"Leukimia? apa tidak salah dok? " tanya Andini sangat terkejut saat mendengar pernyataan dokter tersebut.
"Iya ibu Andini, ibu mengalami penyakit Leukimia. Anda harus mendapatkan perawatan kemoterapi dan radioterapi bu Andini. Jika tidak penyakit anda akan bertambah parah dan bisa mengancam nyawa. Ini dia hasil pemeriksaannya dari lab kami, " jelas dokter itu sambil menyerahkan sebuah kertas kepada Andini.
Andini menerima kertas itu dan membacanya. Tangannya bergetar saat melihat hasil uji lab nya. Ternyata dia benar-benar sakit Leukimia.
"Dok apa saya bisa sembuh dok? " tanya Andini dengan mata berkaca-kaca. Masih banyak hal yang ingin dia lakukan sebelum dia meninggal. Dia masih ingin tetap terus berada di samping Bastian dan menjadi istri yang baik untuknya, meski suaminya itu terus menyakitinya.
"Bisa jika pengobatan dilakukan secepatnya bu Andini, " jawab dokter itu memberikan secerca harapan untuknya.
Andini menarik nafas lega saat mendengar jawaban dokter tersebut, " Syukurlah kalau begitu dok. Saya akan menjalani pengobatan seperti yang dokter sarankan. Saya akan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. "
Setelah merasa lebih baik, akhirnya Andini segera pulang karena takut mama mertuanya akan marah. Benar saja sampai dirumah, dia malah kena semprot mama mertuanya.
"Kamu dari mana saja Andini?! masa nganter berkas dan bekal makanan saja sampe berjam-jam sih?! dasar menantu gak becus kamu ya! beda sekali sama Mona! kalau saja kamu tidak membunuhnya mungkin Mona sudah menjadi menantuku saat ini! Aku dengar dari mamamu kalau kamu itu hanya anak adopsi. Pantas saja darah itu memang kental daripada air, aku yakin ibu yang melahirkan kamu adalah seorang gembel, " hina Mayang.
Andini sangat marah saat mama mertuanya itu menghina ibu yang sudah melahirkan dirinya, " Jangan hina ibuku ma! mama bisa saja menghinaku tapi tidak dengan ibuku! "
PLAK
Mama mertuanya malah menampar wajahnya dengan keras, " Berani sekali kamu berteriak di depan wajahku?! sekarang masuk ke dalam dan kerjakan semua pekerjaan rumah!! "
Andini hanya bisa menahan rasa sakit yang membekas di pipinya dengan mata berkaca-kaca. Tidak ada gunanya berdebat dengan mama mertuanya saat ini. Dia berlari masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam. Kepalanya kembali terasa pening, dia cepat-cepat mengambil obat yang sudah dia tebus untuk meredakan sakit di kepalanya.
DUAG DUAG
"Hei Andini! bukannya beberes kamu malah masuk ke dalam kamar! dasar menantu pemalas kamu! lihat saja aku akan adukan kamu ke Bastian malam nanti!! " teriak mama mertuanya dari luar kamarnya. Andini mengabaikan panggilan mama mertuanya karena kepalanya masih terasa sakit. Dia menangis dalam diam saat teringat percintaan mas Bastian dan Adinda di dalam ruangan kantor. Bukannya berhenti, Bastian dan Adinda malah dengan sengaja memamerkan perselingkuhan mereka.
"Mas kenapa cinta ini sungguh menyakitkan untukku. Aku mencintaimu dalam diamku selama dua tahun terakhir ini. Andai kamu tau bahwa aku bukanlah orang yang membunuh kekasihmu."
Andini sudah berjanji pada kedua orang tua angkatnya agar tidak membocorkan bahwa Adinda adalah pelaku tabrak lari yang menewaskan Mona kekasih Bastian hingga meninggal dunia. Dia sudah memenuhi janjinya itu walaupun dia harus terluka menerima semua perlakuan kasar dan kejam dari suaminya dan juga keluarganya.
Perlahan rasa sakit di kepalanya sudah mulai berkurang. Tanpa sadar dia memejamkan matanya dan tertidur pulas di atas ranjangnya.
***
BYURR
Andini langsung terbangun saat wajah dan tubuhnya diguyur dengan air dingin. Matanya terbelalak melihat mas Bastian kini telah berdiri tepat di hadapannya.
"Mas Bastian.. maaf kepalaku sakit mas jadi aku ketiduran.. " belum selesai bicara mas Bastian langsung memotong perkataannya.
"Kamu tidak lihat sekarang sudah jam berapa? masa dari siang kamu ketiduran sampai jam 8 malam?! bilang saja kamu nggak mau bantuin kerjaan mama dirumah kan? harusnya kamu beruntung aku tidak menyiksa dan membunuh kamu Andini!! " seru Bastian memarahinya.
"Maaf mas, aku sedang sakit jadi aku tidur seharian ini. Mas, kenapa kamu berselingkuh dengan Adinda adikku? dari sekian banyak wanita kenapa kamu harus berselingkuh dengannya, " tanya Andini.
Bastian tersenyum miring dan berkata, " Adikmu lebih nikmat dibandingkan dirimu. Dia bisa menggoyangkan pinggulnya dengan lincah tidak kaku seperti kamu Andini. Tapi aku ingin menyiksamu sampai puas setelah itu aku akan membuangmu lalu menikahi adikmu. "
"Mas kumohon jangan berselingkuh dengan Adinda. Kamu boleh menyiksaku semaumu mas... "
Bastian mencengkram dagu dan meraba bibir Andini dengan kasar, "Jangan banyak bicara Andini, aku merindukan bibir jalangmu itu. Aku sedang lelah untuk menggaulimu jadi gunakan bibirmu itu untuk memanjakan milikku ini. "
"Tidak mau mas, aku nggak mau melakukannya. Kamu baru saja bercinta dengan Adinda. Paling tidak kamu bersihkan tubuhmu dulu... "
PLAK
Bastian malah menamparnya karena merasa tersinggung, "Beraninya kamu mengatur ku! apa kamu jijik padaku?! sekarang lakukan tugasmu Andini jangan membuat aku semakin marah padamu!! "
Bastian menarik tangan Andini dan memaksanya bersimpuh di antara kedua kakinya. Dia membuka gespernya lalu menurunkan celananya hingga ke bawah. Miliknya sudah tegang maksimal dibawah sana, entah kenapa saat bersama Andini dia merasa sangat b*******h.
"Cepat lakukan Andini, jangan sampai aku berbuat kasar padamu lagi, " perintah Bastian.
Andini hanya bisa memejamkan matanya dengan berlinang air mata saat memanjakan milik suaminya itu dibawah sana. Rasanya benar-benar menjijikkan karena masih ada bau wanita lain di tubuh suaminya. Sedangkan Bastian merasa keenakan mendapatkan service dari Andini.
"Yeah begitu Andini, mulut jalangmu benar-benar enak. Aku ingin keluar ahhh!! " Bastian memegang kepala Andini kuat-kuat saat menuju pelepasannya. Andini merasa perutnya bergejolak dan secara tidak sengaja memuntahkan seluruh isi perutnya ke bawah lantai.
Hoek hoek hoek!!
"Ahk! apa yang kau lakukan?! kamu sudah mengotori celanaku sialan!! " Bastian mendorong Andini hingga kepalanya tidak sengaja terbentur sisi ranjang. Setelah itu dia kembali menaikkan kembali celananya lalu keluar dari kamar Andini.
BLAM
Andini menyeka darah yang mengalir di dahinya. Rasa sakit di kepalanya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya ini.
"Ya Tuhan aku udah nggak sanggup lagi. Sampai kapan aku harus menanggung semua ini, " Andini merasa putus asa dan gelap mata saat ini. Dia kembali berdiri seraya menahan rasa sakit di kepalanya dan mencari sesuatu di balik laci lemarinya. Disana dia menemukan tali tambang yang cukup tebal. Setelah itu dia memanjat kursi dan melingkarkan tali tambang itu di atas plafon kamarnya. Setelah itu dia melingkarkan tali tambang itu di lehernya sendiri dengan berlinang air mata. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang benar-benar mencintainya jadi untuk apa dia hidup.
"Mas Bastian aku sangat mencintaimu mas.. "
Andini memejamkan matanya lalu menendang kursi yang ada di bawahnya. Tali tambang itu langsung menjerat lehernya hingga membuat nafasnya tercekat. Kedua kakinya bergerak menendang udara dan pandangan matanya sudah mulai menggelap.