Kesetiaan sang Pelayan

1301 Words
Inspektur Thornton menghampiri Hartley yang sedang menyantap makan malamnya di restoran yang berada di lantai dasar Lakeside Retreat tempat mereka menikmati sarapan tadi pagi. “Apa kau tidak bosan Miss Hartley dengan roti panggang itu terus?" tanya inspektur seraya duduk di kursi pada meja yang sama dengan Hartley. “Mau bagaimana lagi inspektur, tetunya kau sudah tahu bahwa kepala redaksi tempatku bekerja tidak terkenal dengan kemurahan hatinya.” Inspektur Thornton sedikit tertawa mendengar hal itu. “Aku akan mentraktirmu, silahkan pesan menu yang lain lagi.” “Tidak perlu inspektur, aku sudah cukup kenyang," jawab Hartley seraya menyelesaikan makan malamnya dan mulai menikmati kopinya yang masih panas dengan perlahan. “Jadi, bagaimana inspektur? Betulkah asumsi yang kubuat tadi siang?” “Ya, Miss Hartley. Asumsi yang kau buat tepat adanya. Tentunya kau ingin aku menceritakannya bukan?”. Hartley tidak menjawab pertanyaan itu. Menurutnya itu adalah pertanyaan retoris yang tidak perlu dijawab. Dan inspekturpun mulai menceritakan tentang bahwa benar korban dibuat pingsan terlebih dahulu oleh pelaku dengan mencampurkan efedrin kedalam kopinya. Dan pelaku memang bolak - balik ke ruangan itu untuk memastikan bahwa korban sudah pingsan dan menuangkan darah palsu ke atas meja kerja. Lalu pada momen ketika Alice Pemberton menghubungi polisi, si pelaku –Samuel Pritchard– menggunakan momen tersebut untuk menusuk korban tepat di jantungnya. Lalu ditambah tusukan - tusukan lain yang dimaksudkan pelaku untuk menciptakan aliran darah yang cukup untuk menyembunyikan bekas darah palsu yang ada di atas meja. Samuel Pritchard dahulunya pernah bekerja sebagai penjagal hewan ternak, jadi dia paham titik vital yang akan membuat korban tewas seketika yang bahkan tidak sempat membuat korban sadar dari keadaan pingsannya. Dan tentunya dia juga sudah menyiapkan sesuatu untuk melindunginya dari cipratan darah ketika pisau dicabut untuk kemudian disembunyikan. Pihak kepolisian sudah menemukan plastik yang pelaku gunakan untuk melindunginya dari cipratan darah yang disembunyikan bersama dengan Pisau yang digunakannya untuk membunuh. Keduanya sudah ditemukan tersembunyi dibalik lis kayu pada bagian bawah dinding kamarnya. Pihak kepolisian juga sudah melakukan pemeriksaan yang hasilnya menunjukan bahwa memang bekas darah yang ada pada kedua bukti itu adalah darah milik korban –Sir Reginald. Keduanya disembunyikan dengan sangat baik sehingga petugas kepolisian tidak menemukan ada yang aneh pada setiap kamar sebelumnya. Surat ancaman yang ditemukan juga sudah diakui oleh pelaku bahwa memang dia yang membuatnya untuk menggiring opini seolah perbuatan itu dilakukan orang luar yang menjadi musuh korban. Yang menjadi motif pelaku adalah karena dia dendam kepada korban akan perlakuannya pada Lady Eleanor Netherbridge yang meninggal enam bulan lalu. Semenjak meninggalnya kepala keluarga Netherbridge –Jonathan Netherbridge tujuh tahun yang lalu, Sir Reginald dinilai mulai menunjukan sifat aslinya. Dia mulai bersikap kasar pada Lady Eleanor, dan bahkan tidak jarang melakukan kekerasan fisik kepadanya. Dan menurut pelaku –Samuel Pritchard, dia juga meyakini bahwa korbanlah yang bertanggung jawab atas meninggalnya Lady Eleanor. Asumsinya itu semakin kuat ketika dia mengingat bahwa Lady Eleanor mempercayakan surat wasiatnya untuk disimpan olehnya. Dia menjadi semakin yakin karena hal itu seolah menyiratkan Lady Eleanor mengetahui kebusukan pelaku yang ternyata hanya ingin menguasai harta dari keluarga Netherbridge selama ini, serta kemungkinan terburuk yang akan terjadi padanya. Karenanya dia sempat menuliskan wasiat untuk adiknya –Lady Genevieve. Menurut penuturannya, dia sendiri sudah bekerja sangat lama kepada keluarga itu sejak dia masih muda. Dia ikut merawat dan membesarkan kedua anak perempuan keluarga Netherbridge sejak mereka kecil. Hal itu membuat dia sudah menganggap kedua anak perempuan keluarga Netherbridge itu layaknya anaknya sendiri, dan begitupula mereka juga menyayangi Samuel Pritchard. Kemudian menurut penuturan selanjutnya dari pelaku, hal yang semakin menjadi pemicu tindakannya itu adalah karena korban akan menghilangkan taman bagian belakang puri itu dan akan membangun sesuatu disitu. Taman tersebut adalah taman kesayangan mendiang Lady Eleanor yang dirawatnya dengan baik bersama Samuel Pritchard dan pelayan lainnya. Yang menurut Samuel Pritchard, tinggal taman itulah yang masih mempertahankan keberadaan sosok Lady Eleanor disitu walaupun dia sudah tiada. Taman itu seolah representasi Lady Eleanor itu sendiri. Karenanya Samuel Pritchard tidak bisa membiarkan taman itu dirusak apalagi dihilangkan oleh orang asing yang tiba - tiba masuk menjadi bagian dari keluarga itu. “Begitulah sekiranya, Miss Hartley," ujar inspektur mengakhiri ceritanya. “Lalu, bagaimana dengan pelaku Inspektur? “Maaf, Miss Hartley. Untuk yang satu ini biarkan menjadi informasi yang hanya kami pihak kepolisian yang tahu untuk sementara waktu ini. “Sepertinya kau kurang pintar berahasia kali ini, inspektur," ujar Hartley. “Apa maksudmu, Miss Hartley?” “Padahal mudah saja bila kau menjawab pertanyaanku tadi dengan ancaman hukuman bagi pelaku. Namun pemilihan kata - katamu justru membuatku jadi menyadari bahwa ada yang tidak beres," inspektur terdiam mendengar pernyataan Hartley itu. “Sebetulnya ada yang mengganggu pikiranku inspektur. Aku merasa jangan - jangan pelaku sudah tidak bernyawa sekarang," ujar Hartley tajam. “Mengapa kau berpikir begitu, Miss Hartley?" tanya inspektur dengan sedikit terhenyak. “Pelaku bukan seorang pembunuh, inspektur. Aku berpikir apa jangan - jangan ada yang mempengaruhinya dan bahkan membuatkan rencana untuknya sehingga dia dapat melakukan itu semua. Yang tentunya, orang tersebut pasti tidak ingin sosoknya sampai diketahui oleh kepolisian dan akan melakukan cara apapun untuk membungkam Samuel Pritchard. Paling tidak untuk saat ini.” Inspektur Thornton menghela nafas panjang. “Baiklah, Miss Hartley. Seperti biasa, asumsimu begitu tajam walau hanya sekedar asumsi. Ya memang betul. Kami segera kembali ke Puri Netherbridge siang tadi setelah mengkonfirmasi adanya kandungan efedrin yang cukup banyak pada sampel darah korban, dan kami juga menemukan efedrin yang masih dimiliki Samuel Pritchard karena memang dia menderita asma bronkial. Dan kami mendapatkan pengakuan yang mudah setelah menceritakan hasil analisis itu. Sepertinya dia memang tidak berniat untuk melawan sama sekali. Namun saat sore ketika kami akan membawanya ke Windermere Constabulary untuk dimintai keterangan lebih lanjut, ada momen yang membuat dia terlepas dari pengawasan kami dan kemudian dia sudah ditemukan tewas akibat keracunan. Namun, apa maksudmu tentang paling tidak untuk saat ini, Miss Hartley?” “Jadi, seperti itu. Sebelum aku menjawab pertanyaanmu itu, aku ingin menanyakan sesuatu terlebih dahulu, inspektur. Apakah kalian dari pihak kepolisian merasa ini adalah suatu pembunuhan yang berkaitan dengan kasus - kasus yang lalu misalnya pembunuhan di Sussex, Kensington, dan juga East End?” Inspektur Thornton terhenyak mendengar hal itu. “Sepertinya aku memang harus mendiskusikannya denganmu Miss Hartley, namun aku harap kau mau bertindak seolah tidak tahu apa - apa, dan tidak pula menjadikannya bahan beritamu Miss Hartley.” “Tenang saja inspektur. Aku bukanlah jurnalis yang gila membuat berita kontroversial untuk membuat karirku sebagai jurnal menanjak tiba - tiba.” “Memang kami dari pihak kepolisian merasa seperti itu Miss Hartley. Namun jujur saja kami juga belum yakin. Karena tidak ada pola yang jelas. Tapi Komisaris Sinclair berkata lain. Dia yakin akan hal itu walau dia sendiri juga belum menemukan benang merah yang jelas akan hal itu. Sejak dahulu Komisaris Sinclair dikenal dengan firasatnya, dan dia termasuk selain aku yang paling merasa bahwa ini semua terkait, karenanya dia menghubungiku untuk meminta bantuanku menangani kasus ini." “Maafkan aku, inspektur. Aku sendiri terlambat menyadarinya." “Apa maksudmu, Miss Hartley?”. “Ya akupun berasumsi ini semua terkait, walau pelaku dari tiga kejadian sebelumnya telah dikonfirmasikan ditemukan dengan keadaan bunuh diri, bukan dibunuh. Walau aku sendiri belum tahu Samuel Pritchard dibunuh atau mungkin bunuh diri. Hanya saja aku merasa, bisa saja sebetulnya mereka dibunuh dengan disamarkan seolah bunuh diri. Namun aku rasa untuk sekarang kita bisa mengesampingkan hal itu, inspektur." Pandangan mata Inspektur Thornton mulai menajam menunjukan dia semakin fokus untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan lagi oleh Hartley. “Menurutku ada pola yang tersirat inspektur, selain pola yang jelas bahwa semuanya adalah bangsawan." “Betulkah itu, Miss Hartley," ujar, inspektur semakin serius karena penasaran. “Greed, inspektur. Sir Reginald merepresentasikan Greed. Aku harap kau paham inspektur. Bila apa yang aku asumsikan ini benar, artinya akan ada tiga pembunuhan lagi di waktu yang akan datang yang kita belum tahu kapan akan terjadi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD