Poligami

1099 Words
“Aku udah baca artikel.” Ucap Ratu secara tiba-tiba muncul di ruang kerja Raja. Ratu membawa ipad di satu tangannya, sebelah tangannya lagi membawa ice cream. Ia kemudian duduk di meja kerja Raja tanpa permisi sembari menunjukan apa yang sedang ia baca kepada suaminya itu. “Poligami? Maksud kamu?” Balas Raja, bingung. “Kok maksudnya sih? Makanya baca dulu. Ini nih yang bikin Indonesia darurat membaca, minat literasi kamu kurang banget, orang artikel udah di depan mata banget kamu malah gak mau baca. Makanya baca dulu habis itu kamu boleh nanya.” Jawab Ratu dengan kesal, ia masih menunjukan artikel itu kepada Raja namun kemudian Raja menggeser ipad Ratu dari hadapannya. “Aku udah pernah baca. Aku gak nanya isi artikelnya apa, yang aku tanyain kenapa kamu tiba-tiba baca artikel tentang poligami? Terus ngapain kamu nunjukin artikel ini ke aku?” “Gini yaa Raja Sabian Mahendra, kamu kan sama aku udah nikah lama banget. Terus mama kamu juga maksa-maksa kita buat punya anak, tapi kan keadaan kita berdua kayak gak mungkin banget dong tiba-tiba punya anak, orang bikin aja ogah-ogahan. Aku ada ide, gimana kalau kamu poligami aja? Kamu bisa bikin anak yang banyak sama istri kamu yang kedua.” Ratu tersenyum dengan ide nya yang ia anggap sangat brilian itu, seharian penuh, tidak di kantor dan tidak di rumah ia terus memikirkan hal itu, ia juga sudah mencari-cari dasar hukumnya dan sepertinya Raja tidak akan terkena masalah kalau pun dia mau melakukan poligami. “Aneh.” Desis Raja kesal. “Tapi sama gak sembarangan orang ya. Aku bisa kok kenalin kamu sama temen-temen aku yang kayaknya cocok buat jadi istri kedua kamu. Aku tuh yaa gapapa kalau kamu mau nikah lagi tapi ya jangan sama orang yang… you know what I mean kan? Biar keren gituloo, harga diri kamu juga gak jatuh.” Ratu sangat bersemangat mengatakan hal itu kepada Raja sementara pria itu hanya menggeleng lelah. “Siapa juga yang mau poligami?” “Kamu lah.” “Enggak.” “Loh kenapa? Poligami ajaa!” “Aku gak mau. Dan sekalipun aku mau juga mama maunya Cuma kamu yang jadi menantunya, dia gak mau orang lain, kalau dia mau menantunya orang lain juga ya dari awal aku gak nikah sama kamu.” Bohong, padahal Raja memang menikah dengan Ratu atas dasar ia suka, bukan hanya karena mereka di jodohkan. “Mama bakal bolehin kalau kamu bikin alasan yang masuk akal, ya jelas gak di bolehin kalau alasan kamu ngaco. Nanti aku bantu pikirin.” Ratu memperbaiki posisi duduknya, ia bahkan duduk bersila di atas meja kerja Raja tanpa rasa bersalah. Sementara Raja berdiri, ia mengambil segelas kopi di atas meja nya kemudian menenggak nya hingga habis sembari berjalan menuju sofa di ruangan itu. “Kamu bisa bilang kalau aku di vonis gak bisa punya anak makanya kamu pengen nikah lagi biar kamu punya keturunan. Atau kamu juga bisa bilang aku kena penyakit mematikan apa gitu sampai kamu gak bisa nyentuh aku dan…” “Stop. Pikiran kamu sudah terlalu jauh melewati batas, bisa gak sih kamu kalau mau halu itu yang normal-normal aja? Kalau kayak gini kesannya kamu kayak orang gila. Kamu masih mau di sini apa keluar? Keluar aja ya, aku mau kerja.” Ratu mendengus kesal namun ia menurut saja, ia kemudian duduk manis di ruang tamu sembari memainkan ponselnya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain memainkan game di ponselnya, membaca berita yang isinya itu-itu saja, membosankan namun Ratu tetap melakukannya. Setelah ber jam-jam duduk di sana dan Ratu belum mengatasi rasa bosannya ia kemudian kembali berjalan menuju taman belakang tempat di mana ikan-ikan kesukaanya berada, Ratu duduk di sana, tidak peduli dengan waktu yang sudah menunjukan pukul setengah dini hari, ia tidak takut, ia hanya butuh menghilangkan rasa bosannya. Sementara itu, Raja yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya berniat untuk tidur namun entah kenapa ia memilih untuk mengecek kamar Ratu terlebih dahulu, namun wanita itu tidak berada di sana. Harusnya Raja tidak peduli, namun langkah kakinya membawanya untuk menyusuri sudut demi sudut rumah karena mencari Ratu, di ruang makan, ruang ganti baju, ruang olahraga, ruang baca bahkan di ruang meditasi dan sauna juga tidak ada, Raja melangkahkan kakinya menuju taman belakang ia berharap Ratu di sana dan benar saja, wanita berambut panjang dengan baju tidur putih se betis yang nampak terlihat seperti kuntilanak itu sedang duduk di sana sembari termenung, andai saja Raja tidak terbiasa mungkin ia sudah lari terbirit-b***t karena melihat Ratu berpenampilan seperti itu. “Tahu gak cita-cita aku apa?” Tanya Raja saat ia sudah duduk di sebelah Ratu. “Gak penting buat tahu, tapi karena kamu nanya, jadi apa?” Balas Ratu, enteng. “Aku pengen ngelihat kamu potong rambut. It’s so scared when I see you with this shirt. Kayak kuntilanak lagi mangkal, kalau orang lain yang lihat udah pingsan sih.” Raja menyandarkan tubuhnya di kursi sembari melipat kedua tangannya di depan d**a, sama persis dengan apa yang Ratu lakukan. Keduanya sama-sama tenggelam di dalam pikiran mereka sendiri, sudah menjelang subuh namun keduanya sama-sama belum mengantuk. “Tahun depan di tanggal dan bulan yang sama kamu kira-kira ngapain jam segini?” Tanya Ratu. Raja terdiam beberapa saat memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaan Ratu. “Apa ya…” Ucapnya menggantung. “Gendong anak kali.” Jawab Raja asal. Ia tidak tahu kenapa ia menjawab seperti itu namun di detik selanjutnya Ratu terkekeh pelan, jawaban Raja terdengar lucu di telinganya, ternyata ada yang lebih halu daripada dirinya, ya sebenarnya bisa saja sih kalau mereka mau mengadopsi bayi karena Ratu sama sekali tidak ada niatan untuk menjadi seorang ibu. “Oh jadi kamu jadi nih poligaminya?” Raja mengacak pelan rambut Ratu “Nggak lah, ngaco aja.” “Ya kan katanya jam segini di tahun depan kamu udah gendong anak, berarti kamu mau poligami dong.” Ratu menatap Raja dengan tatapan tajam disertai dengan senyum jahil di wajahnya, ia tahu Raja tidak suka di perlakukan seperti itu. “Aku gak bilang kalau aku mau poligami, lagian kamu mikirnya kejauhan, gak realistis.” “Orang lain tuh sampai ngumpet-ngumpet buat nikah dua kali, lah kamu aku udah izinin aja kamu masih nolak, wah rugi nih kamu menyianyiakan kebaikan istri kayak aku.” “Dengar ya Ratu Elisha Hartawan, selagi tidak ada pemicu untuk berpoligami, saya akan pastikan kalau tidak akan ada nyonya kedua di dalam rumah ini. Because you are the owner of this house, aku gak peduli bagaimana kacaunya rumah tangga ini, nobody’s can replace you as a Queen, jadi berhenti minta aku buat poligami.” Raja berdiri, meninggalkan Ratu sendirian yang menatapnya sembari mematung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD