Bab 6 : Dog Run Park Forest

995 Words
Jalan-jalan mungkin bagian dari kesepakatan lain antara Ayana dan Seavey. Ya, sekadar menikmati akhir pekan. Di hari minggu ini mereka memilih untuk mengunjungi Dog Run Park di Woodhaven. Salah satu taman yang menjadikan anjing sebagai objek utamanya. Sangat sesuai dengan namanya.  Bagaimana menurutmu tempat ini?" Seavey membuka obrolan ketika mereka sudah sampai di taman. Ada banyak jenis anjing yang ada di sekitar mereka. Sangat lucu, dan menggemaskan.  "Tidak buruk. Setidaknya ada jalan-jalan di hari minggu." Ayana menjawab dengan santai. Baginya ini sangat berbeda karena tuan rumahnya dengan senang hati mengajaknya bepergian. "Tidak buruk berarti ini tidak istimewa ya?" Seavey menghela napas panjang.  "Bukan begitu. Maksudku aku sudah sangat bahagia berada di tempat ini." Ayana cepat-cepat menimpali. Seavey tergelak kecil karena reaksi Ayana. Perempuan itu sangat ... sangat imut.  "Tidak usah terlalu kaku. Aku mengajakmu ke sini agar tidak ada lagi kecanggungan di antara kita." jelas Seavey. Lelaki itu menaruh dua tanfannya di dalam saku celananya, "Lain kali aku akan mengajakmu ke Redwood Forest di California. Ingatkan saja aku kapan kau bisa pergi." Ayana tidak menyangka pria berengsek macam Seavey mau menawarkan untuk berlibur ke hutan merah Los Angeles. "Kau tidak bercanda?" tanya Ayana. Seavey menggangguk datar. Ayana nyaris melompat sekarang. Untungnya ... bisikan di hatinya mengingatkan kalau dia dan Seavey hanyalah sebatas agen pembersih dan tuan rumah.  "Kita bisa pergi kalau jadwal kuliahmu sudah tidak padat. Oh ya, omong-omong bagaimana dengan penelitian akhirmu? Sudah mendapatkan judul yang bagus?" Ayana menggelengkan kepalanya. Hmm... andai dia secerdas Ana dalam film Fifty Shades of Grey. Andai dia gadis pintar seperti yang ada di banyak n****+. Mungkin... sebentar lagi ia akan merayakan hari kelulusan.  "Aku tidak terlalu pintar. Aku juga pemalas. Aku bahkan baru menyadari kalau ternyata harus mencari judul penelitian." kata Ayana jujur. Mungkin pertemuan mereka berdua merupakan kebetulan yang sangat baik. Pasalnya Seavey terkenal dengan IPK 4.00-nya saat kuliah dulu. Dan dipertemukan dengan Ayana yang tidak pintar. Ayana mengetahuinya dari Naomi kemarin. Bahwa Seavey adalah pria yang cerdas saat sekolah maupun kuliah. "Kalau kau mau, aku bisa membantumu mencari judul. Setidaknya untuk menebus kesalahanku waktu itu. Kau masih ingat 'kan aku pernah menamparmu waktu mabuk?" Ayana mencoba mengingatnya dan ... benar, bahwa hari itu Seavey menamparnya tepat di hari putusnya dia dengan Justin. Ayana mengingatnya sekarang.  "Kau memang harus membantuku. Sakit dari tamparanmu itu masih terasa di pipiku." Ayana mendramatisasi keadaan. Memegang pipinya sambil memajukan bibirnya. "Kamu aneh!" komentar Seavey.  Dua ekor anjing menganggu kebersamaan mereka. Ayana mersa geli karena salah satu anjing menjilatinya. Ia sampai melompat dan bersembunyi di belakang Seavey. "Aku tidak suka dijilati! Anjingnya terlalu besar!" Oke, kali ini Ayana harus mengakui kalau ia tidak pernah geli saat Wynter menjilatinya. Sebab Wynter bersih dan ukurannya kecil.  Anjing berwarna coklat itu malah semakin bernafsu mendekati Ayana. "Naik ke punggungku saja. Aku akan menggendongmu." tawar Seavey. "Apa?" Ayana harus bertanya untuk memastikan apa yang ia dengar. Benarkah? Seavey mau menggendongnya? Tidak, Ayana merasa dirinya hanya salah dengar.  "Aku bilang naik ke punggungku saja. Biar aku yang menggendong kamu." ulang Seavey. Ayana menolak, sebab merasa ide itu terlalu konyol. Ayana terus menghindar tapi tidak bisa lari dari serbuan anjing coklat itu. Kehilangan keseimbangan, Ayana menarik baju Seavey.  "Kau tidak sedang merencanakan adegan ini 'kan?" Seavey bertanya saat ia berhasil menahan pinggul Ayana agar tidak jatuh di tanah. Adegan itu seperti adegan saat pangeran Erick dan putri Ariel berdansa.  "Maaf. Aku sama sekali tidak--" Ayana memisahkan diri dari Seavey. Berhenti. Ayana merasakan pipinya dibakar oleh sesuatu. Semakin ia melihat mata Seavey maka semakin aura tampan dan berwibawa itu terpancar... Ayana harus mengakui kalau bosnya yang hyper s*x ini juga hyper handsome. Selanjutnya... "Hai, Ayana!" Seorang lelaki lain muncul menyapa Ayana. Saat dilihat ternyata pria itu Justin mantan pacarnya. Ayana berusaha menampilkan wajah datarnya. Tidak mau terlihat cemburu di depan Justin dan pacar barunya. Ayana tidak merespon. "Kau terlihat lebih baik sekarang. Siapa dia? Apa dia majikan yang kauceritakan sebelum kita putus?" Justin meledek. Tangannya melingkar di pinggang pacar barunya. Ayana merasa ... jijik saat melihatnya. Tetapi dia tidak mengakui kalau Seavey adalah bosnya. Dia hanya diam. Berharap Seavey mau mengatakan hal lain. Mungkin semacam mereka berpacaran? Bisa saja. Mengingat Seavey sangat sulit ditebak.  "Tampaknya benar. Ayana yang kukenal akan diam saat apa yang kukatakan adalah kebenaran. " tukas Justin. Ayana marah, mengepalkan tangannya karena tidak bisa berbuat apa-apa. Hinaan itu sangat... menjengkelkan. Seavey tolong lakukan sesuatu! "Kenapa kalau dia majikanku? Kau takut aku punya pacar yang lebih tampan darimu? Kenapa kau harus mengurusi urusanku, hah?" Terlambat, Ayana lebih dulu terbakar amarah. Seavey, kau terlambat bertindak, kau tidak peka! Justin justru tertawa, "Kau masih wanita cengeng seperti dulu, Ayana. Bahkan untuk melawanku kau harus menitikkan air mata? Ya, kau memang tidak bisa berubah, selamanya akan menjadi Ayana yang polos. Ayana yang percaya bahwa s*x after married adalah pedoman hidup yang baik. Ya, kuharap ada pria bodoh yang mau mencintaimu!" Ayana sempat melihat reaksi kaget Seavey. Pasti pria itu tak menyangka Ayana masih... perawan. Ayana melangkan tangan kanannya namun ditangkis oleh Justin. Ayana merasa semakin terhina. Ayana hendak berlari pergi. Tetapi ... lengannya dicekal, "Jangan lari, Ayana!" bisik Seavey. Dan Ayana merasa tenang. Seperti berdiri di samping seorang tentara. Ayana menurutinya. Ayana tidak akan membayangkan Seavey akan membelanya. Menonjok wajah Justin seperti yang ia harapkan. "Beraninya kau dengan perempuan? Apa dengan menyakitinya kau bahagia? Kau hanyalah b******n!"  "Ayana memang agen pembersihku! Tetapi kau tidak berhak mengatakan pria yang menyukai Ayana adalah pria bodoh! Karena ... karena aku menyukai Ayana!" tegas Seavey. Dia mengucapkannya hanya untuk menyelamatkan Ayana. Kalimat itu terlontar begitu saja. Hanya kalimat itu yang mampu mengembalikan harga diri Ayana... dicintai oleh pria yang lebih tampan. Seavey menarik tangan Ayana menjauhi tempat itu. Ayana terlalu syok sampai membiarkan Seavey melakukan hal itu. Akan sulit menjelaskan semuanya nanti. Pengakuan cinta itu membuat Ayana terus berpikir. "Kau pasti terganggu dengan ungkapan cinta itu. Aku hanya berniat mengembalikan harga dirimu." ucap Seavey saat mereka berada di dalam mobil.     Ayana sedikit kecewa. "Terima kasih sudah memukul wajahnya. Kau mewakili apa yang ingin kulakukan. Bagaimana pun aku berhutang budi padamu." Seavey tak membalas. Dia tengah berkonsentrasi mengatur detak jantungnya yang terus berdebar. Sepertinya ini efek dari amarahnya tadi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD