Andini menatap nanar cermin di depannya. Wajah dan tubuhnya penuh dengan luka-luka lebam akibat perlakuan kasar suaminya Bastian Prayoga. Sudah satu tahun mereka menikah dan selama itu juga dia menderita.
Semua ini bermula saat Mona kekasihnya Bastian meninggal akibat tabrak lari yang disebabkan oleh Adinda, adik angkatnya Andini. Andini terpaksa menjadi kambing hitam untuk menutupi kejahatan Adinda karena diminta oleh orang tua angkatnya sebagai balas budi karena sudah dibesarkan dalam keluarga mereka. Jadi, Andini tidak bisa menolak keinginan mereka.
Tujuan Bastian menikahi Andini adalah hanyalah untuk menghancurkannya dan memperlakukannya seperti seorang jalang setiap harinya.
CEKLEK
Bastian tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya menegang saat melihat suaminya itu mendekatinya.
"Kenapa kamu lama sekali berdandan? Apa kamu tidak lihat sekarang ini sudah jam berapa? " tanya Bastian kesal karena sudah hampir satu jam dia menunggu Andini untuk berdandan.
"Maafkan aku mas, aku... " belum selesai berbicara, Bastian sudah lebih dulu mencengkram erat dagunya.
"Kamu ingat ya, jangan sampai orang lain tau apa yang sudah aku lakukan padamu! Kamu tidak akan bisa lepas dari cengkramanku Andini! Kamu harus membayar kesalahanmu karena telah membuat Mona mati!! " seru Bastian sambil melepaskan cengkraman di dagunya.
Andini hanya bisa menahan perih di area dagunya dengan mata berkaca-kaca, " i.. Iya mas."
"Bagus kalau kamu mengerti. Sekarang cepatlah berdandan! Jangan membuat aku menunggu lama Andini! " Setelah mengatakan itu Bastian pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Andini hanya bisa menangis dalam diam karena sudah tidak tahan lagi menerima perlakuan kasar dari Bastian. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menerima semua penyiksaan yang dilakukan oleh suaminya itu. Padahal selama ini Andini sangat mencintai Bastian sejak pertemuan mereka satu tahun yang lalu di sebuah pesta dansa. Sayangnya Bastian tidak pernah memandangnya lantaran masih memiliki Mona.
Andini cepat-cepat memakai concealer dan make up untuk menutupi luka lebamnya agar tidak diketahui oleh keluarga suaminya. Tidak ada yang tau kalau Bastian sudah melakukan KDRT padanya selama satu tahun terakhir ini.
Sementara di bawah sana, Mayang mama mertuanya Andini sudah mulai uring-uringan menunggu Andini yang tak lekas keluar dari kamarnya.
"Mana istrimu yang pemalas itu?! jam segini belum bangun juga! apa dia pikir dia itu tuan putri dirumah ini?! " sindir Mayang mamanya Bastian.
Andini baru saja menuruni anak tangga dengan langkah tertatih menahan rasa sakit di inti tubuhnya karena semalam Bastian menyetubuhinya berkali-kali tanpa ampun. Tak sengaja dia mendengar sindiran dari mama mertuanya itu.
"Maaf ma, aku baru habis mandi tadi. " ucap Andini merasa tidak enak.
"Yasudah cepetan buat sarapannya sekarang!! jangan lama-lama! " perintah mama mertuanya.
"Iya ma, " Andini segera ke dapur untuk membuat sarapan nasi goreng pagi ini. Setelah semuanya selesai dibuat, dia menyajikan nasi goreng itu di atas meja. Andini baru saja akan duduk bersama di meja makan. Tapi ibu mertuanya malah melarangnya.
"Siapa yang suruh kamu duduk hah?! sana beres-beres rumah! bi Sri lagi ke pasar belanja mingguan. Jadi kamu bantuin kerjaan bi Sri sana! " usir mama mertuanya.
"Iya ma, " Andini merasa perutnya lapar karena semalam dia belum sempat makan. Tapi dia hanya bisa bersabar sampai semua keluarga suaminya selesai makan dan membereskan rumah yang terlihat berantakan.
"Ma, aku pergi kerja dulu ya. Ayo Laura ikut kakak, biar kakak yang anterin kamu ke sekolah, " ajak Bastian tanpa memperdulikannya.
"Iya sayang hati-hati bawa mobilnya ya. " pesan Mayang pada anak sulungnya itu.
"Iya ma, " Bastian dan Laura mencium tangan Mayang bergantian lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan rumah. Laura dengan sengaja menginjak-injak lantai yang sebelumnya baru saja dipel oleh Andini.
"Ups maaf ya kakak ipar, " ucap Laura cekikikan. Sementara Bastian sama sekali tidak peduli ataupun berpamitan padanya lebih dulu. Dia hanya bisa menatap kepergian mereka dari balik jendela. Hatinya terasa sesak sekali menerima kebencian yang seharusnya tidak dia dapatkan.
"Hei kenapa kamu malah melamun disana?! ini cepat bersihkan meja makannya!! " teriak mama mertuanya dari arah dapur.
"Iya ma!! " Andini berlari tergopoh-gopoh ke arah dapur untuk piring kotor yang ada disana. Saat melihat meja makan, dia terlihat kecewa karena tidak ada nasi goreng yang tersisa sedikitpun. Sambil menahan perih pada lambungnya, dia segera membersihkan dan membereskan semuanya.
Saat sibuk berberes-beres, tiba-tiba saja dia merasa kepalanya pusing. Setetes darah keluar dari hidungnya. Dia cepat-cepat ke wastafel untuk membersihkan darah di hidungnya.
"Apa aku kecapekan ya? " batinnya. Selesai membersihkan hidungnya dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Sementara itu di kantor, Bastian sedang sibuk berjibaku dengan pekerjaannya yang menumpuk. Semalam dia benar-benar gila sudah melampiaskan hasratnya kepada Andini, wanita yang paling dia benci saat ini. Karena Andini, Mona kekasihnya meninggal dunia. Dia bisa saja langsung membunuhnya tapi itu terlalu mudah untuknya. Jadi dia memilih untuk menikahinya lalu menyiksanya secara lahir dan batin.
Tring tring tring
Suara nada dering telepon tiba-tiba berdering. Dia segera mengangkatnya dan menjawab panggilan teleponnya," Halo siapa ini? "
"Halo pak ini saya Ratih, saya ingin memberitahu bahwa nona Adinda sudah di depan pak, " ucap Ratih sekretarisnya.
"Adinda? baiklah suruh dia masuk ke dalam, " balas Bastian sebelum menutup teleponnya.
Tak lama kemudian, pintu ruangannya dibuka oleh seseorang dari luar. Terlihat adik iparnya Adinda muncul dari balik pintu lalu menghampirinya sambil menenteng bungkusan yang berisi kotak makanan.
"Selamat siang sayang! " Adinda terlihat cantik dengan mengenakan dress abu-abu selututnya. Rambut panjangnya di gerai ke belakang dan kemontokan tubuhnya membuat siapa saja yang melihatnya akan tergoda untuk menjamahnya.
"Selamat siang sayang," balas Bastian menyapanya saat Adinda duduk di atas pangkuannya dan memberikan ciuman panas di bibirnya. Ciuman itu bertahan beberapa menit sampai akhirnya mereka melepaskannya dengan nafas terengah-engah. Sudah hampir satu tahun ini Bastian dan Adinda berselingkuh di belakang Andini. Tujuan Bastian berselingkuh dengan adik iparnya itu adalah untuk menghancurkan hati Andini. Dia akan membuat istrinya itu menangis darah dan bersujud di bawah kakinya.
"Sayang bagaimana kalau minggu depan kita liburan ke Bali? " ajak Adinda sambil mengalungkan tangannya di leher Bastian.
"Tidak bisa, kamu tau sendiri pekerjaanku sangat banyak sekali sayang. Kalau bulan depan bagaimana? " tanya Bastian tidak ingin membuat Adinda merasa kecewa.
"Boleh makasih ya sayang karena sudah meluangkan waktu untukku! " Adinda memeluk Bastian dengan erat dengan perasaan bahagia.
***
Air mata mengalir membasahi pipi Andini saat Bastian tanpa penuh perasaan menghujamnya disaat dia belum siap melakukannya. Rasanya benar-benar sangat menyakitkan. Lebih sakit dibandingkan saat dia kehilangan keperawanannya. Tiada kelembutan dalam setiap sentuhannya.
Bastian menggeram saat menuju klimaksnya. Dia melepaskan penyatuan mereka dan memaksa Andini untuk meminum pil KB nya.
"Minum pil KB nya, jangan sampai terlambat. Aku haramkan benih ku tumbuh di dalam rahimmu Andini!! kamu tidak lebih dari seorang jalang untukku!!" umpat Bastian seraya menatap jijik padanya. Setelah itu dia pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
BLAM
Andini meringkuk dibawah selimut sambil memeluk tubuhnya sendiri. Dia menangis dalam diam menahan perih di bagian inti tubuhnya. Entah sampai kapan dia akan bertahan menerima segala penyiksaan yang dilakukan oleh Bastian padanya.
Tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit, bersamaan dengan itu beberapa tetes darah keluar dari hidungnya. Dia menyeka darah itu dengan tangannya.
"Ada apa denganku? apa aku kecapekan? "batinnya.