Bab 8 : Despacito

1022 Words
Hasrat adalah godaan paling besar di dunia. Hasrat akan membawamu menuju jalan lain dalam hidupmu. Beberapa lagu tercipta dan mewakili pemikiran atau pun hasrat seseorang. Despacito Pelan-pelan Quiero respirar tu cuello despacito Aku ingin bernapas di lehermu pelan-pelan Deja que te diga cosas al oído Biarkan aku berbisik di telingamu Para que te acuerdes si no estás conmigo Supaya kau bisa mengingat aku saatkau tak bersamaku Despacito Pelan-pelan Quiero desnudarte a besos despacito Aku ingin melepaskan pakaianmu secara perlahan sambil menciummu Firmo en las paredes de tu laberinto Memasuki "dinding labirin" mu Y hacer de tu cuerpo todo un manuscrito Dan membut tanda di seluruh tubuhmu (Sube, sube, sube Sube, sube) (Naik, naik, naik, naik) Sore hari Ayana menghabiskan waktunya di dapur sembari memutar lagu despacito. Lagu sensual itu membuatnya berjoget khas Spanyol. Konyol sekali kau, Ayana! Akhir-akhir ini hanya lagu itu yang ia sukai dari sekian banyaknya nyanyian tahun ini. Despacito berbeda dari lagu lain. Lebih jujur dan tidak munafik. "Apa dapur sudah berubah menjadi pantai sekarang?" Pertanyaan itu membuat Ayana menoleh ke belakang. Melihat Seavey yang sedikit berantakan. Kemeja putihnya basah, rambut acak-acakan,dan terlihat sangat lelah. Keselurahannya, dia tampan bagaimana pun bentuknya. "Tadi aku ingin mandi. Maaf atas pakaian ini. Aku akan segera menggantinya." Ayana baru menyadari bagaimana penampilannya saat ini. Hanya memakai bikini saja. Sangat tidak sopan dipakai di depan tuan rumah. Langkah Ayana terhenti karena Seavey mendekapnya dari belakang. Apa yang kau lakukan, Sea? Kau membuatku berharap. Ayana membeku sesaat. "Lagunya sangat sensual. Aku ingin mempraktekkan lirik lagu itu," ungkap Seavey jujur. Ayana berusaha melepaskan diri tapi... "Jangan pergi. Aku ingin kau di sini, Ayana." imbuh Seavey selanjutnya. Sentuhannya pada Ayana membuat wanita itu menyukainya. Ini adalah momen yang ia harapkan. Kau begitu membingungkan, Sea. Seiring lagu despacito terputar, Ayana melepas lembut tangan yang melingkari pinggangnya. Memandang Seavey penuh tanya. "Ada apa? Aku tidak mengerti ada apa dengan hari ini." tutur Ayana sembari menyaksikan mata biru Seavey. Apa kau bernafsu sekarang? Lakukan, Sea. Lakukan kalau kau mau melakukannya. Seavey mengembuskan napasnya. Mematikan lagu yang terputar. Lagu yang mungkin akan menjadi lagu yang sering diingat oleh Ayana. "Ayana... aku ingin mengenalmu." bisik Seavey lalu mengecup bibir merah muda milik Ayana. Debaran jantung mereka beradu. Ini adalah momen paling dinantikan oleh Ayana. Dia rela melanggar prinsip hidupnya demi menyelamatkan Seavey. Agar laki-laki itu tidak lagi memukul perempuan atau bercinta dengan boneka. "Maafkan aku, Ayana. Aku tidak bisa menahannya. Aku menginginkan kau hari ini. Bolehkah?" Seavey tidak main-main mengatakannya. Ayana sudah menebaknya. Dari tadi Ayana bisa merasakan berahi pria itu terhadap dirinya. Akhirnya aku merasa lebih baik dari seks toys di ruang merah. Ayana mengangguk atas pertanyaan Seavey tadi. Mereka berdua pun kembali berciuman dengan posisi Ayana berada dalam gendongan Seavey. "Kamarku atau kamarku?" tanya Seavey yang sudah tidak tahan. Ayana menunjuk lantai dua. Seavey membawa ke kamarnya. Menikmati surga berdua. *** Ayana menikmati waktunya bersama Seavey. Sore berubah menjadi malam. Seavey benar-benar melampiaskan rasanya pada Ayana. "Jadi, apa hubungan kita sekarang?" Ayana bertanya seraya memegang lembut d**a bidang milik Seavey. "Aku tidak tahu. Mungkin hubungan yang lebih dari sekadar bos dan agen pembersih?" Seavey masih tampak bingung. Dia masih ragu memercayakan hatinya. Ayana baik, tapi tidak akan selalu baik. Akan ada masa di mana orang baik tidak lagi menjadi baik. Selain itu Seavey terlalu buruk bagi perempuan itu. Kau selalu mengecewakanku, Sea. "Oh benar. Mungkin kita tidak bisa menjadi pasangan. Seperti Zayn Malik dan Gigi hadid. Paling tidak, bosku sudah menyukai perempuan ketimbang itu." Ayana bangun. Berniat untuk pergi tetapi ditahan oleh Seavey. "Kau tampak kecewa. Apa kau ingin kita berpacaran?" Seavey masih ragu menjalin hubungan cinta. Ayana bisa saja pergi darinya nanti... kalau perempuan itu sudah mulai bosan. Ayana diam. Memikirkan kata yang tepat untuk diungkapkan "Dengarkan aku, Sea. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku berjanji, aku akan setia denganmu. Rela menjadi simpananmu agar kau tidak lagi memakai alat begituan. Aku berjanji untuk semua itu, Sea." Kenyamanan ini membuat Ayana memanggil Seavey dengan panggilan istimewa. Sea, kata itu sangat cocok mendekskripsikan Seavey yang mampu menenggelamkannya. Ayana menyatukan bibirnya dengan bibir Seavey. "Kau suka ini 'kan? Aku akan memberikannya. Aku sudah keluar dari zona amanku, Sea! Apalagi yang kau ragukan?" tanya Ayana. Seavey merenung beberapa menit. "Baiklah kalau itu yang kau mau. Akan ada kesepakatan setelah ini," ujar Seavey kemudian menuntun Ayana bercinta lagi. Ayana menurut, seperti ini akan lebih baik. *** Dua jam kemudian, Ayana kembali ke dapur. Mengambil macaroni buatannya yang sudah dingin. Rasanya masih sama, cuma tak seenak kalau sedang hangat. Padahal, tadi Ayana berpikir akan memberikan macaroni itu untuk Seavey. Kalau sudah dingin Seavey mungkin tidak akan mau mencobanya... "Ayana!" Panggilan itu membuat Ayana langsung kembali ke kamar di mana Seavey berada. Awalnya Ayana kira Seavey akan mengajaknya "bermain" lagi. Ternyata tidak. Seavey sudah rapi dengan kaos hitam dikelilingi setumpuk berkas. "Ada apa?" Seavey mendekatinya. Memerangkapnya dengan tangan besarnya. "Aku sudah punya bahan untuk penelitian akhirmu. Kau mau wisuda tahun ini 'kan?" Ayana tidak bisa berkedip. Ya, Tuhan, lelaki inilah yang aku cari. Lelaki yang bergerak cepat dalam mencari solusi. Ayana melompat, memanjati tubuh tinggi besar Seavey, "Astaga kau baik sekali. Padahal baru kemarin kau membahasnya. Dan--." Ayana masih sulit mempercayainya. "Kau benar-benar yang kuinginkan." Setidaknya kalimat ini yang mewakili betapa senangnya Ayana. "Kau bahkan belum melihat berkas ini, Sayang!" Wah, kenapa kata "sayang" itu memberi candu? Seavey katakan sekali lagi! Aku belum dengar. Seavey kembali fokus pada lembaran-lembaran fotokopi di tangannya. "Lihatlah dulu!" perintah Seavey. Ayana mengambil berkas itu. "Tanpa kulihat pun, aku sudah sangat bersyukur. Bagaimana pun juga bantuanmu ini sangat bermanfaat. Terima kasih, Sweetheart Sea." ujar Ayana seraya menampilkan senyum lebar. Senyum itu membuat Seavey merasa nyaman. Dia tidak pernah menyangka hatinya jatuh pada "agen pembersih" Ini benar-benar rekor baru dalam hidupnya. "Aku akan meringankan apa pun yang membuatmu merasa terbebani." Ayana memeluk Seavey untuk kesekian kalinya. Aduh, otot besarnya itu sangat menghangatkan. Rasanya ingin selalu mendekapnya erat-erat. Seavey-ku yang ganteng. "Kau milikku!" Seavey tergelak pelan. Ayana cantik, dan sedikit "polos", jadi mencintainya sangatlah mudah. "Kau juga milikku, bukan milik Justin!" balas Ayana tak kalah posesif. Mereka akhirnya mampu mengungkapkan rasa yang terpendam. Terima kasih cinta, terima kasih lagu despacito. Kaulah yang menyatukan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD