Jejak yang Luput

997 Words
Taksi berhenti pada kedai kopi yang tidak jauh dari Lakeside Retreat. Hartley ingin makan siang dan inspektur sepakat dengan itu dan memilih makan siang terlebih dahulu. Beberapa hal yang dia dapati di lokasi kejadian tadi membuatnya ingin berbincang lebih lanjut dengan Hartley sebelum melaporkan hasil penyelidikannya ke Windermere Constabulary. Keduanya memesan roti panggang dan segelas kopi lalu duduk di salah satu meja kosong di kedai tersebut. Inspektur Thornton menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, “Apa kau mendapatkan sesuatu Miss Hartley," tanya inspektur memulai perbincangan. “Aku rasa begitu, inspektur," jawab Hartley seraya berterimakasih kepada pelayan ketika pesanan mereka sudah datang. “Pertama, tidakah kau merasa aneh inspektur dengan tidak adanya bekas darah lain diruangan tersebut selain diatas meja dan di sekitar meja?” “Apa yang kau maksudkan adalah seolah korban hanya berdiam diri dibunuh di tempat duduknya? Bila itu yang kau pikirkan, hal yang sama juga menjadi pikiranku sejak aku melihat foto keadaan lokasi kejadian kemarin. Tapi, jujur saja keadaan berantakan pada meja yang berada di tengah ruangan itu juga mengganggu pikiranku. Mungkin saja korban sempat bergulat dengan pelaku.” “Menurutku tidak seperti itu, inspektur. Bila memang dia bergulat dengan pelaku, dia bisa saja berteriak minta tolong. Dan ruangan itu bukanlah ruangan yang kedap suara. Walau sayup - sayup harusnya bisa terdengar bila dia berteriak. Misalkan dia dibungkam dan membuatnya tidak bisa memanggil pertolonganpun, tentunya ada kemungkinan dia dibunuh dengan posisi yang jauh dari meja kerjanya barulah korban dipindahkan ke atas kursi pada meja kerja. Sedangkan tidak ada bekas darah pada hasil pemeriksaan forensik di area selain sekitar meja kerja bukan?” “Betul sekali, Miss Hartley. Maafkan aku, hal itu luput dari pikiranku. Dan ya, dari situ aku paham, tentunya tidak mungkin juga bila terjadi pergulatan dan korban pingsan akibat pergulatan itu. Tidak ditemukan bekas cekikan pada leher korban, maupun luka akibat pukulan pada kepala korban yang bisa membuatnya pingsan lalu pelaku mengangkutnya ke kursi meja kerja. Dan tidak pula ditemukan obat bius seperti kloroform pada darah korban.” “Tepat sekali, inspektur. Itu salah satu petunjuk. Dan tentunya memang begitu. Tapi dia memang tidak melakukan perlawanan apapun karena sejak awal memang dia sudah pingsan di tempat duduknya.” “Hmm, bisa saja seperti itu yang terjadi Miss Hartley. Namun bagaimana dia bisa pingsan kalau begitu? Hasil pemeriksaan forensik tidak menunjukan adanya kandungan senyawa mencurigakan pada darah korban," ujar inspektur namun kata - katanya terhenti dan terlihat dia menyadari sesuatu. “Efedrin”, tukasnya sontak. Karena tidak ada indikasi keracunan, sepertinya pihak forensik luput akan hal itu.” “Ya, seperti itulah asumsiku inspektur. Tentunya dengan itu saja kecurigaanmu akan mengerucut bukan? Dan kau sekarang perlu berkoordinasi lagi dengan tim forensik untuk menguji lagi hal itu. Seharusnya terdapat dosis yang tidak umum digunakan." Mendengar pertanyaan Hartley itu, ekspresi inspektur semakin serius dan menyiratkan bahwa dia berusaha menggali semua informasi yang telah dia miliki. “Ada tersangka yang tentunya dapat kita curigai memiliki efedrin karena kondisi medis yang dialaminya bukan? Dan itu kusadari setelah mengingat bahwa tanpa dia sadari dia menunjukkannya bahkan saat tadi kita berbicara dengannya. Selain itu, aku menyadari suatu hal dari bekas genangan darah yang mengering itu, inspektur. Bekas darah yang ada di meja itu tercampur sesuatu. Aku mencium sedikit bau manis pada bekas darah itu. Dan aku sempat mencicipinya pula. Singkatnya darah yang pertama kali dilihat Miss Pemberton pada meja kerja korban, aku berasumsi bahwa itu adalah darah palsu. Korban belum meninggal saat Miss Pemberton menemukannya. Korban hanya pingsan. Lalu hal yang membuat kecurigaanku semakin mengerucut adalah pernyataan yang diberikan orang itu kepada Miss Pemberton dan instruksinya untuk langsung menghubungi polisi.” Pikiran Inspektur Thornton seolah tercerahkan dan mendadak menjelajah ke memori tentang penuturan Alice Pemberton. Detik-detik yang luput dan terlupakan kini mulai terungkap di benak Inspektur Thornton. Dia mulai menghubungkan titik-titik penting dalam cerita yang diceritakan Alice Pemberton tadi. Konstruksi kejadian yang diceritakan Alice Pemberton tersimulasikan dalam pikirannya dan membuatnya terhenyak. “Betul sekali, Miss Hartley. Seolah dia sudah tahu bahwa tidak perlu membawa korban ke rumah sakit.” “Selain itu, saat pertama berbincang - bincang dengan kita dia langsung bisa menyebutkan bahwa korban meninggal akibat tusukan pisau di jantungnya. Tidak kah kau pikir itu aneh inspektur? Aku yakin kalian dari pihak kepolisian tidak atau paling tidak belum mengutarakan sebab kematian secara mendetail pada pihak keluarga dan orang dekat korban.” “Itu betul, Miss Hartley." “Dan akupun menyadari kenapa bekas darah itu tidak menjadi perhatian dan luput dari pemeriksaan. Aku mencium adanya bau penangkal semut di ruangan. Kemungkinan darah palsu itu dibuat dari campuran air, gula merah, dan pewarna. Penangkal semut itu tentunya yang membuat kecil kemungkinan ada semut yang masuk ke ruangan itu dan membuat bekas darah itu tidak dikerubungi semut. Dan karena menaburkan penangkal semut memang menjadi sesuatu yang biasa di sana, tentunya tidak akan menjadi kecurigaan bila siapa saja, atau bahkan bila si pelaku sendiri yang menaburkan penangkal semut disana. Dengan tidak adanya semut yang mengerubungi bekas darah yang bercampur dengan darah palsu itu, tentunya sangat mungkin bila tim forensik tidak melihat ada yang aneh disitu. Toh pengambilan sampel darah diambil langsung dari tubuh korban daripada dari darah yang tercecer bukan?” “Seperti biasanya –Miss Hartley, kau selalu jeli.” “Senang dapat membantu anda inspektur. Sekarang aku hanya tinggal menunggu kau menemukan bukti kuat untuk memojokan tersangka, dan tentunya aku juga menunggu untuk diskusi denganmu tentang bagian mana saja yang layak diberitakan ke publik untuk bahan artikelku.” “Baiklah –Miss Hartley, terimakasih. Mungkin kau ingin beristirahat sekarang atau mungkin menyiapkan beritamu. Aku akan ke Windermere Constabulary sekarang dan segera kembali ke panggung aksi kejahatan itu.” “Oh, ya, satu hal lagi inspektur. Aku yakin kau tidak lupa bahwa kejadian itu baru terjadi tadi malam. Dan tidak ada tanda - tanda bahwa tersangka pelaku meninggalkan Puri Netherbridge, apalagi sejak beberapa petugas polisi masih mondar - mandir disana.” “Ya, Miss Hartley. Selain efedrin, senjata yang digunakan untuk pembunuhan tentunya masih tersembunyi di suatu tempat disana.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD