Lima orang buta

2830 Words
“Tidak ada yang namanya pencipta kecuali Allah. Alexander Graham Bell, disebut penemu telepon bukan pencipta telepon, karena pada hakekatnya semua adalah Ilmu Allah, manusia hanya menemukan ilmu Allah SWT.” “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216). Kamu tidak tahu sedangkan Allah maha tahu. Ayat ini memberi tahu pada kita, bahwa ilmu kita ini terbatas, kita ibarat lima orang buta yang dihadapakan gajah. Orang buta pertama mengatakan gajah itu panjang, karena yang ia pegang adalah belalai. Orang buta kedua menilai bahwa gajah itu lembut, karena dia memegang tubuhnya. Orang buta ketiga mengatakan gajah itu seperti daun, karena dia merabah telinga gajah. Orang buta keempat, mengatakan bahwa gajah itu keras, karena dia memegang gadingnya. Dan orang buta kelima mengatakan bahwa gajah itu seperti tali karena dia merabah ekornya. Seperti itulah kita, kita tidak pernah melihat sesuatu secara sempurna, ilmu kita terbatas. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim." (Luqman: 34). "Buya, apa saya boleh bertanya?" "Silahkan, Ilham." "Buya, dalam surah Luqman, Allah berfirman bahwa yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Lalu bagaimana dengan teknologi di jaman dewasa ini, di mana manusia bisa membuat hujan dan mengetahui jenis kelamin bayi di dalam rahim? " Buya tersenyum. "Itu semua bisa terjadi atas ilmu Allah SWT, di dunia ada sebuah hukum sunatullah, di mana Allah letakan sedikit ilmu untuk manusia, di mana jika manusia berusaha maka mereka akan mendapatkan ilmu itu atas ridho Allah. "Coba liat, hujan buatan manusia, apa bisa menandingi hujan ciptaan Allah ? Dan USG, berapa banyak hasil USG yang melenceng? Semua tetap terbatas, iyakan?” “Na’am, Buya.” “Kalo gitu, Buya masuk ke surau dulu, para santri sudah menunggu.” “Na’am, syukron, Buya.” Ilham kembali melanjutkan langkahnya. Ia berhenti di dekat sungai. “Mau kabur? “ Ilham menoleh, terlihat Amina dan Gita duduk di tepi sungai seolah menunggu Ilham di sana. “Kenapa malah pergi? “tanya Gita. Ia menghampiri Ilham yang diam di tempat. “Saya hanya ingin menenangkan diri,” jawab Ilham, seraya menatap lurus ke arah sungai. “Sudahlah, lupakan yang sudah berlalu. Kami akan buat tim baru, kita akan fokus pada masalah ini, “ kata Gita. “Tim baru? “ “Iya. Kita hanya butuh dua orang lagi.” Amina berdiri. “Lebih baik sekarang kita pulang ke pondok. Kita akan membicarakan hal ini.” “Baiklah.” Mereka bertiga lalu pulang, Amina meminta untuk pulang lewat rumah pohon. Di sana mereka melihat ada Kelvin dan terdengar suara Zahra dari dalam rumah pohon. Keduanya sedang berbicara dengan jarak jauh. “Apa sekarang kamu mengerti Kelvin? “ “Ya, saya mengerti. Terima kasih.” “Apa ada pertanyaan lagi? “ “Tidak ada, ini sudah sore. Kamu harus pulang kan? “ “Ya, benar. Kalo begitu, kamu pergilah dari sana, saya akan pulang bersama Maryam. Maryam sebentar lagi akan datang ke rumah pohon.” “Baiklah, saya akan pulang.” Tidak lama Maryam datang dan Zahra turun dari rumah pohon. Kedua gadis itu pun pulang. Aminah menghela nafas panjang, keluar dari persembunyian mereka. Ilham dan Gita juga melakukan hal itu. Mereka menatap nanar apa yang sekarang terjadi. “Kita semakin ketinggalan langkah,” ucap Amina. “Ya, kita harus bergerak cepat sekarang,” sahut Gita. “Jangan biarkan dia menang lagi! “ Ilham menatap punggung Zahra yang sudah sangat jauh dari pandangan matanya. Ilham teringat sepenggal masa lalu membuat Ilham berpaling. “Jangan biarkan kesalahan ini terbilang lagi. “ . . “Zahr...,” panggil Kelvin, menghentikan langkah Zahra. “Iya. Kenapa? “ “Mau langsung ke kelas? “ Mereka baru saja selesai mata pelajaran olahraga. “Iya, mau ngajak Sarah sama Kerly ke kantin bareng.” “Saya juga mau ke kelas,” kata Kelvin, pelan. Ragu untuk mengatakan sebenarnya bahwa dia ingin ke kelas bersama Zahra. “Mau barengan ke kelas? “ tanya Zahra, tiba-tiba. Seolah mampu membaca apa yang ada di qolbu Kelvin. “Boleh aja sih, asal tetap seperti biasa, jaga jarak. Terus kamu juga gak boleh berjalan dibelakang saya, itu juga salah satu adab yang di atur dalam Islam, di mana Islam selalu senantiasa memuliakan wanita, bahkan tidak boleh ada pria yang bukan marhamnya berjalan di belakangnya, takut terjadi fitnah atau nampak sesuatu dari pada wanita itu.” “Masyaallah...,”spontan Kelvin. Zahra kaget mendengar kalimat dari Kelvin. “Masyaallah?” “Hem, apa saya salah mengucapkannya? “ “Tidak, tidak salah. Saya hanya kaget mendengar kamu menganggungkan Allah.” “Saya sering mendengar kamu mengatakan kata itu, Zahr. Kamu yang membuat saya mengenal kata itu.” Zahra merasa tersanjung, senyum hendak terbit di wajahnya namun gagal terbit lantaran tiba-tiba ada dua gadis yang menabrak punggung Zahra. “Kak Kelvin, boleh minta foto bareng gak? “ “Ha? “Kelvin bingung, kedua gadis itu sudah berdiri di sebelah kanan dan kirinya, menahan langkah Kelvin untuk pergi. “Boleh ya, Kak. Sekali aja...,” pinta mereka. Kelvin merasa tidak enak untuk menolak. “Boleh,” sahut Kelvin, ramah. “Yeyeyey! “ sorak keduanya. Lalu mereka bergantian berpose dan mengambil foto. “Makasih kak Kelvin.” Keduanya pergi. Kelvin pikir, ia bisa kembali melanjutkan langkahnya tapi yang terjadi justru secara tiba-tiba segerombolan gadis mengerumuni Kelvin dan berebut untuk minta bisa berfoto bersama dengan Kelvin. Keberadaan Zahra seolah tidak terlihat di pandangan mereka, mereka terus saja menyenggol atau menabrak bahu Zahra, entah sengaja atau memang mereka tidak melihat Zahra di sana. “Zahr....” Mata Kelvin mencari Zahra di antara kerumunan itu. “Iya, Vin?” sahut Zahra berusaha untuk menunjukkan dirinya. “Aw! “ Zahra meringgis memegangi bahunya yang lagi-lagi bahu Zahra di tabrak oleh ‘fans Kelvin’. “Mereka apa-apaan sih,” kesal Zahra. “Kelvin, maaf, kayaknya saya ke kelas duluan aja.” Zahra pergi dari sana, meninggalkan Kelvin yang baru mampu melihat keberadaan Zahra. “Zahr, tungg—“ “Kak, ayo foto lagi.” “Kak, liat ke sini dong.” Kelvin di tinggalkan Zahra. Kelvin menghembus nafas gusar. Ia ingin ke kelas bersama Zahra, tapi justru ia terjebak di sini. “Kak, aku minta foto juga ya..” “Iya.” Kelvin mengulas senyum di wajahnya. . . Sepasang mata Kelvin, melirik ke sana ke mari mencari seorang yang sejak tadi tidak ia liat, Zahra. Kelvin sudah mencarinya di kelas, musholah dan perpustakaan, di tempat favorit Zahra. Tapi Zahra tidak ada di sana. “Hem, apa Zahra marah ya karena tadi? “ Kelvin merasa bersalah karena para gadis itu membuat Zahra merasa tidak nyaman. Kelvin melangkah, menyusuri lorong. Mungkin Zahra ada di ruangan lain, di UKS atau di ruang seni. Kelvin berjalan ke ruang seni. Ruangan seni setengah terbuka, Kelvin jadi semakin yakin, mungkin Suara ada di dalam. “Zahr...,” panggil Kelvin. Tidak ada siapa pun di sana. Kelvin menghembus nafas, kecewa. Ia hendak keluar ruangan, tapi matanya malah menangkap piano yang ada di sudut ruangan. Kelvin tertarik untuk melantunkan barang satu atau setengah lagu, sudah lama rasanya, ia tidak mengerakkan jari-jemarinya di atas tuas piano. Kelvin duduk di depan piano, tangannya mulai menari di atas tuas piano dengan lembut. Kelvin memilih memainkan lagu klasik yang sangat populer di eranya dulu. Lantunan suara piano yang dimainkan Kelvin sangat enak untuk di dengar, bahkan menarik perhatian siswa-siswi yang lewat ruang seni. Kelvin lupa menutup celah pada pintu, alhasil suara piano yang ia mainkan terdengar jelas ke seluruh lorong. Para siswa-siswi mencari tahu siapa pemain piano indah itu dan mereka melihat Kelvin di sana. Kelvin yang dengan khusyuknya memainkan piano, tidak menyadari sudah banyak siswa yang berkumpul di depan pintu ruangan seni, menunggu sang pianis menyelesaikan permainan pianonya. Beberapa gadis yang menamai diri mereka fana Kelvin bahkan sudah bersiap menyambut Kelvin dengan tepukan dan teriakan meriah. Mereka juga ada yang merekam dan melakukan live streming. “I Love You.” Kalimat yang Kelvin ucapkan sebagai penutup dari permainan pianonya. Kelvin berbalik dan berjalan keluar ruangan musik. “Kelvin...Kelvin.. Kelvin.... “ sorak mereka begitu melihat Kelvin berdiri di ambang pintu ruangan seni. “Udah ganteng, baik, terus pintar main piano lagi, serius deh, cowok idamana banget.” “ Cowok n****+ yang keluar ke dunia nyata.” “Kelvin, kenapa sih gantengnya kelewatan, buat adek makin lope-lope.” “Orang ganteng, bayangannya aja ikut ganteng gitu, debaek!” “Boleh gak sih aku bungkus takut sold out, cowok sebaik ini.” “Kelvin makanya apa sih? Kenapa bisa ganteng banget? “ “Kelvin punya adik gak? Gak dapat abangnya, bisa deketi adiknya.” “Kelvin kenapa gantengnya overdosis sih..” “Kelvin, tatapan matanya dalam banget, sedalam cintaku untuk kamu. Eheehmm.” Kelvin terkesiap melihat, sudah banyak orang berkerumun dan memuji-mujinya di depan ruang seni, mereka semua datang karena alunan piano lembut yang Kelvin mainkan. Mata Kelvin berbinar saat ia melihat di antara orang-orang itu ada Zahra yang berdiri sejauh lima kaki darinya. Zahra sepertinya hendak lewat sana tapi terhalang karena kerumunan. Kelvin spontan langsung tersenyum manis, membuat gadis-gadis salah tingkah sendiri, padahal senyumnya itu hanya untuk Zahra. Zahra tidak menyadari itu. Ia bahkan kaget saat gadis-gadis itu berteriak heboh dan baru sadar setelah mendapatkan insting ada yang melihatnya, Zahra menoleh dan baru melihat Kelvin. “Kenapa? “ tanya Zahra tanpa suara, hanya isyarat mulut. Kelvin menggeleng pelan, seraya tersenyum lebar, membuat Zahra tertular dan ikut tersenyum meski gadis itu tidak tahu senyum itu untuk apa. *** Sekali lagi, nama Kelvin makin melambung tinggi di dunia maya. Semua orang terpukau dengan mainan piano yang Kelvin bawakan, bahkan mereka juga takjub mengetahui selera musik Kelvin yang sangat enak di dengar. Dan hari ini, untuk pertama kalinya Kelvin menerima undangan untuk tampil di vlog seorang youtuber. “Wah ternyata kamu benaran ganteng ya...” seorang wanita muda berusia sekitar dua puluh tahun, bernama Anya. Ia pemilik channel youtube ternama di Indonesia. Kelvin tersenyum simpul, “Terima kasih.” “Kamu sadar gak sih, kalo sekarang kamu terkenal banget?” tanya Anya. “Saya sebenarnya bingung, tapi setiap saya lewat ada banyak orang yang minta foto dan saya pikir itu karena orang mulai mengenal saya.” “Iya, kamu terkenal banget sekarang terutama di kalangan cewek, pasti ciwi-ciwi yang cegat kamu buat minta fotokan? Cewek +62, emang bar-bar banget kalo soal cogan ganteng.” Kelvin tersenyum, ia sebenarnya bingung dengan kata-kata kekinian yang jelas tidak ada di zamannya. “Udah berapa sih sekarang follower kamu di sosmed ? Pasti banyak banget fans cewek kamu yang bucin banget sama kamu? Aku aja meleleh liat senyum kamu.” Dahi Kelvin makin berkerut, terlalu banyak bahasa asing dan kekinian. “Jadi gimana? “ ulang Anya. “Ha? Hem, saya tidak terlalu paham apa yang kamu katakan? Apa bisa menggunakan bahas baku? Saya masih belajar bahas kekinian.” “Ow, memangnya kamu bukan asli sini ya? Kamu baru di sini? “ “Iya.” “Oh, maafkan aku.” “Tidak masalah, saya masih bisa paham bahasa kekinian sedikit-sedikit.” “Oke kalo gitu. Eh, btw, aku dengar kamu pintar main piano ya? Gimana kalo kamu ajari aku main piano, kamu mau kan?” “Iya.” “Bisa mainkan untuk kita semua? “ “Boleh.” Mereka lalu berjalan ke arah piano. Kelvin duduk di sana dan siap memainkan piano. “Boleh aku minta lagu yang artinya bucin...,” kata gadis itu bersemangat, tapi wajah Kelvin malah terlihat bingung. “Bucin, maksudnya hem, b***k cinta. Jadi tentang lagu dua orang yang saling mencintai.” “Sepertinya saya tidak tahu, lagu apa itu.” “Hem...gimana kalo lagu jaman sekarang yang paling kamu sukai.” “Maaf, tapi saya tidak mengikuti perkembangan musik abad 20. Saya hanya tahu musik sekitar Klasik era Baroque.” “Baroque? “ “Pada era Baroque, inovasi utamanya dalam bentuk sonata yang merupakan pengembangan dari Canzone. Komposer terkenal pada era ini, contohnya John Sebastian Bach, selain itu musik klasik di era ini juga bercirikan pengenalan piano sebagai instrumen keyboard utama dan juga simfoni sebagai bentuk musik pengiring. Konser juga mulai dikenal pada era ini. Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig van Beethoven merupakan komposer terkenal yang dianggap sebagai komposer transisi klasik ke nuansa romantis.” “Wah, kamu sampai hafal semuanya.“ “Saya tidak menghafalnya, tapi pada masa itu semua manusia sangat suka mendengar musik klasik. Saya juga jadi penasaran dan menonton konsernya ke sana. Itu luar biasa. “ Kelvin tidak sadar kalo dia membuka jati dirinya sendiri. Beruntung gadis itu tidak menyadari perkataan Kelvin secara benar. Ia malah senyum dan kagum pada pengetahuan Kelvin. “Baiklah, tolong mainkan musik klasik untuk kita semua.” Kelvin lalu memainkan piano itu, semua orang larutan dalam dentingan piano yang Kelvin mainkan. Kelvin memainkan lagu salah satu lagu Four Seasons karya Antonio Vivaldi. “Wah, sangat indah.. “puji Anya sebagai penutup penampilan Kelvin. “Wah, saat mendengar alunan piano kamu, aku merasa seperti sedang jatuh cinta. Kamu membuat kami semua jatuh cinta.” “Terima kasih.” Kelvin membungkuk, sebagai tanda terimakasih dan penghormatan. “Karena sudah berhasil membuat kami semua jatuh cinta, kami jadi harus tahu, apakah seorang Kelvin sudah memiliki pacar atau seorang yang spesial?” Penonton di studio seketika bising menanti jawaban Kelvin. “Saya tidak memiliki pacar tapi saya memiliki seseorang yang sangat saya kagumi.” “Siapa gadis beruntung itu? “ Kelvin hanya tersenyum simpul. Suara riuh kembali terdengar bukan hanya di studio melainkan juga di rumah bulek. Maryam memekik heboh menatap layar ponselnya. Mereka menunggu jawaban Kelvin. “Ada apa sih dek! “tegur Zahra merasa terganggu dengan suara Maryam yang menerobos masuk ke dalam kamarnya. Ia baru saja pulang dari rumah pohon. Kelvin yang memintanya datang ke sana, tapi ia membatalkannya dengan alibi terlalu sibuk. “Kak, kakak tahukan kak Kelvin di undang di acara talking show ?” tanya Maryam. “Hem, kenapa? “sahut Zahra, sama sekali tidak tertarik pada topik pembicaraan itu. Sebenarnya Zahra merasa seperti kehilangan, akhir-akhir ini Kelvin terlalu sibuk sehingga seperti tidak punya waktu lagi untuk memperdalam ilmu agama, tidak seperti kemarin sebelum ketenaran itu datang. “Liat ini, Kak.” Maryam mengarahkan ponselnya di hadapan Zahra. “Siapa gadis beruntung itu? “ desak Anya selaku host dan juga desak para penonton di studio. “Dia gadis yang baik, terjaga dan selalu akan ada di hati saya. Saya harap dia tahu.” Deg! Jantung Zahra seketika berdetak tidak normal, ada apa dengannya? . . “Zahr, Lo udah liat talking shownya, Kelvin kan? “tanya Sarah heboh begitu Zahra sampai ke kelas. Zahra sudah menduga hal ini. Bahkan semalaman semua grup sekolahnya, hanya penuh dengan obrolan tentang pernyataan Kelvin kemarin. “Menurut Lo siapa gadis itu? “ Zahra mengangkat bahunya. “Entahlah.” “Lo gak tahu? “ Sarah menyipitkan matanya, menatap tajam Zahra. “Atau jangan-jangan Lo pura-pura gak tahu? “ Sarah malah senyam-senyum. “Maksudnya? “ tanya Zahra, tidak suka. Ia tahu arah pembicaraan Sarah. “Kalian pacaran ya? “ “Astagfirullah, ukhti !” spontan Zahra. “Pacaran itu dilarang dalam Islam. Kenapa kita mesti bahas ini lagi?! Mending kita bahas tentang ilmu agama, lebih bermanfaat.” “Oh, iya, maaf-maaf kelupaan.” “Kerly di mana? Dia udah datangkan? “Sarah melihat tas Kerly di kursinya. “Iya, tapi pas masuk ke kelas dia cuman taruh tas doang, terus keluar lagi, gak tahu kemana.” “Kalo gitu aku cari Kerly dulu deh.” “Eh, buat apa? Entar juga dia balik ke kelas.” “Aku mau pinjam buku catatan sejarah dia, kemarin pas nyatat ada beberapa yang kelewatan. Takutnya kalo nunggu Kerly balik ke kelas, dia baliknya pas bel. Sejarah di jam pelajaran pertamakan? “ “Iya.” “Ya udah, aku cari Kerly dulu, ya.” “Oke.” Zahra bergegas ke kantin, mungkin saja Kerly ada di sana, ini masih terlalu pagi untuk berkunjung ke perpustakaan, akan lebih masuk akal jika Kerly ke kantin karena sedang membeli minuman atau sarapan pagi. Zahra mengedarkan pandangnya begitu sampai di kantin. Kerly tidak ada di sana. “Zahr, lagi cari apa sih? “tegur Willy yang sedang asik nongkrong ala-ala di kantin. “Tadi liat Kerly gak di sini? “ “Oh, Kerly, tadi dia ada di sini beli roti dan botol mineral, terus pergi ke arah taman. Mungkin makan di taman kali.” “Oh gitu, makasih ya, Wil.” “Oke, sama-sama sahabat calon istriku.” Zahra menggeleng mendengar kalimat akhir Willy, entah apa yang terjadi pada Willy, sepertinya ia menaruh hati pada Sarah. Zahra ke taman, bukannya bertemu Kerly, Zahra malah bertemu Kelvin berdiri di depan kolam ikan. Kelvin menoleh dan menyadari kehadiran Zahra di sana. “Lagi cari sesuatu ya? “ “Hem, liat Kerly di sini gak tadi? “ “Hem, tidak. Dari tadi Kerly tidak ke sini. Memangnya ada apa? “ “Hanya ada urusan penting.” “Mau dibantu? “ “Tidak perlu, kamu pasti sangat sibuk sekarang,” tolak Zahra langsung. “Huft...” Kelvin membuang nafas berat. “Ada apa? “ tanya Zahra bingung saat sekilas melihat ekspresi gusar pada wajah Kelvin. “Kamu tahu alasan kenapa saya menerima tawaran talking show kemarin? “ Zahra menggeleng. “Saya ingin merasa seperti manusia. Saya ingin terlihat seperti manusia, tapi ternyata itu melelahkan.” “Itu karena kamu berusaha untuk menjadi apa yang bukan kamu. Kamu jin, dan semua kegiatan itu tidak akan merubah apa pun.” “Saya tidak peduli pada pandangan orang lain, saya hanya peduli pada pandang kamu saja, Zahr.” “Saya tahu kamu jin, lantas kenapa kamu ingin saya terlihat seperti manusia?” Kelvin tersenyum kecil. “Karena kamu.” “Mulai sekarang lakukan apa pun yang benar-benar ingin kamu lakukan, jangan melakukan hal yang tidak mau kamu lakukan, oke? Sekarang saya pergi dulu, saya harus cari Kerly.” “Zahr, kamu tahu siapa gadis yang aku maksud di acara itu? “ Seketika langkah Zahra membeku. “Kamu harus melihat gadis itu,” kata Kelvin. Zahra spontan kembali menoleh. “Gadis itu ada di sini? “ “Iya.” “Siapa? “ tanya Zahra. Kelvin tersenyum, menatap kolam ikan yang sejak tadi ia pandang. “Gadis itu ada di kolam ikan?” bingung Zahra. Zahra berjalan mendekati Kelvin dan ikut-ikutan melihat kolam ikan. “Gadis itu sejenis jin ya? Gadis itu ada di dalam kolam? “ “Dia bukan jin. Dia manusia.” “Manusia? “Zahra menoleh, makin bingung. “Liat ke kolam.” “Ha? “ Zahra kembali menatap kolam ikan. “Dia, gadis yang saya maksud.” Zahra tertegun. Ia tidak melihat gadis atau siapa pun di sana, kecuali pantulan dirinya sendiri. “Saya? “ Zahra menunjuk dirinya sendiri. Kelvin tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD