Break your leg

1240 Words
“I think we should pretend-” “Gak mau, kamu aja.” Ratu berdiri, padahal ia belum mendengar ucapan Raja sampai akhir. “Dengar dulu.” Ucap Raja, ia menahan tangan Ratu agar istrinya itu tak kemana-mana setidaknya hingga ia selesai bicara. “Apaan sih, kamu aneh banget.” “Kita harus hadir di acara pernikahan Remon.” “Remon siapa lagi sih? Gak mau ah gak kenal” “Remon yang pernah nolongin kamu pas kamu nyaris kejebak di lift, inget gak? keponakannya mama, harus inget sih kalau gak inget ya gak tahu diri namanya.” Ratu menatap Raja kesal, ia benci setiap kali Raja menempatkannya pada pilihan yang sulit. “Gak tahu ah!” Ratu menghempaskan tangan Raja lalu pergi begitu saja, malam sudah sangat larut, namun Ratu masih belum bisa memejamkan matanya, entah kenapa akhir-akhir ini insomnia nya semakin parah dan entah sudah berapa kali ia mengunjungi psikolog nya minggu ini hanya untuk meminta ulang obat tidur untuknya. Ratu melirik jam, masih cukup dini untuk bermain sebentar ke club malam lagi pula ia sudah lama sekali tidak datang ke tempat itu. Ratu kemudian bergegas mengganti baju nya, ia ada rapat besok pagi namun ia sudah terlanjur bersemangat untuk berangkat ke tempat itu. Ratu berjalan dengan anggun memasuki tempat itu, tak perlu card identity karena Ratu adalah pelanggan VIP tempat itu. suara musik yang bising seakan bertabrakan di telinga Ratu namun wanita itu menikmatinya. Bagi beberapa orang terutama yang tinggal di kota-kota besar, club malam atau diskotik adalah tempat terbaik untuk menghilangkan rasa penat mereka, seperti Ratu misalnya. Entah sejak kapan ia mengenal tempat itu, keluarganya sendiri begitu tabu dengan hal-hal semacamnya namun bukankan Ratu hanya menyukai sesuatu yang keluarga nya tidak sukai? Suasana hedonisme langsung terasa jelas begitu Ratu menginjakan kakinya di tempat itu, ratusan manusia tengah meliak-liuk di dance floor, berbaur menjadi satu di bawah lampu diskon dan juga musik up beat yang menyinari tempat itu walau terkesan remang. Bar minuman berderet di sekeliling tempat itu, Ratu kemudian melangkah ke salah satu sudut kesukaannya untuk memesan sebotol minuman yang bisa menghilangkan rasa penat dan juga rasa bosannya. Dahulu, Ratu seringkali datang bersama sahabatnya Kirana dan juga Sarah namun akhir-akhir ini Kirana sibuk dan Sarah masih berada di luar negeri. Sembari menunggu pesanannya selesai, matanya terfokus pada penari-penari yang tengah menari erotis di depan sana, di detik selanjutnya Ratu memalingkan wajahnya karena merasa hal itu tidak menarik. “Udah lama lo gak kesini. Laki lo galak ya? Btw doi mana?” Ucap bartender yang juga merupakan kenalan dari Ratu. Laki yang di maksud di sini adalah Rio, orang-orang tahu kalau Rio masih menjadi kekasih dari wanita itu, sebagian juga tahu kalau Ratu sudah berstatus sebagai seorang istri. But nobody’s care, semua orang melakukan hal semacam itu untuk memenuhi nafsu nya masing-masing. “Gak lah, gua cuma bosan.” Balasnya, Ratu menunduk menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangannya. “Nih Winston.” Ucap Bartender itu sembari menyerahkan segelas minuman kepada Ratu. Dengan cepat Ratu menenggak minuman itu sampai habis walau di iringi dengan kepalanya yang terasa pusing akibat minuman itu. “Lemah.” Suara tenang itu tiba-tiba terdengar di telinga Ratu di susul dengan seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Seorang pria yang wangi tubuhnya bahkan bisa tercium oleh Ratu di jarak yang tak terlalu dekat. Ratu memicingkan matanya, berusaha mengenali pria itu namun ia tidak mampu mengenalinya, atau mereka bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya. “Who the hell are you?” Tanya Ratu, ia lagi-lagi menenggak minuman miliknya yang baru saja di berikan oleh sang bartender, namun pria itu hanya menatapnya sekilas tanpa membalas ucapan Ratu. Ratu merasa tertantang sendiri, pria itu nampak biasa saja di dekatnya padahal orang lain pasti akan bersikap berbeda, pria itu nampak tidak peduli dengan Ratu, seakan-akan Ratu sama saja dengan perempuan lain yang ada di sana. “Don’t you think that I’m beauty?” Ucapnya setengah sadar, Ratu sudah mulai kehilangan kesadarannya namun ia masih tetap berusaha menaikan harga dirinya. Bagaimana mungkin pria itu tidak tertarik dengan dirinya sementara Ratu sangat percaya bahwa di manapun itu ia pasti terlihat menarik. Pria itu menggeleng “Biasa saja.” Jawabnya. Jawaban itu sungguh memancing perhatian Ratu, Ratu bangkit dari tempat duduknya kemudian mengalungkan tangannya di leher pria itu, ia ingin tahu seberapa lama pria itu akan menahan dirinya di hadapan Ratu. “What are you doing?” Ucap pria itu, ia berusaha menghindari Ratu namun wanita itu bahkan dengan lancang duduk di atas paha pria itu. Mungkin jika dalam keadaan sadar Ratu tidak akan melakukan hal seperti itu, namun sekarang ia tengah mabuk berat ia bahkan hanya bisa mengendalikan perasaannya namun tidak dengan dirinya sendiri. “Who dare you to reject me?! Am I unattarctive? Am I ugly? Gosh I’ve never even heard of someone criticizing my physique. Lo siapa emang?! Hah!” Ratu semakin menjadi, pikirannya kacau, ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya, pria yang entah siapa itu juga sejak tadi berusaha menghindar namun Ratu terus mendekatkan tubuhnya ke arah pria itu. “Bro, who the hell she is?!” Ucap pria itu kepada sang bartender. “Bungkus aja kalau lo mau.” Sudah di bilang, hal seperti itu sudah sangat biasa di tempat hiburan malam, tidak ada yang peduli kamu siapa dan kamu se hebat apa, sekali jatuh kamu akan kehilangan sesuatu. Pria itu mematung, ia membiarkan Ratu melakukan segala sesuatu yang ingin ia lakukan. Ratu memang cantik, namun ia hanya tidak tertarik dengan Ratu, yang ia bingungkan adalah kenapa Ratu malah marah kepadanya hanya karena hal se-sepele itu. “udah bungkus aja, lakinya gak di sini kok.” Belum sempat pria itu berdiri, tiba-tiba datang lagi seorang pria yang menarik tubuh Ratu hingga akhirnya terlepas dari pria di hadapannya. “What are you doing with my wife?!” ucap Raja penuh kegeraman. “Bro- I don’t know what are you talking about, is she your wife? i-” Ratu memuntahkan isi perutnya tepat di hadapan Raja dengan pria itu, buru-buru Raja menarik Ratu keluar dari tempat itu, di luar Ratu masih sibuk berusaha memuntahkan isi perutnya, sehingga mau tidak mau Raja menunggunya di pinggir parkiran. “Udah?” Tanya Raja sembari memijat tengkuk istrinya itu. Ratu mengangguk, namun ia masih berjongkok di pinggiran parkiran tempat itu. Di detik selanjutnya ia menangis, menangis tersedu-sedu seperti ada sesuatu yang benar-benar menyakitinya. “Kenapa? Kamu kenapa nangis? Is he hurt you? Kamu ngapain di sini sendirian? Rio mana, kenapa dia gak jagain kamu?” semakin di tanya seperti itu Ratu semakin menangis, tangisnya kemudian semakin menjadi setiap kali Raja mengajukan pertanyaan. “Oke, sorry. But can you told me what happened? I just want to know, kalau ada laki-laki yang jahatin kamu aku bisa balas.” Ratu mengangguk “Don’t you think I’m pretty? Aku cantik kan?” “Iya kamu cantik, terus kenapa?” “Aku cuma… aku Cuma sedih aja, dia gak bisa melihat kecantikan aku, itu, itu sedih banget. It hurt me so well, dan aku kasihan sama dia.” “Seriously?” Tanya Raja tak percaya, namun Ratu mengangguk dan betul-betul menangis tersedu-sedu. “Kamu yang childish, ayo pulang, ini udah malam banget Kalau besok kamu datang ke club sendirian lagi I’m sure I’ll break your leg.” Raja menarik Ratu lalu ia dudukan di atas jok samping kemudi, udara yang dingin tentu menusuk permukaan kulit Ratu dengan sigap Raja memberikan jaket miliknya kepada wanita itu, setidaknya agar Ratu tidak terlalu kedinginan setidaknnya hingga mereka tiba di rumah.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD