Bab 7: Love

906 Words
Seavey Sean memiliki pesona yang memikat. Hampir setiap detik Ayana dibuat penasaran oleh pria itu. Rasa penasarannya pada Seavey membuatnya tidak tahan mencari tahu mengenai apapun tentang Seavey. Ayana curiga ... Dia mulai meragukan perkataan Naomi waktu itu. Yang mengatakan Seavey kecanduan dalam hubungan intim. Mungkin ... Seavey tidak seperti yang dikatakan orang-orang. Ayana merasa sangat yakin. Apalagi saat mereka menghabiskan waktu di Dog Run forest Park. Kala itu, Seavey sangat pengertian? Tidak, kau sudah salah fokus Ayana! Yang ingin kau katakan adalah Seavey tidak pernah menampakkan sisi kecanduan dalam hal-hal berbau dewasa. Itu benarnya. Malam ini, Ayana memberanikan diri naik ke lantai dua. Berniat memasuki ruangan rahasia Seavey yang pernah dikatakan Naomi. Pasti ada sesuatu yang tersembunyi di dalam ruangan itu. Sekarang adalah waktu yang tempat memasuki ruangan itu. Mengingat sekarang sudah pukul satu malam. Seavey pasti sudah tidur. Tidak ada kunci ... Namun, Ayana cukup pintar mengotak-atik pintu. Berkat jepit rambutnya yang ajaib pintu itu bisa terbuka. Ayana pun melihat banyak sekali peralatan seks di sana. Seavey Sean seperti pria yang Ayana lihat dalam film-film erotis. Di mana setiap pria memiliki ruang rahasia. Ayana langsung menutup mulut karena apa yang dikatakan orang-orang sudah terjawab. Seavey pasti menghabiskan aktivitas intimnya semalaman. "Ayana!" Seavey membelalakkan matanya ketika menyaksikan Ayana berada di dalam ruangan rahasianya. "Beraninya kau masuk ke ruangan ini!" Seavey mengepalkan tangan. Menarik tangan Ayana lalu mengempaskan perempuan itu ke kasur. "Kau telah melanggar privasiku, Ayana! Dan aku akan menghukummu untuk itu." Seavey berbisik. Tiba-tiba ia menindih tubuh Ayana. Menyapu bibirnya dengan sangat rakus. Ayana merasakannya... Ayana menikmatinya. Sensasi nikmat itu menjalar di seluruh tubuhnya. Manisnya bibir Seavey, sentuhan etotis lelaki itu begitu membuai. Mendadak... Seavey menghentikannya ketika Ayana mulai terangsang. Pria itu meremas kasar rambutnya sendiri. Terlihat menyesali sesuatu. "Kenapa? Kenapa kau tidak melakukannya padaku?" Ayana bertanya sebab merasa Seavey tidak tertarik padanya. Menghentikan tiba-tiba kegiatan mereka. Seavey menoleh ke arah Ayana. Mengatur napasnya yang tersengkal-sengkal. "Aku tidak mau kau membenciku setelah ini. Aku tidak mau kau pergi. Aku tidak mau menjadi penyebab kau tidak menjaga prinsip hidupmu." Seavey jujur. Apa itu kata lain kau menyukaiku? Ayana berpikir. "Bukan karena peralatan di ruangan ini jauh lebih menarik bagimu?" Seavey menggeleng keras. Dia mengangkat wajahnya, menatap serius Ayana untuk kesekian kalinya. "Aku tak pernah melakukannya dengan perempuan. Aku hanya memukul perempuan yang berurusan dengan Dad tanpa menikmati tubuhnya. Aku ini kejam, Ayana!" Seavey menjelaskan semua rahasianya walaupun itu terkesan aneh di telinga Ayana. "Ruangan ini selalu menemani malamku." Ayana memejamkan matanya. Selama ini yang ia tahu adalah Seavey melampiaskan hasratnya kepada banyak perempuan tanpa memandang siapa perempuan itu. "Aku tidak tahu ada apa denganku. Aku menginginkanmu." cicit Ayana kemudian bangkit berdiri. Semua keberanian yang ia pendam selama ini akhirnya meluap. Ayana perlahan menyatukan bibirnya dengan bibir tuan rumahnya. "Apa adanya dirimu, aku menerimanya. Aku merasa kau butuh seseorang!" imbuhnya. Ayana menjadi sangat murahan telah menawarkan dirinya. Seavey memegang tangannya. "Kau tidak mencintaiku. Bagaimana bisa kau mau berada di sisiku. Kau hanya kasihan padaku 'kan?" Keraguan itu sangat besar. Seavey tidak akan percaya pada siapa pun lagi. Apalagi Ayana hanya agen pembersih. Ayana harus menelan pil pahit ini. "Aku di sini karena aku peduli denganmu. Tanpa cinta, tanpa rasa kasihan. Rasa ini lebih dari sekadar cinta." decitnya. Namun Seavey tidak membalasnya atau justru tidak mendengarnya? Bisa jadi. Ayana murung, dia melangkah pergi. Tahan aku, Seavey. Jangan biarkan aku pergi. Tahan aku kalau kau juga merasa membutuhkan aku. Ayo lakukan. Seavey bergeming. Membiarkan Ayana pergi dari ruangannya. Membiarkan Ayana sendirian, diselimuti perasaan tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa karena Seavey. Pria itu sangat keras kepala. Ayana tidak tidur. Sepanjang malam hanya memikirkan Seavey. Paginya lingkaran mata Ayana menghitam, dengan wajah pucat. Efek dari terjaga sepanjang malam. Ayana merasa malas, ia tidak langsung membereskan rumah. Dia masih bersembunyi di balik selimut ketika pintu kamarnya diketuk. Hanya ada dia dan Seavey di rumah. Jadi kemungkinannya hanya dua; Pertama itu mungkin Seavey, kedua bisa jadi Naomi. Ayana terlalu malas. Ia tidak membuka pintunya. "Aku di sini, Ayana. Bukalah pintunya sebentar! Aku ingin bicara." Suara itu milik Seavey. Ayana tidak ingin bertemu. Ia mengabaikan teriakan itu dengan menutupi telinganya beberapa saat, sampai suara pria itu lenyap. Apa yang kau lakukan, Ayana? Kau marah karena ditolak? Atau ada sesuatu yang lain yang membuatmu seperti ini? Ayana mengutuk bisikan itu. Membuatnya "terpaksa" bangun. Bertatap muka dengan Seavey lagi? Semoga kau masih ada di luar sana! Ayana keluar. Ajaib, Hanya Naomi yang ia temukan. "Kau sudah dari tadi di sini?" tanya Ayana. "Baru sebentar. Baru ingin mengetuk pintu tetapi kau lebih dulu membukanya." Ayana memegangi lehernya. Menampakkan mimik muram sehingga Naomi bisa menebaknya. "Seavey sudah berangkat kerja. Kau terlalu lama membukakan pintu untuknya," jelas Naomi. "Maaf." Ayana membalas singkat, dia mengalihkan topik. Membahas hal lain yang berkaitan dengan kejadian kemarin di Dog Run Forest Park. Saat dia bertemu Justin dan pacar barunya. Ayana tidak membicarakan saat Seavey membelanya di depan Justin. Naomi tidak terlalu cerewet hari ini. Dia lebih banyak berbicara pekerjaan dari pada membahas Ayana dan Seavey. Bagaimana pun Ayana punya privasi. "Belakangan ini kau tampak malas," ujar Naomi. Bagi wanita itu, Ayana masih agen pembersih. Seharusnya ia bangun lebih pagi. Sekadar menyiapkan sarapan untuk Seavey Sean. Bukannya malah ketiduran sampai pagi, sampai Seavey meninggalkan rumah. "Maaf. Aku banyak tugas. Aku akan memperbaiki kinerjaku," ujar Ayana sadar diri. Ayana memang tidak profesional.karena melibatkan perasaan dalam pekerjaannya. Padahal sejak awal, Naomi sudah mewanti-wanti agar Ayana tidak melibatkan perasaannya. Ini memang salah Ayana. Instagram: Sastrabisu
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD