keberadaan Bagaskara dimanapun.
"Duh udah jam segini, aku harus pulang sekarang juga. Diluar juga mendung banget, " Andini buru-buru pulang kerumah dengan menaiki ojek online. Di tengah perjalanan, dia malah kehujanan. Semoga saja bi Sri dirumah sudah mengangkat jemurannya. Kalau tidak mama mertuanya akan marah-marah lagi. Sesampainya disana, jemuran yang dijemurnya pagi tadi tidak diangkat dan masih tergantung disana. Dia langsung turun dan membayar biaya ojeknya sambil menyerahkan helm yang dipakainya.
"Ini pak makasih ya, " setelah itu Andini berlari untuk mengangkat jemurannya yang sudah terlanjur basah kuyup. Jas milik Bastian sampai basah begini. Kenapa bi Sri tidak mengangkat jemurannya? apa semua orang di rumah ini menghilang?
Saat dia melangkah masuk ke dalam rumah sambil memegang baju-baju yang basah, tiba-tiba suara lantang mama mertuanya membuatnya kaget dan hampir menjatuhkan baju-baju yang dipegang olehnya.
"Darimana saja kamu Andini?! lihat baju semuanya basah gara-gara kamu pulang telat!" semprot Mayang dengan mata nyalang.
"Maaf ma, aku ada wawancara kerja tadi jadi makanya aku pulang telat, " jawab Andini dengan berani. Selama ini dia selalu ketakutan jika mama mertuanya marah-marah. Tapi sekarang dia harus bisa membela dirinya sendiri karena tidak ada orang lain mau membelanya termasuk suaminya sendiri.
Mayang terkejut mendengar Andini ingin bekerja, "Wawancara? ngapain kamu pakai wawancara segala?! buat apa kamu kerja hah?! lebih baik kamu di rumah saja. Siapa yang bantuin kerjaan bi Sri kalau kamu kerja?! "
"Ma, aku ini bukan pembantu. Aku ini seorang istri dan menantu di rumah ini. Kalau mama kekurangan pembantu seharusnya mama rekrut pembantu baru untuk membantu bi Sri. Lagian mas Bastian tidak memberikan aku nafkah jadi jangan halangi aku untuk bekerja. "
"A.. apa kamu bilang?! beraninya kamu melawan dan menjawab semua pertanyaaanku Andini!!" Mayang melayangkan tangannya pada Andini tapi sebelum hal itu terjadi, Andini sudah lebih dulu menangkap tangannya.
"Hentikan ma! mama tidak bisa bersikap semena-mena padaku lagi. Mulai saat ini aku tidak akan tinggal diam jika mama kembali berlaku kasar padaku. Sekarang aku sedang sibuk, aku ingin mengeringkan bajunya mas Bastian. Permisi ma, " Andini melewati mama mertuanya begitu saja tanpa peduli dengan sumpah serapahnya. Dia harus kembali mengeringkan baju-baju milik mas Bastian yang sudah basah kuyup ini dan menjemurnya di saat matahari kembali terik. Beruntungnya hujannya cepat sekali reda kalau tidak mas Bastian pasti mengamuk jika bajunya belum kering.
***
Keesokan harinya Bastian mengajak Andini pindah rumah. Awalnya mama mertuanya menolak karena kekurangan orang untuk mengurus rumahnya. Tapi Bastian bersikeras ingin pindah rumah.
"Ma kami ini sudah satu tahun tinggal di rumah ini, jadi kami harus pindah ma, " ucap Bastian.
"Kamu mau serius menjalani pernikahan dengan Andini? bukannya kamu sangat membencinya nak? " tanya Mayang.
"Ma, aku memang sangat membencinya. Tapi Bagaskara sepertinya tertarik pada Andini. Aku takut dia akan sering datang kemari dan merebut Andini dariku. Kalau begitu rencana balas dendamku tidak akan berhasil, " jawab Bastian setengah berbisik takut papanya akan mendengarnya.
Mayang hanya bisa menghela nafas panjang dan mau tak mau dia harus merelakan anaknya bersama Andini pindah dari rumah ini, " Yasudah kalau begitu terserah kamu. Terpaksa deh mama cari pembantu baru buat gantiin Andini. "
Di saat mereka sedang berbicara, Andini dengan susah payah menurunkan koper miliknya ke lantai bawah. Akhirnya dia bisa pindah juga dari rumah terkutuk ini setelah satu tahun menderita menjadi pembantu gratisan.
"Koperku mana? " tanya Bastian saat melihat Andini hanya membawa kopernya sendiri.
"Kenapa tidak mas saja yang membawanya? koperku sudah terlalu berat mas, " keluh Andini.
"Jangan membantahku Andini, ada kamu lupa nasib keluargamu bergantung pada diriku?! cepat ambilkan koper milikku juga! " perintah Bastian marah.
Andini tidak lagi banyak protes dan langsung mengambil koper milik Bastian yang lumayan berat. Tadinya pak Ujang ingin membantunya tapi Bastian malah melarangnya. Saat sedang menurunkan koper, kaki Andini tidak sengaja tersandung hingga membuatnya terjatuh ke bawah lantai.
BUG
"Ahkkk!! " teriak Andini kesakitan.
Bukannya menolong, Bastian malah marah-marah karena kopernya terjatuh, " Dasar nggak becus kamu Andini! koper ini mahal harganya! lihat jadi lecet begini kan?! "
"Maaf mas, kakiku tersandung di tangga tadi, " ucap Andini seraya menahan rasa sakit di kakinya. Sepertinya kakinya sedang terkilir.
"Makanya kalau lihat itu pakai mata! sudah cepat bawa koper ini! jangan manja kamu Andini! " Bastian menarik tangan Andini untuk segera berdiri dan membawa kopernya ke dalam mobil.
"Aww sakit mas, tunggu dulu kakiku sakit, " ringis Andini kesakitan. Tapi Bastian sama sekali tidak merasa iba padanya.
"Jangan bohong kamu Andini! aku tidak akan percaya sama kamu! cepat bawa kopernya! " paksa Bastian.
Andini menahan rasa sakitnya dan terpaksa menuruti perintah Bastian. Dia mendorong koper itu dengan susah payah sampai ke mobil.
Pak Ujang datang menghampirinya dan menawarkan diri untuk membantunya, " Non sini biar bapak saja yang memasukkan kopernya ke dalam bagasi."
"Tidak usah pak Ujang, nanti pak Ujang kena marah mas Bastian. " tolak Andini. Dia tidak ingin pak Ujang dimarahi oleh suaminya jika ketahuan membantunya. Dengan sekuat tenaga dan susah payah dia memasukkan kopernya ke dalam bagasi. Lalu dia masuk ke dalam mobil dan duduk tepat di samping kemudi. Bastian tiba-tiba masuk ke dalam mobil dan menatapnya dengan tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup.
"Kenapa kamu duduk di sampingku?! duduk di belakang sana! " usir Bastian.
Andini tidak banyak membantah dan pindah ke jok belakang. Setelah itu barulah Bastian menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga membuat Andini merasa ketakutan karena beberapa kali Nastian sengaja menyalip mobil di depan mereka.
"Mas! pelan-pelan mas! aku takut! " Andini hampir menangis karena ketakutan. Tapi bukannya melambatkan kecepatan mobil, Bastian malah sengaja menambahkan kecepatannya. Beberapa kali kepala Andini terantuk ke badan mobil karena dia belum sempat memakai sabuk pengaman.
Mobilnya baru berhenti saat mereka tiba di sebuah gedung apartemen. Bastian memaksa Andini untuk menarik dua koper sekaligus sementara dia lebih dulu berjalan mendahuluinya.
Dengan langkah tertatih Andini menyusul Bastian dari belakang sambil menggeret dua koper di tangannya. Sesekali dia meringis menahan rasa sakit di kakinya.
Sesampainya di apartemen mereka, Bastian membuka sebuah ruangan kecil yang mirip dengan gudang yang terlihat kotor dan berdebu.
"Ini adalah kamarmu! aku tidak sudi tidur satu kamar denganmu, " ucap Bastian dengan kejamnya.
"Mas tapi ini gudang, apa tidak ada kamar lain? " tanya Andini.
"Jangan banyak mengeluh, masih untung kamu kuberikan tempat tinggal! kamu selamanya akan tinggal di ruangan ini jadi bersihkanlah sendiri. Sekarang aku lelah mau istirahat! jangan lupa belanja dan masak makanan yang enak! " Bastian melemparkan uang 100 ribuan tepat di depan wajah Andini lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
Andini menahan tangisnya agar tidak jatuh dari pelupuk matanya. Dia harus tetap tegar dan kuat menghadapi semua perlakuan kejam Bastian padanya. Jika dia memberontak maka keluarganya akan terkena imbasnya.