I can hate, without reason

1080 Words
Ratu tidak ingat pukul berapa ia bangun dari tidurnya, puluhan panggilan tak terjawab dari sekretarisnya membuatnya seketika menjadi kesal sendiri, ia tahu hari ini ada rapat dan ia juga menyesali keputusannya semalam untuk datang ke diskotik hanya untuk menghilangkan rasa bosan. Kepalanya masih terasa sangat pusing, bahkan penglihatannya pun belum sepenuhnya kembali, Ratu menyadari di mana ia berada sekarang ini, ia sudah terbaring di atas kasurnya lengkap dengan pakaian tidur miliknya. Samar-samar ingatannya tentang semalam mulai melintas di kepalanya, ia ingin sekali mengamuk kepada Raja, namun di saat yang sama turun dari kasur saja belum bisa. “Selamat siang nyonya.” Ratu menengok ke arah pintu tepat di mana seorang pelayan membawakan makan siang untuknya, Ratu mendesah kesal, ia tidak butuh hal-hal seperti itu untuk seperti sekarang ini. “Raja mana?” Tanya Ratu. “Tuan ke kantor nyonya, tapi ini saya di titipkan ini nyonya.” Ratu menerima ipad itu, kemudian membaca note di dalamnya. I’ll picking you up at 4, don’t be late. “Di bawah ada nona Kirana, nyonya.” Ratu mengangguk, ia kemudian membiarkan pelayan itu untuk keluar dari kamarnya. Setelah itu ia duduk diam sembari menatap pantulan dirinya dari dalam cermin, penampilannya tak nampak seperti orang yang sedang mabuk, namun wajahnya menunjukan itu semua. “Napas gua aja masih bau alkohol.” Desis Ratu pelan. Ia kemudian beranjak dari kasur menuju kamar mandi, untuk membersihkan badannya sembari bersiap sebelum di jemput oleh Raja. Ratu memandang kesal dirinya karena ia harus berhutang budi pada orang, andai waktu itu ia tidak mendapat pertolongan dari keluarga Raja mungkin saat ini ia tidak harus ikut dengan Raja untuk menghadiri acara pernikahan itu. Tidak butuh waktu lama bagi Ratu untuk bersiap, setelah mandi ia kemudian berjalan menuju walk in closet nya, di mana di sana sudah ada penata rias dan juga sahabatnya, Kirana yang sejak tadi menunggunya di sana. “Lama amat sih.” Ucap Kirana sembari mengibaskan tangannya di depan wajah seolah-olah ia sedang kegerahan, padahal mana mungkin dia bisa kegerahan sebab rumah Ratu di penuhi oleh pendingin ruangan. “Alay deh.” “Lo gak ketemu sama Rio?” Baru saja duduk, Ratu sudah di suguhi dengan pertanyaan seperti itu. Ia juga tidak ingat kapan terakhir kali ia bertemu dengan pria itu. Ratu menggeleng “Dia sibuk, gua juga sibuk. Ngapain ketemu? Nanti aja kalau lagi kangen.” Kirana mengangguk “Lo gak takut apa kalau Rio selingkuh?” “Nggak lah, emang ada cewe yang lebih cakep daripada gua dan mau sama dia? Enggak kan? Menurut lo gimana Ki? Enggak kan? Secara gua cakep banget gila!” Kirana menghela napas dan mengangguk begitu saja begitu mendengar Ratu kini semakin penuh dengan percaya diri. “Iya lo bener, lo emang se cakep itu.” “Kalau someday Rio bareng sama cewe lain setelah gua, gua pastiin selera Rio turun drastis.” “Iya selera dia turun drastis.” ***** Raja dan Ratu berangkat bersama menuju pesta yang sejak kemarin mereka bicarakan, di sepanjang perjalanan Raja lebih sering mendengar ocehan Ratu di banding dengan bunyi klakson dari kendaraan-kendaraan yang juga melintas. Hari itu Ratu mengeluhkan banyak hal kepada Raja seperti, ia sudah bosan dengan cat rumah mereka, ia tidak suka cemilan yang di buatkan oleh pelayan mereka, warna rambutnya yag tidak sesuai dan masih banyak lagi keluhan yang justru semakin membuat Raja pusing. “Udah ngeluhnya?” Sahut Raja. “Lah nggak, lihat aja deh ntar pasti aku yang paling memukau, aku jamin.” “Iya Ratu, iya. Udah kan? Sekarang gantian ya, aku yang mau nanya, jawab yang bener, oke?” “Tergantung.” “Yasudah, semalam, kamu ngapain sendirian ke klub? Kamu pikir kamu aman di sana? Nyaris loh kamu di bawa pulang sama laki-laki yang kamu tempelin. Lagian kamu minum apa sih sampai segitunya mabuk kamu? Mana kamu muntah terus lagi, kamu sudah hampir aku simpan di rumah sakit takut kamu kenapa-kenapa.” Ratu memicingkan matanya berusaha mengingat rentetan kejadian semalam, laki-laki dan Raja, bukankah laki-laki di hadapannya saat itu adalah Raja? “Bukannya kamu ya?” Tanya Ratu. “Ngaco.” “Serius bukan kamu? Terus siapa? Aku ngapain?!” Tanya nya panik, barulah sekarang ia benar-benar panik, sejak tadi ia sudah melupakan perihal mabuknya namun begitu di ingatkan oleh Raja, ia baru benar-benar panik. “Apaan sih kamu, iya ngapain juga aku bohong? Aku nyari kamu di rumah, mau nanyain ipad yang kamu sembunyiin ada di mana? Eh tahu-tahunya gak ada yang lihat pas aku cek GPS mobil, ternyata ada di klub, emang aneh.” Ratu menatap Raja dengan tatapan sinis. “Apa-apaan? Kamu ngintilin aku pakai sengaja masang GPS di mobil aku ya? Dih kamu melanggar privasi aku tahu kamu?! Aku mau laporin kamu ke polisi!” “Silahkan laporin aja, orang yang kamu bawa itu mobil aku, bukan mobil kamu.” Mendengar hal itu Ratu jadi diam, ia betul-betul tidak mengingat apa-apa dari apa yang ia lakukan semalam kecuali bagian di mana ia memeluk Raja keluar dari tempat itu lalu bangun di kamarnya sendiri. “Lagian Rio kemana? Kenapa kamu pergi sendiri?” Sambung Raja, ia masih penasaran kenapa Ratu berada di tempat itu sendirian, kemana Rio? Kemana Kirana? “Kepo banget sih, udah ah udah sampai juga, ayo turun.” Begitu mobil mereka sampai di gedung pernikahan itu Ratu langsung turun, berbeda dari biasanya, biasanya ia akan langsung masuk tanpa menunggu Raja, namun sekarang ia berdiri sembari menunggu Raja menghampirinya. Ia mendekat ke arah pria itu, mengekor di belakangnya namun Raja segera menariknya, memeluk pinggang nya dari samping. “It is too much?” Bisik Ratu di telinga sang suami. Ratu memasang senyum terbaiknya di depan orang-orang, banyak pasang mata yang tertuju pada mereka berdua, sebuah pemandangan aneh yang jarang sekali terlihat, wajar saja, Raja dan Ratu sangat jarang terlihat bersama. “Gak too much, kamu jangan aneh-aneh ya.” Balas Raja. Ratu diam saja, matanya menatap ke sekeliling mereka, mencari siapa saja yang mungkin Ratu kenali di tempat itu. “Kamu kenapa tegang banget deh, ngeliatin apaan?” Bisik Ratu di tengah-tengah acara. Keduanya terlihat saling bergandengan, tidak, lebih tepatnya saling menggenggam satu sama lain. Raja de ngan tuxedo dark grey nya sementara Ratu dengan long dress putih nya, they are look like happy family. “I hate his wife.” Tambahnya begitu sepasang suami istri lewat di hadapan mereka, mata Raja kemudian mengikuti pasangan tersebut. “Kenapa?” Balas Raja. “Gak apa-apa, pengen benci aja. Aku bisa benci orang tanpa alasan, aura nya jelek.” “Astaga.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD