Sebenarnya sudah beberapa kali Andini mimisan seperti ini. Dia pikir dia hanya kecapekan biasa karena dirumah ini dia diperlakukan seperti pembantu dan mengerjakan semua pekerjaan rumah. Mas Bastian juga tidak pernah memberikannya nafkah sepeserpun padanya sehingga dia tidak dapat membeli apapun yang dia inginkan. Bahkan untuk berobat saja dia tidak memiliki uang.
CEKLEK
Bastian baru saja keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Dia berjalan ke arah tempat tidur dan kembali memakai jubah tidurnya.
"Mas, aku ingin ngomong sesuatu sama kamu. Apa aku boleh minta uang mas? kayaknya aku sakit, hidungku sering mimisan akhir-akhir ini , " ucap Andini seraya menahan rasa sakit di kepalanya.
Bastian melemparkan tatapan tajamnya pada Andini, " Uang? kalau kamu ingin uang kamu harus bekerja keras Andini. Aku tidak akan pernah memberikan uang sepeserpun untukmu!! jangan manja jadi wanita! kamu pikir aku akan percaya dengan perkataanmu! sampai kamu mati sekalipun aku tidak akan peduli padamu Andini! aku akan tertawa di hari pemakamanmu! camkan itu! "
Bastian melempar handuk basahnya tepat di depan wajah Andini. Setelah itu dia pergi begitu saja dan membanting pintu kamar Andini dengan kasar.
BLAM!
Hati Andini terasa sakit dan sesak saat kembali mendapatkan perlakuan kasar dari Bastian. Sepertinya dia besok ingin menjual salah satu tas miliknya untuk biaya berobat besok. Setelah sembuh, dia akan melamar pekerjaan agar bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
***
Andini baru saja berhasil menjual tas miliknya ke akun jual beli. Walaupun dibandrol dengan harga murah tapi lumayan untuknya berobat dan simpanannya nanti jika dia tidak memiliki uang. Sebenarnya dia tidak mau menjual tas Dior miliknya karena tas itu adalah hadiah ulang tahun dari papa angkatnya. Papa angkatnya memang sangat menyayanginya berbeda dengan ibu angkat dan adik angkatnya. Maka dari itu dia rela menanggung semua kesalahan yang dilakukan oleh Adinda demi balas budi pada keluarga angkatnya.
Dulu dia diadopsi sebagai anak oleh keluarga angkatnya di usia 1 tahun karena kedua orang tua angkatnya sudah 10 tahun tidak dikaruniai anak. Tapi baru saja satu tahun diadopsi, ibu angkatnya malah hamil adiknya, Adinda. Sejak kelahiran Adinda, ibu angkatnya tidak lagi memperdulikannya.
"Andini!! cepatlah kemari!! " panggil mama mertuanya.
"Iya ma tunggu sebentar! " Andini berjalan menghampiri ibu mertuanya sambil membawa sapu di tangannya.
"Tadi Bastian nelpon, dia minta kamu mengantarkan berkas ini ke kantornya dan sekalian bawa bekal makan siang ini buat Bastian, " ucap mama mertuanya sambil menyerahkan berkas dan bekal makanan yang harus Andini bawa ke kantor.
Andini mengambil berkas dan bekal yang diberikan oleh mama mertuanya, " Iya ma aku akan mengantarkannya sekarang. Tapi aku gak punya uang buat ongkos ma. Apa aku boleh minta dianterin oleh pak Ujang? "
Mama mertuanya berdecak kesal, "Yasudah tapi cepetan ya! pak Ujang bentar lagi mau nganterin mama arisan. Udah sana cepet! jangan sampe Bastian nunggu lama! "
"Iya ma, aku akan pulang secepatnya. Aku pergi dulu ya ma, " Andini ingin mencium tangan mama mertuanya tapi mama mertuanya malah menarik tangannya.
"Gak perlu cium tangan segala cepetan sana pergi! " usir mama mertuanya.
Andini menarik kembali tangannya dengan perasaan sedih, " Iya ma. "
Andini segera pergi ke kantor untuk mengantarkan berkas dan bekal suaminya. Sesampainya disana dia malah dicegat oleh sekretaris suaminya.
"Maaf, anda siapa ya? " tanya Ratna sekretaris suaminya. Wajar saja Ratna tidak mengenalnya karena dia adalah sekretaris baru suaminya.
"Saya istrinya pak Bastian Prayoga, saya kesini ingin mengantarkan berkas dan bekal untuknya, " jawab Andini.
"Istri? tunggu sebentar saya telpon pak Bastian dulu ya, " wajah Ratna mendadak pucat saat tau Andini adalah istri bosnya. Dia langsung menelpon pak Bastian dan memberitahu kedatangan Andini.
"Pak Bagas maaf mengganggu, istri anda datang kemari dan ingin bertemu dengan anda sekarang juga. Apa? suruh masuk sekarang? tapi... baiklah saya akan menyuruhnya untuk masuk, " Ratna menutup teleponnya dan menyuruh Andini untuk masuk saja ke dalam ruangan.
"Silahkan masuk ibu Andini, maaf sudah menunggu lama. "
"Iya baiklah terima kasih, " Andini membuka pintu ruangan suaminya setelah diizinkan untuk masuk. Baru saja dia melangkah ke dalam, dia tercengang saat melihat dengan mata kepalanya sendiri Bastian dan Adinda adiknya sedang bercinta di dalam sana.
"Ahhh kak Bastian lebih dalam lagi kak, yeah begitu nikmat banget kak ouhh!! " desah Adinda sambil menatap licik ke arah Andini yang sedang memergokinya.
Bastian memegang pinggul Adinda dan menghujamnya dari belakang dengan cepat, " Milikmu sempit sekali sayang, jepit lebih erat lagi ahhh f**k! "
Bekal makanan dan yang dipegang oleh Andini terjatuh begitu saja dibawah lantai. Dia menutup mulutnya tak percaya saat melihat perselingkuhan mereka.
"MAS!! ADINDA!! apa yang kalian lakukan?! " teriak Andini dengan mata berkaca-kaca.
Bastian menatapnya tajam tanpa menghentikan laju pinggulnya, " Kamu tidak lihat apa yang aku lakukan pada adikmu? kalau kurang jelas kemari dan lihatlah apa yang aku lakukan padanya. "
"Ahh kakak maaf ya kak. Aku pakek dulu suamimu ya. Punya mas Bastian gede banget. Beruntung banget sih kakak menikah dengan kak Bastian. Ahhh mantap banget! " racau Adinda dengan mata terpejam menikmati hujaman Bastian yang semakin cepat keluar masuk ke dalam miliknya.
Andini tidak sanggup lagi melihat percintaan mereka. Dia langsung pergi begitu saja dengan wajah berderai air mata. Kenapa mas Bastian dan Adinda tega melakukan ini dibelakangnya. Terutama Adinda adik angkatnya, padahal dia sudah rela berkorban untuk menutupi kejahatannya. Tapi apa balasan yang dia dapatkan saat ini adalah sebuah pengkhianatan yang sangat menyakitkan.
Saat dia masuk ke dalam lift, tiba-tiba saja kepalanya mendadak sakit seperti sebelumnya. Lagi-lagi hidungnya mimisan lagi. Dia menyekanya dengan sapu tangan miliknya.
"Apa yang terjadi padaku? aku harus segera kerumah sakit sekarang. "gumamnya.
Setelah sampai ke lantai dasar, dia berjalan tertatih keluar dari kantor suaminya sambil menahan rasa sakit di kepalanya. Tiba di mobil, dia meminta pak Ujang untuk segera mengantarkannya kerumah sakit.
" Pak Ujang tolong bawa saya kerumah sakit sekarang pak. "
"Nona kenapa? apa nona sakit? " tanya pak Ujang cemas.
"Iya pak Ujang. Tolong antarkan saya kerumah sakit, " jawab Andini sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya.
"Baik nona saya akan mengantarkan nona kerumah sakit sekarang juga, " pak Ujang langsung menjalankan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat. Sesampainya dirumah sakit, Andini segera mendapatkan penanganan dari dokter di ruang UGD.
Setelah mendapatkan serangkaian pemeriksaan, akhirnya dokter itu kembali datang menghampirinya.
"Maaf sudah menunggu lama bu Andini. Menurut pemeriksaan kami, anda dinyatakan menderita penyakit Leukimia stadium satu, " ungkap dokter itu membuat Andini sangat terkejut.